Pages

Khamis, 23 April 2015

PEMAHAMAN ILMU HAKEKAT berpedoman pada JIWA dan mengikuti ILHAM yang di terima oleh JIWAnya

PEMAHAMAN ILMU SYAREAT berpedoman pada apa yang TERTULIS di ALQURAN dan HADIST sehingga terjadi banyak penafsiran yang terkadang saling bertentangan seperti adanya PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW.

Sedangkan ......Dalam PEMAHAMAN ILMU HAKEKAT berpedoman pada JIWA dan mengikuti ILHAM yang di terima oleh JIWAnya.....

Jika JIWAnya menginginkan merayakan MAULID NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW maka dia akan merayakannya tanpa menyalahkan orang lain yang TIDAK MERAYAKANNYA ......begitu juga sebaliknya jika JIWAnya TIDAK INGIN MERAYAKANNYA maka dia tidak akan merayakannya tanpa menyalahkan orang lain yang MERAYAKANNYA....

Allah swt berfirman dalam surat ASY SYAMS 8-10,yaitu :
" ....Allah mengilhamkan kepada JIWA itu jalan KEFASIKAN dan KETAQWAANNYA, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan JIWA itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.."

"Dari Wabishoh bin Ma'bad ia berkata :
" Saya datang kepada Rasulullah saw dan saya ingin agar tidak ada sesuatu baik berupa kebaikan atau keburukan kecuali aku telah menanyakannya pada beliau.

Saat itu di sisi beliau terdapat sekelompok sahabat, maka saya pun melangkahi mereka hingga mereka berkata :
" Wahai Wabishoh, menjauhlah dari Rasulullah saw, menjauhlah wahai Wabishah ! "
Saya berkata :
" Saya adalah Wabishah, biarkan aku mendekat padanya, karena ia adalah orang yang paling aku cintai untuk berdekatan dengannya."

Maka beliau pun bersabda:
" Mendekatlah wahai Wabishah, mendekatlah wahai Wabishah."

Saya mendekat ke arahnya sehingga lututku menyentuh lutut beliau, kemudian beliau bersabda :
" Wahai Wabishah, aku akan memberitahukan (jawaban) kepadamu sesuatu yang menjadikanmu datang kemari."
Saya berkata :
" Wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku."

Maka beliau pun bersabda :
" Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)."

Saya berkata, " Benar."
Beliau lalu menyatukan ketiga jarinya dan menepukkannya ke dadaku seraya bersabda :
" Wahai Wabishah, mintalah petunjuk dari JIWA mu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu dan manusia memberimu fatwa " (Musnad Ahmad, no.180001)

Sabtu, 11 April 2015

Seorang profesor yang atheis berbicara dalam sebuah kelas.

Seorang profesor yang atheis berbicara dalam sebuah kelas.

Profesor: "Apakah Allah menciptakan segala yang ada?"
Para mahasiswa: "Betul! Dia pencipta segalanya."
Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan."
(Semua terdiam. Agak kesulitan menjawab hipotesis profesor itu).

Tiba-tiba suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.
Mahasiswa: "Prof! Saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"
Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja, dingin itu ada."

Mahasiswa: "Prof! Dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas.
Suhu -460 degree Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam. Tidak boleh bertindak pada suhu tersebut.

Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas ya.
Selanjutnya! Apakah gelap itu ada?"
Profesor: "Tentu saja ada!"

Mahasiswa: "Anda salah lagi Prof! Gelap juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya. Cahaya boleh kita pelajari. Sedangkan gelap tidak boleh.
Kita boleh menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna.
Tapi! Anda tidak boleh mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensiti cahaya di ruangan itu.
Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya.
Jadi! Apakah kejahatan, kemaksiatan itu ada?"
Profesor mulai bimbang tapi menjawab juga: "Tentu saja ada."
Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah Prof! Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan atau kemaksiatan. Seperti dingin dan gelap juga.
Kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya.
Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Allah dalam hati manusia."
Profesor terpaku dan terdiam!
Dosa terjadi kerana manusia lupa hadirkan Allah dalam hatinya..
Hadirkan Allah dalam hati pada setiap saat, maka akan selamatlah diri kita..
Itulah IMAN..
SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA..

Jumaat, 10 April 2015

Surat Al Fathir 27 - Gunung Berwarna Warni


Surat Al Fathir 27 - Gunung Berwarna Warni

Seperti halnya Surat Ar Rahman 19-20 yang menyebutkan fenomena alam berupa pertemuan dua lautan yang tidak bercampur; ternyata fenomena gunung berwarna-warni yang difirmankan Allah dalam Surat Al Fahir 27, pun benar adanya.

Meskipun demikian,mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui fenomena alam yang indah berupa gunung-gunung yang berwarna-warni di Zhangye Danxia, provinsi Gansu, Cina.

Al-Qur'an telah menginformasikan fenomena alam tersebut 14 abad yang lalu.
Apakah Nabi Muhammad SAW pernah ke Cina?
Tidak pernah sama sekali.
Tiada lain tiada bukan, informasi tersebut bersumber dari wahyu Allah SWT semata,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ

"Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang BERANEKA MACAM WARNANYA dan ada (pula) yang hitam pekat."
(QS. Fathir 27)

Gunung yang terletak di China ini tampak seperti hamparan pelangi karena itu orang menyebutnya 'rainbow mountain'.

Gunung pelangi seluas 300 kilometer persegi ini merupakan bagian dari Zhangye Danxia Landform Geological Park yang terletak di provinsi Gansu, China.


Bukit dan lembahnya terdiri dari lapisan warna merah, biru, hijau zamrud, coklat, dan kuning.
Meskipun demikian, di sana tidak ditemui tumbuhan atau hewan apapun karena kondisi tanahnya yang tandus.

Fenomena alam yang menakjubkan ini merupakan contoh geomorfologi petrografi yang terbentuk karena kondisi lingkungan.

Menurut Telegraph, warna-warni perbukitan yang menakjubkan tersebut berasal dari batuan pasir merah dan mineral yang terbentuk sejak Periode Kapur, tepatnya 24 juta tahun lalu.


Gunung ini akan menampilkan pola warna yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi cuaca dan pencahayaan matahari. Warna-warni gunung ini akan semakin kontras jika turun hujan pada hari sebelumnya.


Saat gunung ini pertama kali diketahui khalayak melalui foto yang beredar di dunia maya, banyak yang beranggapan kalau pola pelanginya merupakan hasil rekayasa komputer. Tetapi sekarang Zhangye Danxia Park menjadi salah satu objek wisata paling dicari di China.

SubhanAllah.MahaBenar Allah dengan segala firman-Nya.



Alquran ada menyebut keadan bukit yg berwarna ni da terbukti wujud

Dan nikmat, Tuhan mu yg mana kah yg hendak kamu dustakan... Masya'ALLah tabarakALLah...

Zahir Bersyariat Dan Batin Beriman




Zahir Bersyariat Dan Batin Beriman

Apabila kamu pada zahirnya dihiaskan dengan taat kepada perintah-nya dan Dikurniakan pada batin kamu menyerah diri bulat-bulat kepada Allah s.w.t, yang Demikian adalah sebesar-besar nikmat buat kamu.


Kitab AlHikam
Ibn 'Ata Allah al-Iskandari

MAQAM AL IBAD, MURIDIN dan ARIFFIN

MAQAM AL IBAD..adalah golongan yg beribadah yg punyai maksud iaitu mengharapkan ganjaran seperti pahala.golongan ini merasakan dgn amal yg kuatla mereka masuk ke syurga dan terhindar dr neraka.golongan yg bergantung pd amal apabila sebelum ni mereka istiqomah..smp saat mereka seketika lalai dan tertinggal amalan sebelum ni mereka lakukan..mereka merasa putus asa.

MAQAM MURIDIN..adalah golongan yg juga punyai maksud.mereka beribadah untuk sampai kepada الله untuk mengetahui rahsia2 halus ketuhanan.

MAQAM ARIFFIN..golongan yang beribadah TANPA MAKSUD.

meng-HIDUP-kan JIWA kita dengan AQIDAH

''meng-HIDUP-kan JIWA kita dengan AQIDAH''
''TAUHID dan 
meng-HIDUP-kan AQIDAH TAUHID daLam JIWA kita''

ITU LAH #PRINSIP!!
PRINSIP dan ke-YAKIN-an adaLah menanamkan AQIDAH ke daLam HATI SANUBARI kita~
Penanaman AQIDAH TAUHID adaLah HAL yang sangat UTAMA daLam menentukan Langkah di atas SUNNAH~
Sedangkan SUNNAH adaLah PERJALANAN para RASUL ALLAH , yang merupakan RUNTUYAN WALIJATHAN yang ber-KESINAMBUNG-an antara satu dengan Lainnya , yang TIADA terputus dari AWAL hingga AKHIR~

Dan SEJATI-nya kita , adaLah PENERUS yang akan meLanjutkan TONGKAT ESTAFETA dari WARISAN PendahuLu kita~
TUGAS tersebut merupakan penghormatan TERTINGGI bagi IMAM BESAR ( WaLiyuLLAh ) yang teLah BERJASA , mengembaLikan FITRAH kita sebagai hamba ALLAH untuk terus menerus berusaha me-MURNI-kan DIN dari segaLa bentuk ke-MUSYRIK-an , menjadi TETAP sebagai DINNUL KHOLIS sesuai SUNNAH-nya~
BiLakah JIWA kita TERPANGGIL untuk menjadi PEMEGANG TONGKAT ESTAFETA ?? 
Demi meNeruskan PerjaLanan SUNNAH yang teLah RasuLaLLAh jaLankan~~~
Untuk KembaLi DI HIDUP KAN~

ya... Rabb , jadikan hamba sebagai Penerus dan PeNerus WARISAN RasuLaLLah
ShaLaLLohu'aLaihiwasaLam~
Aamiin~ ya RabbaL'aLamiin~

La HauLa waLa Quwwata iLa BiLLah~

ANTARA MAQAM FANA DAN MAQAM BAQA

ANTARA MAQAM FANA DAN MAQAM BAQA

Ketika Guru Sufi Junaid Al-Baghdadi memerintahkan Mansur Al-Hallaj datang mengadapnya adalah demi menasihatkan agar muridnya itu berhati-hati dari mengucapkan ‘Ana Al-Haq’ kerana ucapan itu boleh menimbulkan fitnah besar. 

‘Ana Al-Haq’ mempunyai dua maksud tersirat yakni kepada Diri Yang Benar atau Diri Yang Sebenar-benar Diri iaitu Wujud Rabbul Izzati yang bernama AKU (bukan Akunya manusia yang diistilahkan kepada roh kerana roh itu hanyalah bayangan yang ditajallikan dari Zat Allah Yang Maha Ada). 

‘Ana Al-Haq’ itu berasal dari kalimat Al-Qur’an iaitu “Lailaha Illa Ana” yang bermaksud “Tiada Tuhan kecuali AKU. AKU atau Ana Al-Haq itu muncul dari DIRI YANG MAHA GHAIB yang disebut Ahadiyat Ghuyub Al-Ghuyub (DIA Yang Tersembunyi atau Batin dalam DiriNya Sendiri tanpa diketahui. 

Setelah DIA Yang Tersembunyi itu keluar dari DiriNya maka DIA pun menyatakan “Ana Allah Lailaha Illa Ana” – “Sesungguhnya AKUlah Allah, Tiada Tuhan melainkan AKU. Justeru apabila DIA menyaksikan ketika itu tiada yang ada kecuali WujudNya sahaja sebagai Ariful Wujud maka DIA pun menyatakan ‘Ila’ lalu menciptakan ‘yang lain’ supaya ada yang bersujud dan beribadah kepadaNya. 

Pertama-tama yang dizahirkanNya adalah Haqiqat Muhammad. Haqiqat Muhammad itu umpama cermin yang membayangkan DiriNya berada di dalamnya itulah AKU – Haqiqat bagi segala Haqiqat atau disebut Jauhar Al-Haqaiq.

Akan tetapi Mansur Al-Hallaj menjawab kepada gurunya Junaid Al-Baghdadi bahwa pengucapan ahwalnya itu memang sukar untuk dikawal. 

Sesungguhnya ada dua orang murid Junaid Al-Baghdadi yang pada ketika itu mengalami ahwal pengucapan ‘Ana Al-Haq’, iaitu Al-Syibli dan Mansur Al-Hallaj. 

Namun pada tanggapan masyarakat Baghdad di zaman itu, apabila Mansur Al-Hallaj yang mengucapkan ‘Ana Al-Haq’ maka dituduh kepadanya seorang yang kafir. 

Sebaliknya pula kepada Al-Syibli bebas dari tuduhan kafir dan menganggapnya sebagai orang yang tidak siuman sepertimana istilah orang Melayu ‘gila isim’. Kenapa?

Ada dua faktor jawabannya di sini. Pertama Al-Syibli yang bebas dari tuduhan kafir adalah disebabkan dirinya di dalam keadaan mabuk spiritual yang keterlaluan hingga menyebabkan hilang seluruh pancaindera kesedarannya. 

Para ulama syariat memfatwakan bahwa orang yang tidak sedarkan diri atau gila semasa mengucapkan Akulah Tuhan adalah tidak bersalah maka tidak boleh dijatuhkan hukuman. 

Akan tetapi apabila Mansur Al-Hallaj yang mengucapkan ‘Ana Al-Haq’ bahwa dirinya masih di dalam keadaan sedar dan terkawal. 

Malahan Mansur Al-Hallaj adalah seorang yang mempunyai daya kematangan intelektual yang tinggi dan penuh kewarasan.

Sebenarnya peringkat yang diduduki oleh Al-Syibli itu adalah baru di maqam fana. Al-Syibli belum lagi terlepas dari maqam fana seperti Mansur Al-Hallaj. 

Sedangkan Mansur Al-Hallaj sudah mencapai maqam Baqa yakni kekal bersama-sama Allah setelah memfanakan dirinya dari sifat kemakhlukan. 

Mansur Al-Hallaj sedar akan apa yang diucapkannya itu tetapi yang menzahirkan ucapan Ana ‘Al-Haq’ itu sebenarnya bukan datang darinya tetapi datang dari Zat Allah itu sendiri yang berada di martabat Wajibal Wujud. 

Martabat Wajibal Wujud ertinya seseorang yang menyedari bahwa dirinya tidak memiliki wujud sebenar maka kewujudannya itu adalah Wujud Zat Allah yang berada di dalam hakikat dirinya maka itulah disebut Wajibal Wujud atau wujud yang tampak nyata adanya. 

Wujud di peringkat rohani disebut Mumkinul Wujud. Wujud di peringkat rahsia disebut Mumta’inul Wujud. Dan Wujud di peringkat makrifat disebut Ariful Wujud.

Selanjutnya Junaid Bagdadi berkata kepada muridnya Mansur Al-Hallaj, “Aku lihat di alam musyahadahku sekeping papan berwarna merah darah. Dan darah itu adalah darah kamu sendiri!”

Mendengarkan ucapan gurunya itu, Mansur Al-Hallaj tersenyum. “Wahai tuan guru, pada ketika itu tuan sendiri telah menanggalkan jubah sufimu dan memakai jubah orang awam!” pintas Mansur Al-Hallaj.

Sebelum Mansur Al-Hallaj ditangkap atas tuduhan telah menyeleweng dari akidahnya, khalifah yang memerintah di masa itu telah menghimpunkan semua ulama syariat di sekitar Baghdad. 

Lalu khalifah meminta fatwa apakah Mansur Al-Hallaj itu kafir atau Islam? Setelah semua ulama syariat itu bermuafakat di dalam persidangan itu, semuanya memutuskan fatwa bahwa Mansur Al-Hallaj adalah kafir dan wajar dijatuhkan hukuman bunuh ke atas dirinya.

Setelah mendengari fatwa tersebut, khalifah berkata pula, “Aku tidak mahu menjatuhkan hukuman ke atas Al-Hallaj dahulu sebelum aku mendapatkan fatwa dari gurunya sendiri!”

Lalu khalifah pun mengutuskan surat kepada Junaid Al-Baghdadi untuk bertanyakan fatwa bahwa apakah Mansur Al-Hallaj kafir atau Islam? 

Tetapi surat itu tidak dilayani oleh Junaid Al-Baghdadi sehinggalah menyusul surat yang kedua. Surat yang kedua kali pun tidak dijawab, lalu diutuskan surat-surat yang ketiga, keempat, kelima dan keenam langsung tidak dilayani juga oleh Junaid Al-Baghdadi. 

Akhirnya, khalifah mengutuskan surat yang ketujuh yakni surat buat kali terakhir jika Junaid Baghdadi masih tetap tidak mahu menjawab maka khalifah akan mengambil tindakan yang tegas untuk menghukum semua ahli sufi dan mengusir mereka keluar dari Baghdad.

Setelah membaca surat ketujuh dari khalifah itu, setiap malam Junaid Al-Baghdadi bermunajat kepada Allah dan menunggu jawaban dari Allah sendiri. 

Justeru Allah mengilhamkan kepadanya untuk membalas surat khalifah itu dengan menuliskan sepucuk surat balasan, “Jika menurut pada hukum syariat, Mansur Al-Hallaj adalah kafir dan wajar dihukumkan bunuh. Akan tetapi jika menurut dari sudut Haq Allah itu sendiri bahwa Mansur Al-Hallaj adalah benar!”

Sebelum berlangsungnya hari hukuman bunuh, Mansur Al-Hallaj pernah bermunajat kepada Allah, “Kekasih yang kucintai adalah diriku yang kucintai. Diriku yang kucintai adalah Kekasih yang kucintai. Inilah Lembah Thuwa yang membingungkan para pencari-Mu. 

Aku ini tukang bidaah maka semua ulama mahu membunuhku. Mereka tidak tahu rahsia yang aku tahu bahwa Engkau sahaja yang menyembah Engkau. 

Aku bersyukur atas kurniaan-Mu untuk memperlihatkan kepadaku siapakah Engkau sebenarnya sehingga tidak cukup ruang di lidahku untuk membalaskan sebesar-besarnya ucapan syukur kepada-Mu. Aku redha atas hukuman-Mu kerana itu kehendak-Mu dan aku sangat-sangat gembira atas cara kematian yang ingin Engkau perlakukan terhadapku.”

Di tempat hukuman, Al-Syibli sempat bertanyakan kepada Mansur Al-Hallaj tentang tasawuf di peringkat muntahi dan bagaimana seseorang itu boleh mencapainya? 

Jawab Mansur Al-Hallaj bahawa apa yang akan disaksikan sebentar nanti dan bagaimana cara hukuman yang diperlakukan ke atasnya itulah tasawuf di peringkat muntahi. 

Maksudnya ialah mencapai maqam Baqa billah – kekal bersama Allah. Tetapi menurut Al-Hallaj, Al-Syibli belum lagi layak untuk capai ke peringkat itu.

Seketika nyawa Mansur Al-Hallaj bercerai dari badan dan semua bahagian anggotanya yang terpotong itu pun menjerit, “ANA AL-HAQ!”


*Awhaduddin al-Balyani dengan fahaman KeEsaan Wujudnya*

Awhaduddin al-Balyani adalah seorang sufi yang terkenal yang hidup pada abad ketujuh Hijriah bersamaan dengan abad ketiga belas Masehi. 

Beliau adalah seorang sufi yang berpegang kepada doktrin atau fahaman Wahdat al-Wujud (keEsaan Wujud). Sebuah risalah karangan beliau tentang Wahdat al-Wujud ini berjudul 'Risalat al-Ahadiah'.

Beliau ada menyatakan pendapatnya dalam hal Wahdat al-Wujud ini. Misalnya katanya: "Jadilah kamu bekas bagi Allah. Jika kamu tidak menjadi bekas bagi Allah, maka janganlah menjadi bekas bagi diri kamu sendiri; kerana jika kamu tidak menjadi bekas bagi diri kamu sendiri, maka kamu adalah bekas bagi Allah. 

Terus terang saya katakan: "Jadilah Allah". Jika kamu bukan Allah, janganlah jadi diri kamu sendiri. Jika kamu bukan diri kamu, maka kamu adalah Allah." Renungkanlah!.

Al-Balyani metafsirkan kata-kata yang berbunyi: "Man arafah nafsah faqad arafa Rabbah." seperti berikut:

Allah itu tidak bersama atau bersekutu dengan sesiapa dan apa pun; dahulu, sekarang dan akan datang. Ia tidak juga berada di atas, di bawah, dan tidak ada sesiapa dan apa pun yang hampir denganNya atau yang jauh dariNya. 

Tidak ada 'bagaimana', tidak ada 'di mana' dan tidak ada 'bila' tentang Dia. Tidak ada ketika, tidak ada masa, dan tidak ada penzahiran, juga tidak ada tempat berkaitan dengan Dia. 

Dia dahulu sama dengan Dia sekarang. Ia Satu (al-Wahid) tanpa kesatuan (Wahidiyyah). Dia Tunggal (al-Fard) tanpa ketunggalan (al-Fardniyah). Fikirkanlah!

Dia bukan 'nama' atau benda yang dinamakan kerana NamaNya adalah Dia dan benda yang dinamakan pun adalah Dia. 

Tidak ada Nama selepas NamaNya dan tidak ada Nama selain dari NamaNya. Dia Yang Awal, tidak ada sesuatu pun sebelumnya. Dia Yang Akhir, tanpa ada sesuatu selepasnya. 

Sebab itulah NamaNya 'al-Awwal'; 'al-Akhir'; 'al-Zahir' dan 'al-Batin'. Tidak ada Yang Awal, tidak ada Yang Akhir, tidak ada Yang Zahir dan tidak ada Yang Batin, melainkan Dia. Semuanya Dia.

Seterusnya Al-Balyani berkata: "Tidak ada yang melihat Dia kecuali Dia. Tidak ada nabi atau wali atau malaikat yang kenal denganNya. Dia sahaja yang mengenal Dia. 

RasulNya adalah Dia sendiri. NabiNya adalah Dia sendiri. Ia mengutus DiriNya sendiri kepada DiriNya sendiri dengan cara DiriNya sendiri, dari DiriNya sendiri dan kepada DirNya sendiri. 

Tidak ada pengantara atau sebab kedua (secondary causes) kecuali Dia sendiri. Tidak ada perbezaan antara 'yang mengutus', dengan 'yang diutus' dan 'yang menerima utusan'. Kenabian dan kerasulan itu pun Dia sendiri juga.

Berkenaan Hadis yang berbunyi: "Araftu Rabbi bi Rabbi" yang bermaksud "Aku kenal Tuhanku melalui Tuhanku." ataupun "Aku kenal Tuhanku dengan Tuhanku", beliau menjelaskan begini:

Apa yang dimaksudkan disini ialah: "Kamu bukan kamu sebenarnya" tetapi adalah "kamu itu Dia" dan "tidak ada kamu".

Ini bukan bermakna Dia (Tuhan) memasuki kamu atau timbul dari kamu, atau kamu memasuki Dia atau timbul dari Dia. Ini juga bukan bermakna kamu memiliki wujud dan memiliki sekian sifat. Sebaliknya, apa yang dimaksudkan ialah kamu langsung 'tidak wujud', dan 'tidak akan ada wujud', samada oleh diri kamu sendiri atau melalui Tuhan, atau dalam Tuhan ataupun dengan Tuhan.


Janganlah kamu sangka bahawa untuk mengenal Dia, kamu mestilah meniadakan diri kamu (yakni memfanakan diri kamu). Jika kamu anggap memfanakan itu perlu, maka itu bermakna kamu menghijabkan Dia. Dia dilindungi oleh sesuatu yang lain daripada Dia. Ini bererti ada wujud yang lain yang lebih besar daripada Dia dan melindungi Dia hingga tidak kelihatan.

Sebenarnya hijabNya itu tidak lain daripada KeEsaanNya dan KetunggalanNya. Itulah sebabnya sesiapa yang sampai ke tahap Hakikat ini boleh berkata, "Ana al-Haq" (Akulah Yang Sebenar) atau ia berkata, "Subhani" (Maha Suci Aku).

Khamis, 2 April 2015

Krisis kenaikan harga barang telah berlaku ke atas manusia sejak pada zaman Rasulullah SAW lagi


Hakikatnya krisis kenaikan harga barang telah berlaku ke atas manusia sejak pada zaman Rasulullah SAW lagi, dan ia telah direkodkan dalam hadis sahih.
Dari Anas bin Malik ra. dia berkata, “Harga barang menjadi mahal pada zaman Nabi SAW, lalu mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, harga telah menjadi mahal maka tetapkanlah harga untuk kami.’” (Riwayat Abu Dawud)
Peristiwa ini berlaku apabila harga barang di pasar di Madinah naik, maka para sahabat bertemu Rasulullah meminta supaya Baginda menetapkan harga supaya orang-orang miskin dapat membeli barang dengan harga yang mereka mampu. Lalu apa jawab Rasulullah?
Baginda bersabda:
“Sesungguhnya Allah, Dialah yang menetapkan harga itu, Dialah Allah yang melapangkan, Dialah Allah yang menyempitkan, serta Dialah Allah yang memberikan rezeki. Dan sesungguhnya aku berharap agar aku bertemu Allah SWT dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku di dalam kezaliman terhadap darah mahupun kezaliman terhadap harta.” (Sahih. Riwayat Abu Daud)
Kenaikan harga barang tidak mengubah rezeki seseorang. Nabi menyatakan bahawa Allah-lah yang melapangkan rezeki seseorang hamba dan Dia juga yang menyempitkan rezeki mana-mana hamba yang dikehendakiNya. Ini selari dengan firman Allah SWT, “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Al-Ra’d: 26)
Usah khuatir kerana rezeki setiap manusia pasti dicukupkan dan tidak dikurangkan sedikit pun. Kenaikan harga sama sekali tidak mempengaruhi rezeki yang ditetapkan. Ini seperti mana sabda Nabi SAW, “Wahai manusia, sesungguhnya salah seorang kamu tidak akan mati sehingga dia mendapat seluruh rezekinya secara sempurna. Maka janganlah kamu tidak sabar dalam mendapatkan rezeki. Bertakwalah kepada Allah, wahai manusia! Carilah rezeki secara baik, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (Sahih. Riwayat Al-Hakim)

Jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui hamba-hambaNya lagi Maha Melihat.” (As-Syura: 27) “Ajaibnya urusan orang Mukmin, seluruh urusannya adalah kebaikan dan ini tidak terdapat kecuali pada seorang Mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur dan ini baik baginya, jika ditimpa musibah dia bersabar dan ini juga baik baginya.” (Riwayat Muslim)
JANGAN RISAU DENGAN GST....Allah S.W.T yg beri rezeki bkn makhluk...

KISAH PUTERI SYAH KIRMANI


KISAH PUTERI SYAH KIRMANI
(Seorang Gadis Yang Tinggi Tawakkalnya Kepada Allah) Syah bin Syuja’ adalah seorang sufi yang berasal dari keluarga bangsawan di kota Kirmani, sebuah kota di Parsi. Beliau biasa dipanggil sebagai Syah Kirmani. Beliau memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Meskipun masih remaja keduanya mempunyai kecerdasan kerohanian yang luar biasa. Barangkali mereka memang mewarisi sifat ayahanda mereka melalui tarbiah dan didikan agama yang begitu baik sekali.dipingitnya (tidak boleh keluar rumah) selama 20 tahun. 

Apabila usianya sudah sampai 20 tahun maka para anak-anak menteri di kota Kirmani ramai yang datang untuk melamarnya. Sebagai orang tua, tentu saja Seorang puteri Syah bin Syuja’ telah Syah bin Syuja’ merasa senang ramai yang meminang puterinya. memutuskannya. Setelah Syah bin Syuja’ pergi menjelajah dari masjid ke masjid tibalah dia di salah satu Tetapi, di sisi lain Syah bin Syuja’ merasa sedih dan bimbang, siapa jodoh puterinya itu yang sebenarnya? 

Maka kepada para anak-anak menteri yang melamar puterinya itu Syah bin Syuja’ meminta waktu 3 hari untuk tersebut “Mahukah engkau seorang isteri yang solehah ?” tanya Syah bin Syuja’ “ Siapa yang kamu mahu menikahkan puterinya kepadaku? Hartaku hanyalah tiga dirham” jawab guru sufi tersebut.
Di dalam masjid yang sedang solat adalah salah seorang guru sufi didalamnya. Guru sufi itu ternyata bukan lain adalah anak murid kepada Syah Kirmani sendiri. Syah bin Syuja’ kemudian segera menemuinya. “Apakah engkau telah berkeluarga?” “Belum, wahai Syeikh” jawab guru sufi “Akan kuserahkan puteriku kepadamu” jawab Syah bin Syuja’. “Dari tiga dirham yang engkau miliki itu, belanjakanlah satu dirham untuk roti, satu dirham untuk minyak mawar, dan satu dirham untuk pengikat tali perkawinan” lanjut Syah bin Syuja’.
"Layakkah saya untuk bernikah dengan anak perempuanmu sedangkan saya adalah seorang lelaki yang miskin", kata guru sufi itu seolah tidak percaya dirinya ingin dinikahkan dengan anak perempuan syeikhnya sendiri. Akhirnya mereka bersepakat. Malam itu juga Syah bin Syuja’ menghantar puterinya ke rumah guru sufi itu. Keduanya pun di nikahkan. Kini keduanya telah menjadi suami isteri. Ketika memasuki rumah sang suami buat pertama kali , puteri Syah bin Syuja’ melihat sepotong roti kering di sebuah kendi berisi air. katanya “Roti apakah ini?” tanya nya kepada suaminya “Roti kelmarin yang kusimpan untuk buka puasa hari ini” jawab guru sufi yang memang terbiasa dengan amalan puasa sunat. Mendengar jawapan itu, tiba-tiba si gadis hendak meninggalkan rumah guru sufi tersebut. Guru sufi pun pasrah seraya berkata: “ Sudah kusedari bahawa puteri Syah Kirmani tidak akan sanggup hidup bersamaku yang miskin ini” Puteri Syah bin Syuja’ menjawab “ Aku meninggalkanmu bukan kerana sedikit hartamu, tetapi kerana lemahnya iman dan kepercayaanmu sehingga engkau menyimpan roti kelmarin dan tidak percaya bahawa Allah akan memberi kamu rezeki setiap hari " kata puteri Syah bin Syuja’ dengan serius.
Guru sufi tersebut sangat terkejut mendengar jawapan isterinya. Ada seorang perempuan yang jauh lebih tinggi berserah diri dan tawakkalnya kepada Allah. “Apakah kesalahanku ini dapat diperbaiki?” guru sufi bertanya “Boleh” jawab puteri Syah bin Syuja’. “Pilihlah satu diantara dua, aku atau roti kering itu!”.Akhirnya suaminya memilih isterinya dan memberi roti itu sebagai sedekah kepada fakir miskin. Amiin Allahumma Amiin Inilah natijah didikan yang sempurna yang telah diberikan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya sehingga seorang gadis memiliki keyakinan dan tawakkal yang tinggi terhadap rezeki Allah . Sedikit pun tidak ragu-ragu dari mana rezeki akan datang kerana ia sesuatu yang telah dijamin keatas setiap manusia oleh Allah. Mudah-mudahan kisah ini memberi kita kekuatan untuk menghilangkan kekhuatiran kita terhadap hilangnya atau berkurangnya harta dunia dari tangan kita bersama keyakinan bahawa khazanah yang berada disisi Allah adalah lebih baik dan lebih mulia.

Rabu, 1 April 2015

Selamat sampai di Kota Kinabalu

Sambung perjuangan dakwah menegakkan iktiqad tauhid ke negeri Dibawah Bayu

Dalam perjalanan menuju KLIA


Sambil menunggu penerbangan ke Kota Kinabalu untuk bertemu jemaah baru di Ranau Sabah


Walaupun keletihan perjuangan perlu diteruskan...
Ranau mu tunggu Aku datang!


Menghilangkan dahaga sebelum sampai ke destinasi...

Pak Habib selamat sampai di Kuala Lumpur

Pak Habib nampak keletihan setelah seminggu roadshow ke 3 negeri pantai timur


Baru sampai di K Lumpur Pak Habib di kedai Tok Mat di lrt Pandan Jaya
berjumpa Tok Mat  dan Brother Bukit

Pak Habib di Pekan Pahang bersama jemaah baru di sana







Perjumpaan santai Pak Habib dengan jemaah di Kuala Terengganu



Muzakarah ilmu mengenal diri kaedah BBM di Bachok Kelantan



Pak Habib Syed Padzil Barakbah bersama dengan group IPBBM Kelantan

 GROUP IPBBM KELANTAN
 SYED PADZIL BARAKBAH






Perumpamaan Orang Yang TERGODA Dengan Dunia.

Perumpamaan Orang Yang TERGODA Dengan Dunia.
Ada sesenduk madu yang jatuh ke lantai, lalu datanglah semut mencicipinya dari PINGGIRNYA, setelah itu dia pergi meninggalkannya.
'Perumpamaan Orang Yang TERGODA Dengan Dunia.

Ada sesenduk madu yang jatuh ke lantai, lalu datanglah semut mencicipinya dari PINGGIRNYA, setelah itu dia pergi meninggalkannya.

Namun rasa madu itu terlalu nikmat baginya, maka dia pun kembali untuk melahapnya, kemudian dia berusaha meninggalkannya lagi.

Belumpun jauh dia meninggalkannya, dia merasa belum cukup dengan apa yang dinikmatinya dari PINGGIRAN madu itu, akhirnya dia pun memutuskan masuk ke TENGAH madu itu untuk menikmati manisnya lebih banyak lagi.

Maka sampailah dia di pertengahannya dan mula menikmati manisnya madu itu dengan lebih rakus. Namun, ketika dia ingin keluar, ternyata dia tidak bisa, kaki-kakinya telah melekat di dalam madu itu dan keadaannya terus seperti itu hingga dia mati.

Begitulah dunia, manisnya akan terus menggoda, jangan sampai kita terlena dengannya, tapi gunakanlah ia untuk mendapatkan PAHALA akhirat, bukan HANYA untuk menikmatinya sahaja.

Semoga kita selalu mendapat taufiq-Nya dalam memperlakukan dunia.'Namun rasa madu itu terlalu nikmat baginya, maka dia pun kembali untuk melahapnya, kemudian dia berusaha meninggalkannya lagi.
Belumpun jauh dia meninggalkannya, dia merasa belum cukup dengan apa yang dinikmatinya dari PINGGIRAN madu itu, akhirnya dia pun memutuskan masuk ke TENGAH madu itu untuk menikmati manisnya lebih banyak lagi.
Maka sampailah dia di pertengahannya dan mula menikmati manisnya madu itu dengan lebih rakus. Namun, ketika dia ingin keluar, ternyata dia tidak bisa, kaki-kakinya telah melekat di dalam madu itu dan keadaannya terus seperti itu hingga dia mati.
Begitulah dunia, manisnya akan terus menggoda, jangan sampai kita terlena dengannya, tapi gunakanlah ia untuk mendapatkan PAHALA akhirat, bukan HANYA untuk menikmatinya sahaja.
Semoga kita selalu mendapat taufiq-Nya dalam memperlakukan dunia.