“Wahai jiwa yang tenang! (27), Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya (28). Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambak-Ku (29), dan masuklah ke dalam surga-Ku (30).” (Al-Fajr 27-30)
TAFSIR SURAT AL-FAJR 27-30
Dalam Tafsir Imam Ibnu Katsir [1] disebutkan maksud dari firman Allah SWT, “Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambak-Ku” adalah ke dalam kelompok mereka. Firman Allah SWT, “dan masuklah ke dalam surga-Ku” dikatakan kepada jiwa ketika dihadirkan pada hari Kiamat, sebagaimana para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman ketika mereka dibangkitkan dari kubur.
Berkaitan dengan firman Allah SWT, “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya” Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun ketika Abu Bakar sedang duduk, kemudian ia bertanya, ‘Wahai Rauslullah, apa maksudnya itu?’ Rasulullah menjawab, “Ayat ini akan dikatakan kepadamu.'”
Dalam tafsir Imam At-Tabari [2] disebutkan, dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan tentang perkataan malaikat kepada para walinya di hari kiamat, “Wahai jiwa yang tenang!”. Maknanya, jiwa yang yakin dan memercayai janji Allah SWT yang telah dijanjikan-Nya bagi orang beriman di dunia, berupa kemuliaan di akhirat. Pemaknaan ini sesuai dengan perkataan Qatadah bahwa yang dimaksud dengan ayat, ““Wahai jiwa yang tenang!”, ialah seorang mukmin yang jiwanya yakin janji Allah SWT. Dalam riwayat lain, “Merasa yakin dan memercayai apa yang difirmankan Allah.” Selanjutnya, malaikat berkata, “kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” Menurut Imam At-Tabari, perkataaan ini diucapkan kepada mereka ketika roh-roh itu dikembalikan kepada jasadnya pda hari kebangkitan, berdasarkan petunjuk dari firman Allah SWT, “Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambak-Ku , dan masuklah ke dalam surga-Ku“. Firman-Nya ini menunjukkan bahwa jiwa-jiwa yang tenang itu dimasukan ke dalam surga tiada lain pada hari itu, bukan sebelumnya. Ayat ini sebagai penjelasan dari Allah SWT tentang tempat kembalinya jiwa-jiwa yang tenang, yaitu yang beriman kepada Allah SWT, mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta membenarkan ayat-ayat yang datang dari Tuhan-Nya.
ASBABUNNUZUL (Sebab turunnya ayat)
Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim, dari Buraidah, ayat 27 surat Al-Fajr turun menceritakan Hamzah, paman Rasulullah SAW yang gugur dalam Perang Uhud. Allah SWT menurunkan ayat tersebut sebagai tanda kebesaran atas jiwa yang tenang. (Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an: 903)
KHAZANAH PENGETAHUAN
Untuk lebih memperdalam tafsiran Surat Al-Fajr 27-30 di atas , maka pada postingan ini saya juga menampilkan sebuah artikel dari Harun Yahya yang termuat di Syaamil Qur’an: Mirracle The Reference yang berjudul “Menguatkan Hati Nurani agar Jiwa menjadi Tenang” [3].
Kata hati adalah kekuatan yang dipercayakan oleh Allah SWT kepada manusia untuk menunjukkan jalan yang benar kepada mereka dan segala macam sikap serta tingkah laku yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Kata hati mengilhami seseorang, cara untuk menyenangkan Allah SWT dan berbuat sesuai dengan Al-Qur’an. Apa pun kondisinya, seseorang yang mendengarkan suara hatinya akan mencapai keihklasan. Keikhlasan berarti kemampuan untuk memakai hati nurani seseorang seefektif mungkin. Ini juga berarti seseorang tidak boleh mengabaikan kata hatinya, bahkan di bawah pertentangan pengaruh luar atau nafsu rendahnya.
Karena alasan inilah seseorang yang berharap untuk mendapatkan keikhlasan, pertama-tama ia harus menentukan apakah ia memakai hati nuraninya dengan baik atau tidak. Hati nurani adalah berkah bagi kemanusiaan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.