Pages

Jumaat, 11 September 2015

Sebenar-benar diri kita ialah Roh diri kita sendiri.

Ingat Diri 
  
Sebenar-benar diri kita ialah Roh diri kita sendiri.
Orang-orang yang lupa pada diri itu berarti orang yang lupa kepada roh.
Orang yang lupa kepada roh berarti orang yang lupa kepada Allah dan orang yang lupa kepada Allah,
termasuk kedalam golongan orang yang tidak mengenal diri.
 
Bilamana kita tidak dapat mengenal diri maka tidaklah ia dapat mengenal Allah.
“Tidak kenal Allah, maka tidak akan ingat kepada Allah”
Bagi mereka yang telah mengenal diri, tidak akan mereka menjadi lupa kepada roh.
Mereka yang tidak lupa kepada diri itu tandanya mereka tidak lupa kepada tuhannya Allah Ta’ala.
 
Allah berfirman: “Keluarlah engkau dari Surga ini, karena tidak pantas engkau berlaku sombong (lupa diri) di dalamnya; oleh sebab itu keluarlah, sesungguhnya engkau dari golongan yang hina”.
 
Mereka yang duduk didalam surga (mengenal diri) tidak seharusnya ada sifat lupa.
Bila lupa akan diri, itu tandanya sombong. Bila sombong menyebabkan lupa diri, bila lupa diri, maka lupa pula kepada Allah.
 
Bagi yang masih ada menyimpan sifat lupa kepada diri artinya juga menyimpan sifat lupa kepada Allah. Apabila kita lupa kepada Allah, menyebabkan kita keluar dari surga Allah. Sebagaimana yang terjadi kepada Adam dan Hawa, ketika memakan buah khuldi.
 
Ingkarnya Adam dan Hawa daripada perintah Allah dengan memakan buah khuldi itu, tidak menyebabkan murka Allah. Yang menjadi kemurkaan Allah ialah lupa kepada Allah selama memakannya.
 
Durhaka untuk mematuhi “INGAT” kepada Allah itu, adalah satu perkara yang tidak dapat diampunkan Allah.
 
Dosa lupa dan lalai itu, menandakan kita telah mensyirikkan Allah.
Karena lupa untuk memandang kepada diri sendiri menyebabkan kita lupa kepada Allah, apabila lupa kepada Allah menyebabkan kita tersingkir dari nikmat surga.
 
Apabila kita lupa untuk memandang kepada diri sendiri dengan sendirinya membuatkan kita lupa untuk memandang Allah. Bilamana lupa untuk memandang Allah, menyebabkan hati kita mudah terpaut untuk memandang dunia sebagai tuan.
 
Apabila kita tidak dapat menikmati nikmat “INGAT” kepada Allah tidaklah Allah itu dapat terdzahir pada sekalian alam.
 

Bilamana Allah tidak dapat didzahirkan atau dinyatakan itulah yang dikatakan lupa atau lalai.
 
Karena lupa atau lalai kepada Allah walaupun sesaat, Syaidina Ali menyebut dirinya “Kafir”
Begitu besarnya martabat atau derajat ingat kepada Allah. Apabila kita telah dapat mengenal diri Walaupun kita telah dapat nikmat surga Allah, namun surga dan nikmat mengenal diri itu, lebih baik dan lebih bahagia dari surga akhirat.
 
Surga akhirat nikmatnya hanya akan dapat dinikmati semasa di alam akhirat saja. Sadangkan surga mengenal diri itu, akan dapat dinikmati selama hayat masih berada didalam dunia hingga sampai kealam akhirat.
 

Nikmat surga dunia dan surga akhirat itu adalah bagi mereka-mereka yang tidak lupa kepada Allah

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.