Pages

Selasa, 6 Mac 2018

Tanazul Dan Taraqi

Jalan Pulang Menuju Allah

Tanazul Dan Taraqi

Dalam pembahasan Martabat Tujuh, Allah bertajalli menjadi tujuh martabat yaitu :

1. Martabat Ahadiyah 
2. Martabat Wahdah 
3. Martabat Wahidiyah 
4. Martabat alam Arwah 
5. Martabat alam Misal 
6. Martabat alam Ajsam
7. Martabat alam Insan Kamil .

Proses Allah bertajalli dari Martabat Ahadiyah sampai menuju Martabat Insan Kamil itu disebut dengan Tanazul, yaitu perjalanan atau pergerakan dari atas ke bawah (al-qaus al-tanzil), ketika Tuhan akan melihat dirinya maka Ia memanifestasikan dirinya ke dalam wujud lain yang kemudian disebut dengan tajalli. 

Sebaliknya proses Taraqi @ naik yaitu :
1. Martabat alam Insan Kamil
2. Martabat alam Ajsam
3. Martabat alam Misal 
4. Martabat alam Arwah
5. Martabat Wahidiyah 
6. Martabat Wahdah 
7. Martabat Ahadiyah .

Maka proses dari Insan kamil menuju Martabat Ahadiyah ini disebut dengan Taraqi, yaitu sebuah perjalanan spiritual insan kamil dari bawah (al-‘alam al-sufla) ke alam atas (al-‘alam al-‘ulya), yaitu ke alam yang lebih dekat dari titik sentral yang biasa disebut dengan Ahadiyah.

Tanazul dan taraqi adalah dua istilah yang sering digunakan di kalangan sufi dalam menggambarkan relasi antara hamba dengan Tuhan. Taraqqi diartikan sebagai perjalanan spiritual seorang hamba dalam upaya mendaki mendekati Tuhannya. 

Jalan Pulang Menuju Allah.
Masalahnya pada tahap martabat Insan Kamil yang mempunyai kedudukan sebagai akhir proses Tajalli Allah dan sebagai dasar naik dalam proses Taraqi menuju Allah hanya terjadi kepada para Nabi, Rasul dan Wali Allah, merekalah Insan kamil sepenuhnya.

Sedangkan manusia lainnya pada umumnya belum mencapai derajat Insan Kamil, justru terjebak dengan hawa nafsu dan terumus dalam dosa dan maksiat.

Perbuatan dosa yang dilakukan manusia ditimbulkan oleh keinginan syahwat dan bisikan  sang nafsu dikarenakan kondisi manusia sangat lemah, karena kecintaanya kepada badan dan dunia.

Untuk bisa kembali “Pulang” kita harus mencapai derajat Insan Kamil, dengan cara membulatkan tekad, berusaha sungguh-sungguh (MUJAHADAH) mengalahkan nafsu musuh besarnya agar dapat menjadi sebagai INSAN KAMIL.

Adapun pendakian tujuh jiwa adalah sebagai berikut:

1.Jiwa Ammarah 
Yaitu jiwa yang selalu berbuat dosa dan maksiat kepada Allah  dalam Al-qur’an dijelaskan : 

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
[Qs. Yusuf: 53 ] 

Adapun sifat-sifat Nafsu Ammaroh diantaranya:
1. Pelit (البخل ).
2. Dengki (الحسد).
3. Bodoh (الجهل).
4. Sombong (الكبر).
5. Marah ( الغضب ).
6. Sangat cinta dunia (الحرص).
7. Senang melakukan perkara jelek/hina (الشهوة).

Jika jiwa Ammarah  ini kita kalahkan maka semua sifat tujuh di atas akan terkikis dan menjadi hilang dalam diri manusia. Sehingga hati menjadi lunak, hawa nafsu mulai bisa dikalahkan.

2.Jiwa Aluwamah.
Jiwa Aluwamah yaitu jiwa yang mampu memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk, ia menyadari bahwa perbuatan melanggar perintah Allah itu dosa, akan tetapi kadang maksiat, kadang taat, kadang taubat, jiwa yang sering berubah, jiwa yang masih sering terombang-ambingkan antara ketaatan dan kemaksiatan. Allah berfirman:

وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
QS. Al-Qiyamah [75]:2)

Dalam jiwa ini juga terdapat jiwa-jiwa binatang yang sifatnya hanya suka memenuhi hasrat sex dan kesenangan duniawi. 

Adapun sifat-sifat Nafsu Aluwamah itu adalah:
1. Menyesal ( اللوم).
2. Mengikuti kesenangannya (sexual) (الهوي).
3. Menipu (المكر).
4. Menggunjing (الغيبة).
5. Riyak/pamer (الرياء).
6. Dholim/Aniaya (الظلم).
7. Lupa pada Allah (الغفلة).
8. Bohong(الكذب).
9. Ujub(membanggakan amalnya)( العجب).

Jika jiwa Aluwwamah ini kita kalahkan dengan mujahadah (berperang melawan hawa nafsu) maka semua sifat tujuh negatif di atas dan sifat- sifat binatang dn kecenderungan hawa nafsu sexnya (zina)akan terkikis dan menjadi hilang dalam diri manusia. 

3. Jiwa Mulhimah.
Jiwa Mulhimah yaitu jiwa yang diberi ilham atau bimbingan oleh Allah, karena dapat mengalahkan jiwa Ammaroh dan jiwa Aluwamah. Allah berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Dan (demi) jiwa serta penyempurnannya (ciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS. Al-Syams [91]:7-8)

Adapun sifat-sifat Nafsu Mulhimah itu banyak sekali, diantaranya :
1. Dermawan (السخاوة),
2. Qona’ah (القناعة).
3. Taubat (التوبة).
4. Tawadhu’ (التواضع).
5. Sabar (الصبر).
6. Mempertahankan (التحمل).
7. Lemah lembut(الحلم).

Jika Jiwa Mulhimah ini dijadikan fokus dzikir dengan sungguh-sungguh maka semua semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin mengembang dan sehingga prilakunya semakin berakhlakul karimah jiwanya menjadi matang. 

4. Jiwa Muthmainnah.
Jiwa Muthmainnah adalah jiwa yang sudah bisa mengendalikan semua sifat dan nafsu-nafsu yang jelek, orang yang mempunyai jiwa akan mendapatkan ketenangan dan kebahagian selalu, karena hatinya telah dipenuhi iman dan cahaya dari Allah.  Allah berfirman: 

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

Hai Jiwa Mutmainnah (tenang), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridoi-Nya. (Qs. Al-fajr [89]:27-28)

Jiwa Muthmainnah yang sudah mendapat cahaya dari Allah. Pemilik jiwa ini mulai masuk awal dalam perjalanan menuju Allah, inilah dasar makrifat menuju Allah, kedudukannya adalah awal dari kesempurnaan.

Adapun sifa-sifat Nafsu Mutmainnah itu banyak sekali, diantaranya :
1. Memberi (الجود).
2. Tawakkal (التوكل).
3. Ibadah (العبادة).
4. berSyukur (الشكر).
5 Ridho (. الرضى).
6. Takut kepada Allah (خشية).

Jika istiqomah dalam dzikirnya, maka hati nurani akan terbuka dan aktif, sehingga suara dan bimbingan hati nurani akan membimbing kita dalam segala hal. 

5. Jiwa Rodhiyah.
Jiwa Rodhiyah yaitu jiwa kepasrahan total kepada Allah, jiwa seorang muslim yang hakiki, jiwa yang sudah mantab dan yakin serta benar-benar patuh pada Allah, ini adalah jiwa yang menerima dan ridho terhadap kehendak Allah tunduk kepadanya.  Sebagaimana firman-Nya:

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah meridoi mereka dan merekapun ridho kepada-Nya (QS. Al-Maidah [5]:199)

Adapun sifa-sifat Nafsu Rodhiyah itu banyak sekali, diantaranya :
1. Dzikir (الذكر).
2. Ikhlas (الاخلاص).
3. Menepati janji (الوفاء).
4. Waro’/ menjaga dari perkara syubhat (الورع ).
5. Zuhud (الزهد).
6. kemuliaan(الكرامات).
7. Rindu kepada Allah (العشق).

Orang yang mencapai tahapan jiwa ini, maka semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin besar dan kuat terhadap jiwa, sehingga orangnya menjadi bijaksana. Salah satu tandanya adalah prilakunya lemah lembut, sikap dan ucapannya sangat bijak.

6. Jiwa Mardhiyah.
Jiwa Mardhiyah yaitu jiwa yang diridhoi, jiwa yang dekat dengan sang pencipta. Inilah tahapan ketika jiwa menerima keridhoan Allah dan hal itu bersifat timbal balik.

Jiwa secara utuh menjadi menyatu dengan kehendak universal Allah. Dengan kehilangan kehendak dirinya sendiri (kehendak manusia) maka jiwa berada dalam kedudukan sifat fana’ fillah, lebur di dalam Allah.

Adapun sifat-sifat Nafsu Mardhiyyah itu banyak sekali, diantaranya :
1. Baik budi pekertinya (حسن الخلق ).
2. Belas kasih kepada semua makhluk (اللطف بالخلق).
3. Meninggalkan semua perkara selain Allah(ترك ما سوى الله ). 
4. Taqorrub, mendekatkan diri kepada Allah(التقرب الى الله ).
5. Berfikir tentang keagungan Allah(التفكر فى عظمة الله).
6. Ridho dengan pembagian dari Allah(الرضى بما قسم الله).

Orang yang sudah mencapai dalam tahapan jiwa Mardhiyah ini maka semua sifat-sifat yang terpuji di atas akan semakin besar dan kuat terhadap jiwa.

Effek lainya adalah kita akan sering melihat dimensi-dimensi ghaib dan kerajaan langit (malakutis samawat). Sesuai dengan tingkat spritua masing-masing.

7. Jiwa Kamilah Jiwa.
Kamilah yaitu jiwa yang telah mencapai pencerahan atau kesempurnaan. Orang yang mencapai derajat ini maka ia akan menjadi jiwa yang tersucikan atau Nafsu Kamilah yaitu jiwa yang sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwanya.
(QS. Al-Syams[91]:9)

Jiwa yang sudah sampai pada kesempurnaanya dalam bentuk dan karakteristiknya, ia meningkat dalam kesempurnaanya. Jiwa yang sudah dianggap cakap untuk kembali kepada Tuhannya, pekerjaannya memberi mamfaat kepada orang lain dan menyempurnakan amal shalihnya.

Inilah jiwa Insan Kamil, manusia sempurna kedudukanya adalah pada tingkat Tajalli Asma serta sifat dan kondisinya Baqabillah, pergi kepada Tuhan, kembali dari pada Tuhan kepada Tuhan, tidak ada tempat/media lain selain Tuhan, Tiada memiliki ilmu melainkan Tuhan langsung pengendalinya, ia fana’ pada Tuhan.  

Itulah jalan kembali pulang menuju Allah dengan cara Taraqi (mendaki) tahapan demi tahapan jiwa harus di lalui sehingga mencapai derajat Insan Kamil.
Pertanyaannya apakah anda dalam kehidupan ini bisa mencapai derajat Insan Kamil...?

Jika tidak bisa mencapai derajat Insan Kamil, maka membutuhkan kehidupan lagi, kehidupan lagi, kehidupan lagi, sampai kita semua bisa pulang kembali ke asal kita. Itulah hakekat Innalillahi wa Inna Lillahi Rojiun. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.