“Allah cahaya petala langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya bagaikan sebuah misykat yang didalamnya terdapat pelita terang. Pelita tersebut di dalam kaca, kaca itu seolah kaukab yang berkilau dinyalakan oleh (minyak) dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walau tanpa disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa-siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. ( ANNUR :35 )
Ayat tersebut ( diatas ) mengisyaratkan tentang manusia, dimana di dalam jasad (misykat)-nya terdapat nafs (jiwa) yang qalb (zujajah)-nya bercahaya seperti bintang karena telah dinyalakan dari dalam dengan api Ruh al-Quds (misbah).
Adapun misykat sifatnya kusam dan tak tembus pandang, sebagai perlambang jasad yang berasal dari alammulk (ardhiyah), merupakan manifestasi terendah dari kehadiran Al-Haq dalam alamsyahadah.
Bola kaca zujajah yang jernih tembus pandang melambangkan qalb, merupakan aspek rasa dari si nafs yang berasal dari alam malakut.
Si nafs melakukan serangkaian proses tazkiyyatun-nafs (pensucian jiwa) sehingga jernihlah qalbnya dan tampaklah titik-apinya menyala di inti jiwa.
Jika insan dapat mencapai state ( makam ) seperti digambarkan An-Nur [24]: 35, maka insan tersebut dinamai syuhada (saksi Allah sejati) karena telah berperanan sebagai cahaya yang menampakkan khazanah Ilahi sebagai Harta Terpendam (Kanzun Makhfiyan)[6]. Ayat di atas menyatakan struktur target yang harus manusia capai walau sulit.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.