Pages

Rabu, 25 Disember 2013

Mengenal Allah ada empat cara

Mengenal Allah ada empat cara yaitu :

• MENGENAL WUJUD ALLAH
aitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at. 

 Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya.

 Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam surat Al A’raf ayat 172-173.

Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firmanNya): "Bukankah Aku tuhan kamu?" Mereka semua menjawab: "Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi". Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: "Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini".
(Al-A'raaf 7:172)



Atau supaya kamu tidak mengatakan:" Sesungguhnya ibu bapa kamilah yang melakukan syirik dahulu sedang kami ialah keturunan (mereka) yang datang kemudian daripada mereka. Oleh itu, patutkah Engkau (wahai Tuhan kami) hendak membinasakan kami disebabkan perbuatan orang-orang yang sesat itu?"
(Al-A'raaf 7:173)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya.

Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.

• MENGENAL RUBUBIYAH ALLAH. Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya.

 Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat.
Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.
Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini.

“’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (Al Ikhlas ayat 1-4).

Katakanlah (wahai Muhammad): "(Tuhanku) ialah Allah Yang Maha Esa;
(Al-Ikhlaas 112:1)


"Allah Yang menjadi tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat;
(Al-Ikhlaas 112:2)


"Ia tiada beranak, dan Ia pula tidak diperanakkan;
(Al-Ikhlaas 112:3)


"Dan tidak ada sesiapapun yang serupa denganNya".
(Al-Ikhlaas 112:4)

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata.

Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu.

Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu?
Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa?

Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?.
Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan yaitu pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya (lihat surat Az Zumar ayat 3 ),

Ingatlah! (Hak yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala ibadat dan bawaan yang suci bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung dan penolong (sambil berkata): "Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya", - sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang-orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan-bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik).
(Az-Zumar 39:3)

dan kedua, agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan) di sisi Allah (lihat surat Yunus ayat 18).

Dan mereka menyembah yang lain dari Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan mudarat kepada mereka dan tidak dapat mendatangkan manfaat kepada mereka dan mereka pula berkata: "Mereka (yang kami sembah itu) ialah pemberi-pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah". Katakanlah (wahai Muhammad): "Adakah kamu hendak memberitahu kepada Allah akan apa yang Ia tidak mengetahui adanya di langit dan di bumi (padahal Allah mengetahui segala-galanya)? Maha Suci Allah dan tertinggi keadaanNya dari apa yang mereka sekutukan."
(Yunus 10:18)
Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya (lihat surat Az Zukhruf ayat 87, surat Al Ankabut ayat 61 dan ayat 63).

Dan demi sesungguhnya! Jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah!". (Jika demikian) maka bagaimana mereka rela dipesongkan (dari menyembah dan mengesakanNya)?
(Az-Zukhruf 43:87)

Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan yang memudahkan matahari dan bulan (untuk faedah makhluk-makhlukNya)?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Maka bagaimana mereka tergamak dipalingkan (oleh hawa nafsunya daripada mengakui keesaan Allah dan mematuhi perintahNya)?
(Al-'Ankabuut 29:61)

Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Ucapkanlah (wahai Muhammad): "Alhamdulillah" (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian), bahkan kebanyakan mereka tidak memahami (hakikat tauhid dan pengertian syirik).
(Al-'Ankabuut 29:63)

Demikianlah Allah menjelaskan tentang keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah Allah. Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam dan menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka.

Makanya, jika kita melihat kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, kita sadari betapa besar kerusakan akidah yang melanda saudara-saudara kita.

Banyak yang masih menyakini bahwa selain Allah, ada yang mampu menolak mudharat dan mendatangkan manfaat, meluluskan dalam ujian, memberikan keberhasilan dalam usaha, dan menyembuhkan penyakit.

Perbuatan dan keyakinan seperti ini merupakan keyakinan yang rusak dan bentuk kesyirikan kepada Allah.

• MENGENAL ULUHIYAH ALLAH.
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah.

Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah (lihat surat Al Fatihah ayat 5, surat An Nisa ayat 36, surat Al Baqarah ayat 21).

Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.
(Al-Faatihah 1:5)

Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua; dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa, dan kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan jiran tetangga yang dekat, dan jiran tetangga yang jauh, dan rakan sejawat, dan orang musafir yang terlantar, dan juga hamba yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong takbur dan membangga-banggakan diri;
(An-Nisaa' 4:36)

Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertaqwa.
(Al-Baqarah 2:21)

Rosulullah telah membimbing Ibnu Abbas sabdanya, “Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).


Contoh konkrit penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut.

Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya.

Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya.

Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.

• MENGENAL NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH. Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya.
Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya.
Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi (lihat surat Al A’raf ayat 186, surat An Nahl ayat 60).

Sesiapa yang disesatkan oleh Allah (kerana keingkarannya), maka tidak ada sesiapa pun yang akan dapat memberi petunjuk kepadanya; dan Allah membiarkan mereka meraba-raba (dengan bingung) dalam kesesatan mereka.
(Al-A'raaf 7:186)

Bagi mereka yang tidak beriman kepada hari akhirat itu, sifat yang buruk, dan bagi Allah jualah sifat yang tertinggi; dan Dia lah jua Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.
(Al-Nahl 16:60)

Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang dimaui Allah dan Rasul-Nya dan tidak menyelewengkannya sedikitpun. Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaui oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah berbicara tentang Allah tanpa dasar ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama. (lihat surat Al A’raf ayat 33, dan surat Al-Isra ayat 36).

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan-perbuatan yang keji, sama ada yang nyata atau yang tersembunyi; dan perbuatan dosa; dan perbuatan menceroboh dengan tidak ada alasan yang benar; dan (diharamkanNya) kamu mempersekutukan sesuatu dengan Allah sedang Allah tidak menurunkan sebarang bukti (yang membenarkannya); dan (diharamkanNya) kamu memperkatakan terhadap Allah sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya.
(Al-A'raaf 7:33)


Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya.
(Al-Israa' 17:36)

Wallahu a’lam.
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.