Pages

Rabu, 16 April 2014

Tiga Sahabat Nabi Yang Berdakwah di Yaman

Imam 'Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ari & Mu'adz bin Jabal, Tiga Sahabat Nabi Yang Berdakwah di Yaman

Masjid Asya’ir di Zabid Yaman, didirikan oleh Abu Musa Al-Asy'ari
Masjid Asya’ir di Zabid Yaman, didirikan oleh Abu Musa Al-Asy'ari
negeri Yaman, tepatnya ke Zabid, pada tahun 8 Hijriah.


Masjid Jami’ Khabir didirikan oleh Imam Ali bin ABi Thalib di San'a Yaman
Masjid Jami’ Khabir didirikan oleh Imam Ali bin ABi Thalib di San'a Yaman


Pada tahun inilah Nabi Muhammad saw mengutus para sahabat ra untuk menyebarkan Islam ke negeri Yaman secara berpencar. Di antara para sahabat ra tersebut adalah Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib kwj ke San’a (ibu kota Yaman) dan mendirikan Masjid Jami’ Khabir, Imam Muadz bin Jabal ra ke Taiz, ujung Yaman Selatan, dan mendirikan Masjid Janad, serta Imam Abu Musa al-Asy’ari ra ke Zabid dan mendirikan Masjid Asya’ir.


Masjid Janad di Ta'iz, Ujung Yaman Utara, didirikan oleh Mu'adz bin Jabal
Masjid Janad di Ta'iz, Ujung Yaman Utara, didirikan oleh Mu'adz bin Jabal

Bangunan masjid ini terletak di antara rumah-rumah penduduk sehingga tidak terlihat dari kejauhan. Hanya lorong yang memisahkan masjid dengan bangunan yang lain sehingga tidak ada taman atau tempat parkir di sekitarnya. Lantai dasar masjid ini menjulang ke dalam karena timbunan tanah sekitarnya didirikan pertama kali dengan batang-batang kurma dan atapnya terbuat dari daun-daun kurma.

Hal menarik lainnya adalah mimbar khutbah Jumat peninggalan Abu Musa al-Asya’ari ra yang masih ada di dalam Masjid Asya’ir ini. Bentuk mimbar khutbah ini sama persis dengan bentuk mimbar khutbah yang digunakan oleh Nabi Muhammad saw sampai era Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan ra, yaitu mimbar yang terbuka depannya dan memiliki tiga anak tangga dari depan di mana khatib menaiki mimbarnya dari depan, berdiri pada anak tangga kedua dan duduk di anak tangga ketiga.

Seiring perjalanan masa, masjid ini diperbarui dengan tanah liat sampai sekarang serta dilapisi kapur. Dalam sejarahnya, masjid ini mengalami tiga fase pembangunan. Pertama, saat dibangun dengan batang kurma. Kedua, pergantian dari pohon kurma ke tanah liat dan ketiga adalah perluasan oleh Kesultanan Zabid pada waktu itu sehingga di dalam masjid ini terdapat tiga mihrab (tempat imam berdiri shalat).

Kita juga dapat melihat maktab atau pustaka yang berisi kitab-kitab klasik termasuk Alquran tulisan tangan. Masjid ini tidak berlantai keramik, tidak ada lampu hias, tidak bercat warna-warni, dan kaligrafi modern serta hanya beralas tikar seadanya.

Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad saw di masjid ini dimulai setelah shalat Isya hingga tengah malam yang diisi dengan pembacaan Kitab Maulid al-Daiba’i, suatu kitab maulid yang disusun oleh Imam ‘Abd al-Rahman al-Daiba’i, salah seorang ulama besar Zabid sendiri, di mana sebelumnya terlebih dahulu dihidangkan makanan dengan menu makanan yang sama untuk seluruh jamaah. Acara maulid di sini dihadiri mulai dari anak-anak, pemuda hingga orang tua. Setelah berzikir dan berselawat, hal yang paling mengagumkan pula adalah ketika dipersilakan mencium sisa rambut Rasulullah saw.

Menurut salah satu riwayat, sisa rambut ini pada awalnya berada di Madinah, namun seiring perjalanan waktu, rambut tersebut sampai ke Zabid.

Berkata Imam Jalal al-Din al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Wasail fi Syarh al-Syamail, “Setiap rumah atau masjid atau kawasan yang dibacakan Maulid Nabi saw, maka pasti orang-orang di tempat itu dinaungi oleh para malaikat dan Allah Swt akan melimpahi mereka dengan rahmat dan dikunjungi malaikat yang membawa cahaya.”

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.