Pages

Isnin, 7 September 2015

NASEHAT SYEIKH BAGI MEREKA YANG TELAH WUSHUL

NASEHAT SYEIKH BAGI MEREKA YANG TELAH WUSHUL...

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasihat: “Jika engkau telah sampai (wushul) kepada Allah Ta’ala, maka engkau akan didekatkan kepada-Nya dengan nikmat kedekatan dan taufiq-Nya.

Wushul kepada Allah ‘Azza wa Jalla bererti engkau keluar dari lingkaran bergantung kepada makhluk, kecenderungan pada hawa nafsumu, keinginan dirimu dan angan-anganmu, lalu engkau akan kokoh berdiri bersama Tindakan dan Kehendak-Nya (Allah) tanpa membuat gerakan (merasa semuanya dari dan bersama hak Sifat2 Allah) apa pun di dalam dirimu juga di dalam makhluk-Nya dengan merasa bukan dari keinginan dirimu sendiri, melainkan dengan hakikat hukum, perintah, dan Tindakan/perbuatan Allah. Ini adalah keadaan fana yang dapat dikatakan sebagai wushul (sampai kepada Allah).

Wushul kepada Allah tentu berbeza dengan sampainya kita kepada makhluk ciptaan-Nya yang masih berada dalam batas hukum-hukum akal. “Tak satu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS Asy-Syura [42]: 11). Mahasuci Allah dari keserupaan dan kemiripan dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya.

Di kalangan ahl al-wushul (Orang yang telah wushul) telah dikenal beberapa ciri khas masing-masing yang telah diberikan Allah dan antara satu orang dengan orang lainnya berbeda. Allah Azza wa Jalla memiliki rahsia tersendiri dengan para Rasul2, Nabi2, dan wali2. Banyak hal yang tak diketahui oleh orang lain, kecuali hanya Allah dan orang tersebut (washil).

Hingga ada pula seorang murid yang memiliki rahsia (pengalaman) tersendiri yang tak diketahui oleh Syeikhnya. Begitu pula sebaliknya, ada seorang Syeikh yang memiliki rahsia dan pengalaman tersendiri dengan Allah yang tidak diketahui oleh murid-muridnya, meskipun si murid sudah mendekati ambang pintu hal sang Syeikh.

Ketika seorang murid telah mencapai keadaan (spiritual) sang Syeikh, maka ia akan disendirikan dan dipisahkan dari Syeikhnya. Lalu, Allah sendirilah yang kemudian mengasuh dan memberi rasa ketidakebergantungan kepada semua makhluk-Nya.

Dalam hal ini, Syeikh seperti seorang inang pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun, juga dari menyusui makhluk setelah lenyapnya hawa kecenderungan dan keinginan diri.

Sang Syeikh hanya diperlukan selama murid masih memiliki hawa dan keinginan yang harus dihancurkan. Dan, setelah keduanya musnah, maka sang Syeikh pun tidak diperlukan lagi (hanya Allah), sebab si murid sudah tidak memiliki kotoran dan kekurangan.

Jadi, jika engkau telah wushul kepada Allah sebagaimana saya jelaskan, maka berlindunglah senantiasa dari segala selain-Nya (lepaskan drp bergantung kpd selain Allah... As Shomad).

Jangan engkau melihat wujud apa pun selain hakikat wujud-Nya, dalam hal baik sisi mudharat dan manafaat, memberi dan menolak, takut dan harap, namun Dialah sesungguhnya ahli Taqwa dan ahli Maghfirah.
Pandanglah selalu Tindakan(Perbuatan)-Nya sambil menunggu perintah-Nya, menyibukkan diri dengan laku ketaatan-Nya, membedakan diri dari seluruh makhluk-Nya di dunia dan Akhirat.”

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.