Lemparkanlah Tongkatmu
Sang Raja nan Maha Indah dan Penyayang
telah berkenan menerimaku.
Dia Sang Saksi cahaya hati,
Sang Penyejuk dan Sahabat jiwa,...
Ruh bagi segenap semesta.
Kujumpai Dia yang telah menganugerahkan
hikmah kepada para bijak-bestari,
kemurnian kepada orang-orang suci.
Dia yang dipuja rembulan dan bintang-bintang.
Dia yang kepadanya menghormat sekalian wali.
Seluruh sel pada diriku berseru:
Alhamdulillah, Allahu Akbar.
Ketika Musa melihat pohon yang menyala, [1]
dia berkata: "setelah menemukan anugerah ini,
tak lagi kubutuhkan sesuatu yang lain."
Tuhan berkata, "Wahai Musa, penjelajahanmu
telah selesai. Lemparkanlah tongkatmu." [2]
Pada saat itu Musa mengenyahkan dari hatinya
semua teman, saudara, dan kerabat.
Inilah makna dari tanggalkan ke dua terompahmu: [3]
Hilangkan dari hatimu hasrat akan sesuatu pun
di kedua alam.
Sejatinya, ruang qalb itu diperuntukkan
bagi-Nya semata.
Hanya akan kauketahui hal ini melalui
pertolongan para nabi.
Tuhan berkata,
"Wahai Musa, apa itu yang engkau pegang
di tangan kananmu?" [4]
Musa menjawab,
"Ini tongkatku, untuk membantuku berjalan." [5]
Tuhan berkata,
"Lemparkanlah tongkatmu, dan perhatikanlah [6]
keajaiban di dalam dirimu sendiri."
Musa melemparkan tongkatnya ke tanah,
dan tongkat itu berubah menjadi seekor naga.
Langsung Musa lari ketakutan. [7]
Tuhan berkata,
"Pungutlah kembali, dan akan Kuubah dia [8]
menjadi tongkat lagi.
Dengan berkah-Ku, musuh-musuhmu akan
memberimu pertolongan.
Musuh-musuhmu akan berupaya
meraih persahabatanmu."
Wahai tangan, tetaplah berupaya meraih-Nya.
Wahai kaki, tetaplah berjalan kepada-Nya.
Janganlah lari dari ujian yang Kami berikan padamu.
Karena ketika kau jumpai kesulitan,
disitu akan kau jumpai sarana untuk
memahami maksudnya.
Tak ada seorangpun yang berhasil lolos dari
kesulitan, kecuali terjadi kepadanya
hal yang lebih buruk.
Jangan makan umpannya!
Bala-bencana menantimu.
Jangan menyerah pada keraguanmu!
Itu akan melemparkanmu dari Jalan.
Kini, Matahari dari Tabriz telah memberi kita
pertolongan: dia telah pergi, dan tinggalkan
kita sendiri.
Catatan:
[1] QS Al Qashash [28]: 30.
[2] QS Al Qashash [28]: 31, Thaahaa [20]: 19.
[3] QS Thaahaa [20]: 12.
[4] QS Thaahaa [20]: 17.
[5] QS Thaahaa [20]: 18.
[6] QS Thaahaa [20]: 19.
[7] QS Thaahaa [20]: 20.
[8] QS Thaahaa [20]: 21.
Pernah kuberada di taman-Mu,
di bawah pohon,
yang kabulkan semua keinginan.
Sepenuh diriku terbakar,
sehingga ku menari tanpa musik.
Kini aku sesosok bayangan,
kumenari seiring cahaya Matahari:
kadang kuberbaring di tanah,
kadang kuberdiri-terbalik, di atas kepalaku;
kadang aku memanjang,
kadang aku memendek.
Bagai gerakan cahaya dan bayangan,
melintas permukaan bumi,
kujelajahi zaman.
Aku lah pangeran Mesir,
dan pemandu Bangsa Israil.
Bagi para ulama,
aku lah sang Pembawa Sabda.
Terkadang aku jadi Kalam.
Terkadang aku jadi tongkat di tangan Musa.
Terkadang aku jadi naga,
membelah jalanku menerobos gurun.
Jangan pernah cari Cinta,
dengan bersandar pada tongkat-kayu fikiran;
guna tongkat-kayu itu,
hanya untuk memandu jalan orang buta.
Yang kudamba hanyalah isyarat-Mu:
satu anggukan dari-Mu,
maka jiwaku kan bebas.
Tidaklah dari sini kuberasal,
aku pengelana yang singgah sejenak.
Tersaruk berjalan,
buta, tak tentu arah.
Mendamba uluran tangan-Mu,
membimbingku, melangkah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.