BELAJAR MAKNA SABAR
Allah Swt. berfirman: "Sabarlah engkau (ya Muhammad), tiada kesabaranmu itu kecuali dengan pertolongan Allah Swt." (QS An-Nahl: 127).
Aisyah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
"Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan)
yang pertama." Dari Anas bin Malik dikatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan) yang pertama." Sabar terbagi menjadi dua, yaitu sabar yang berkaitan dengan usaha hamba dan sabar yang tidak berkaitan dengan usaha.
Sabar yang berkaitan dengan usaha terbagi menjadi dua, yaitu sabar terhadap apa yang diperintah oleh Allah dan sabar terhadap apa yang dilarang-Nya.
Sedang sabara yang tidak berkaitan dengan usaha adalah sabar terhadap penderitaan yang terkait dengan hukum karena mendapatkan kesulitan.
Imam Junaid Al-Baghdadi mengatakan, "Perjalanan dari dunia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman; putusnya hubungan makhluk di sisi Allah Swt. adalah berat; perjalanan dari diri sendiri (jiwa) menuju Allah Swt. adalah sangat berat; dan sabar kepada Allah Swt. tentu akan lebih berat."
Dia ditanya tentang sabar, lalu dijawab, "Menelan kepahitan tanpa bermasam muka." Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar merupakan bagian dari iman sebagaimana tempat kepala merupakan bagian dari tubuh.
Menurut Abul Qasim, yang dimaksud firman Allah Swt. "Sabarlah engkau (ya Muhammad)" adalah fondasi ibadah, sedang yang dimaksud firman Allah Swt., "tiada kesabaranmu kecuali dengan pertolongan Allah Swt." (QS. An-Nahl: 127) adalah ubudiyah (penghambaan, bersifat ibadah).
Barangsiapa yang naik dari satu derajat untuk-Mu, maka dia pindah dari derajat kaidah menuju derajat ubudiyah. Rasulullah Saw. bersabda, "Hanya dengan pertolongan-Mu saya dapat hidup dan mati."
Abu Sulaiman pernah ditanya tentang sabar. Dia menjawab, "Demi Allah, kami tidak bersabar terhadap apa yang kami cintai, maka bagaimana kami bersabar terhadap apa yang kami benci?"
Menurut Dzun Nun Al-Mishri, yang dimaksud sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan, bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan, dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran di medan penghidupan. --Risalah Qusyairiyah
"Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan)
yang pertama." Dari Anas bin Malik dikatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan) yang pertama." Sabar terbagi menjadi dua, yaitu sabar yang berkaitan dengan usaha hamba dan sabar yang tidak berkaitan dengan usaha.
Sabar yang berkaitan dengan usaha terbagi menjadi dua, yaitu sabar terhadap apa yang diperintah oleh Allah dan sabar terhadap apa yang dilarang-Nya.
Sedang sabara yang tidak berkaitan dengan usaha adalah sabar terhadap penderitaan yang terkait dengan hukum karena mendapatkan kesulitan.
Imam Junaid Al-Baghdadi mengatakan, "Perjalanan dari dunia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman; putusnya hubungan makhluk di sisi Allah Swt. adalah berat; perjalanan dari diri sendiri (jiwa) menuju Allah Swt. adalah sangat berat; dan sabar kepada Allah Swt. tentu akan lebih berat."
Dia ditanya tentang sabar, lalu dijawab, "Menelan kepahitan tanpa bermasam muka." Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar merupakan bagian dari iman sebagaimana tempat kepala merupakan bagian dari tubuh.
Menurut Abul Qasim, yang dimaksud firman Allah Swt. "Sabarlah engkau (ya Muhammad)" adalah fondasi ibadah, sedang yang dimaksud firman Allah Swt., "tiada kesabaranmu kecuali dengan pertolongan Allah Swt." (QS. An-Nahl: 127) adalah ubudiyah (penghambaan, bersifat ibadah).
Barangsiapa yang naik dari satu derajat untuk-Mu, maka dia pindah dari derajat kaidah menuju derajat ubudiyah. Rasulullah Saw. bersabda, "Hanya dengan pertolongan-Mu saya dapat hidup dan mati."
Abu Sulaiman pernah ditanya tentang sabar. Dia menjawab, "Demi Allah, kami tidak bersabar terhadap apa yang kami cintai, maka bagaimana kami bersabar terhadap apa yang kami benci?"
Menurut Dzun Nun Al-Mishri, yang dimaksud sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan, bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan, dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran di medan penghidupan. --Risalah Qusyairiyah
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.