Pages

Ahad, 16 Ogos 2015

6 PETUA DALAM MENCARI KEBERKATAN DALAM PEKERJAAN.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين و على آله وصحبه اجمعين. أما بعد:

TAZKIRAH HARI INI UNTUK RENUNGAN BERSAMA.  
(Shah Alam, Jumaat 14 Ogos 2015).

6 PETUA DALAM MENCARI KEBERKATAN DALAM PEKERJAAN.

Setiap manusia hidup pasti memerlukan keuangan dalam menyediakan kemudahan asas dalam hidup, dan tentunya keperluan  hidup tersebut dapat  kita peroleh dengan jalan bekerja.

Bekerja  merupakan jalan untuk  mendapatkan rizki yang di berikan Allah SWT kepada munusia. Oleh karena itu dalam  mencari  pekerjaan  sebagian sarana meraih  rizki Allah SWT tersebut,  memerlukan syarat agar rizki yang kita dapat  adalah  rizki yang halal dan  berkat serta  ada  manfaat untuk  diri kita dan orang lain.

Pada TAZKIRAH hari ini, USM ingin berkongsi sedikit tentang  beberapa nasehat yang bermanfaat bagi yang sedang mencari kerja aga rizki yang kita dapat ada keberkatan di sisi Allah SWT.

Diantara petua dalam mencari pekerjaan tersebut adalah:

1. Meyakini Bahawa  Setiap Jiwa Sudah Ditentukan Rizkinya oleh Allah SWT.

Setiap manusia sudah ada ketentuan rizkinya masing-masing. Jangan kita takut mati tak dapat  rizki.

Kalau sudah ada jaminan yang  demikian, maka  setiap orang  yang bekerja teruslah bekerja, jangan khawatir dengan rezeki yang AllahSWT beriman.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ.

Ertinya :
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna  semua bahagian  rizkinya (masing-masing). Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah cara dalam mendapatkan rizeki tersebut. Jangan sampai tertundanya rizki mendorong kalian untuk mencari rizki  tersebut dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rizki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Ibnu Abi dan Thabrani).

Hadits di atas, Allah SWT  memerintahkan kita untuk mencari rizki dengan cara yang halal. Jangan mencari  rizki dengan cara melakukan dosa dan maksiat kepada Allah SWT dengan menghalalkan segala macam  cara.

2. Cari Pekerjaan yang Halal disisi Allah SWT, Jauhi Pekerjaan  yang Haram.

Dalam mendapatkan  pekerjaan untuk meraih rizki Allah SWT,   Carilah pekerjaan  yang halal dan jauhilah yang haram.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ.

Ertinya :
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah).

Jika pekerjaan yang ditempuh adalah pekerjaan yang halal, tentu akan berpengaruh pada makbulnya do’a. Sebaliknya, yang ditempuh adalah cara yang tidak halal, lihat saja bagaimana akibat buruknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Ertinya :
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim)

Yusuf bin Asbath berkata:

بَلَغَنَا أنَّ دُعَاءَ العَبْدِ يَحْبِسُ عَنِ السَّمَاوَاتِ بِسُوْءِ المطْعَمِ

Ertinya:
“Telah sampai pada kami bahwa do’a seorang hamba tertahan di langit karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.”

Lihatlah para salaf sangat memperhatikan apa yang mereka makan dalam perutnya. Ada yang bertanya kepada Sa’ad bin Abi Waqqash:

تُسْتَجَابُ دَعْوَتُكَ مِنْ بَيْنَ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ؟ فَقَالَ : مَا رَفَعْتُ إِلَى فَمِي لُقْمَةً إِلاَّ وَأَنَا عَالِمٌ مِنْ أَيْنَ مَجِيْئُهَا ، وَمِنْ أَيْنَ خَرَجَتْ

Ertinya:
“Apa yang membuat do’amu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya?” Sa'ad mejawab: “Aku tidaklah memasukkan satu suapan ke dalam mulutku melainkan aku mengetahui dari manakah datangnya dan dari mana akan keluar,” jawab Sa’ad.

Dari Wahb bin Munabbih, ia berkata,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ دَعْوَتَهُ ، فَلْيُطِبْ طُعْمَتَهُ

Ertinya :
“Siapa yang berharap do’anya dikabulkan oleh Allah, maka perbaikilah makanannya.” (Dinukil dari Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 275-276).

3. Cari Pekerjaan Yang Mendatangkan Keberkatan, Bukan Dengan Besarnya Gaji yang Diperolehi.

Ada sahabat yang pernah bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

Ertinya:
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad).

Hadits di atas menunjukkan kepada  Kita  bahawa para sahabat tidak bertanya manakah pekerjaan yang paling banyak pendapatannya dan untungnya.

Namun yang mereka tanya adalah manakah yang paling thoyyib (diberkahi). Sehingga dari sini kita ketahui bahawa tujuan dalam mencari rizki adalah mencari yang paling berkat, bukan mencari manakah pekerjaan yang pendapatannya paling besar. Karena pendapatan yang besar belum tentu berkat di sisi Allah SWT.
(Demikian penjelasan berharga dari Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 6: 10).

Pekerjaan yang gajinya besar jika tidak ada keberkatan, terkadang sampai melalaikan ibadah bahkan  sampai sanggup  meninggalkan shalat, buruk  perangai  serta bersikap  sombong pada  orang lain.

4. Jauhkan Pekerjan Dengan Jalan Meminta-Minta dan Mengemis Pada  Orang lain.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

Ertinya :
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ

Ertinya:
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad).

Perlu dipahami bahwa hanya tiga orang yang diperbolehkan meminta-minta sebagaimana disebutkan dalam hadits Qabishah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لاَ تَحِلُّ إِلاَّ لأَحَدِ ثَلاَثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلاَثَةٌ مِنْ ذَوِى الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلاَنًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ – أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ – فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا

Ertinya :
“Wahai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali untuk tiga orang:
(1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya.
(2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sara hidup, dan
(3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata, ‘Si fulan benar-benar telah tertimpa kesengsaraan’, maka boleh baginya meminta-minta sampai mendapatkan sara hidup.
Meminta-minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah adalah haram dan orang yang memakannya berarti memakan harta yang haram.” (HR. Muslim).

Perlu dipahami bahawa orang miskin yang sebenarnya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah berikut, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا.

Ertinya :
“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, dan  ia malu atau tidak meminta dengan cara memaksa.” (HR. Bukhari).

Orang miskin sebenarnya bukan pengemis. Orang miskin adalah yang sudah ada pekerjaan, namun masih  tetap belum mencukupi keperluan  asasnya  dan masih meminta-minta kepada orang lain dengan jalan  memaksa.

5. Cari Pekerjaan yang Tidak Menyusahkan Orang Lain

Salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang sehingga mematikan stok barang di pasaran, terutama untuk barang asas yang diperlukan masyarakat banyak.

Dalam hadits disebutkan:

لاَ يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ

Ertinya :
“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa.” (HR. Muslim).

Apa hikmah larangan menimbun barang?
Imam Nawawi berkata, “Hikmah terlarangnya menimbun barang karena ianya dapat menimbulkan mudarat bagi orang  ramai.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 43).

6. Perbanyakkan Do’a Agar mendapatkan Rizki yang Halal.

Tanpa do’a dan tanpa banyak memohon pada Allah, kita sulit mendapatkan yang halal. Hanya dengan banyak berdoa  kepada Allah SWT, kita akan dipermudahkan  jalan untuk meraih sumber  yang halal.

Teruskan meminta kepada Allah SWT untuk mendapatkan pekerjaan yang halal sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kita:

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ertinya :
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”
[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi).

Ya Allah berkatilah usaha kami untuk mendapatkan sumber  rizki yang halal dan jauhkanlah dari kami  ya Allah dari  sumber rizki yang tidak  halal. Mudah-Mudahan rizki yang  Engkau  berikan kepada kami akan  mendapatkan keberkatan dalam  hidup kami  untuk menghambakan diri serta  mengabdikan diri kepada-Mu.  Aamiinn Yaa Robbal 'Aalamiin !!!!!

Wallahu A'lam.
Doakan istiqamah serta Sehat wal Afiat.
Wassalam USM. (Ustaz Sihabuddin Muhaemin).

Catatan:
ILMU ITU HANYA MILIK ALLAH SWT UNTUK DISEBARKAN.
SILA KONGSIKAN DENGAN SESAMA SAUDARA.
Mudah-Mudahan bermanfaat Untuk Semua.
Di Dunia Dan Di Akhirat Nanti. Insya-Allah. Aamiinn !!!!!

Kritik Dan Saran Yang Membina Sangat Dialu-alukan.
Sila tlp/sms kami, USM (012-6653988).
Atau layari laman facebook:
http://www.facebook.com:
USM - Sihabuddin Muhaemin.

TERIMA KASIH. 
(Shah Alam, Jumaat 29 Syawal 1436 H).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.