Bagaimana Untuk Menzahirkan Allah ?
Untuk menzahirkan Allah, adalah dengan cara membinasakan sifat makhlok, termasuk perbuatan, nama, sifat dan zatnya.
Apabila sifat makhluk sudah binasa, barulah sifat Allah terzahir, selagi ada sifat makhluk, selagi itulah Sifat Allah tidak akan dapat kita zahirkan dan tidak dapat kita pandang. ...
Setelah semua makhluk yang bersifat baharu ini dibinasakan dan dikembalikan kepada Allah, barulah dengan sendinya sifat Allah itu akan terzahir dipermukaan hati kita.
Wajah Allah itu akan ternyata terlihat dan terpandang oleh hati, apabila sifat makhlok telah beetukar wajah, dari wajah makhlok kepada berwajah Allah.
Selagi adanya sifat diri kita dan selagi adanya sifaf makhlok, selagi itulah sifat Allah tidak akan dapat dilihat, dipandang dan tidak akan dapat terzahir dipersada Alam.
Seumpama Nabi Musa melihat kepada Bukut Thur Sina, apabila sifat bukit yang dipandang itu masih terlihat berwajah bukit, wajah Allah tidak dapat dipandang. Seolah-olah ianya terhijab dan terselindung disebalik sifat bukit itu.
Apabila sifat bukit yang dilihat itu tidak lagi kelihatan berwajah bukit , sudah terlebur dan binasa, disitulah wajah Allah akan dapat terlihat dan terpandang oleh mata hati kita.
Begitu juga apabila kita terserempak dengan harimau yang garang, apabila kita masih beranggapan yang harimau itu bersifat haiwan yang garang, kita akan berperasaan takut dan cemas..
Jika kita anggap / pandang sifat harimau sebagai wajah Allah, yang sama dengan wajah-wajah sekalian makhlok lainnya, sifatnya yang garang itu akan bertukar menjadi lemah.
Setelah sifat makhlok tidak lagi kelihatan pada pandangan kita, barulah wajah Allah boleh dilihat dipandang dan digambarkan dengan sejelas-jelas dan nyata melalui pandangan mata hati. Disitulah nantinya apa yang kita pandang itu akan nampak Allah besertanya.
Selepas sifat makhlok terpadam, karam, dan hilang ghaib di dalam wajah Allah, semua wajah makhlok yang kita lihat akan terpandang wajah Allah.
Pandang pada sifat harimau, akan ternampak wajah Allah. Pandang sifat bukit akan ternampak wajah Allah. Dan pandang pada sifat diri kita sendiri akan terzahir wajah Allah.
Malahan Allah lah yang meliputi sekalian alam. Disitulah nantinya barang kemana dan barang apa yang kita lihat, akan terpandang dan terlihat wajah Allah besertanya.
Mencari Allah itu bukan didalam gua, bukit, mesjid, surau dan bukan di Mekah atau di negeri Cina,
Tempat mencari Allah itu, ada didalam diri masing-masing. Belajarlah mengenal diri (roh), agar Allah dapat kita kenal dengan terang dan nyata, Manakala tanggungjawab dan janji Allah kepada kita sebagai hamba-hambanya adalah tidak sekali-kali menganiayai hamba-hambanya.
Kita tidak perlu takut kepada Allah, kerana Allah itu maha pemurah, maha pengasih dan maha penyayang. Tidak pendendam. Tidak pembohonh, tidak pendusta dan tidak mungkir dengan janjinya dan tidak akan menganiaya hamba-hamba nya, asal saja kita, tidak menyenggutu, mensyarikatkan dan syirik kepada NyaSee more
Untuk menzahirkan Allah, adalah dengan cara membinasakan sifat makhlok, termasuk perbuatan, nama, sifat dan zatnya.
Apabila sifat makhluk sudah binasa, barulah sifat Allah terzahir, selagi ada sifat makhluk, selagi itulah Sifat Allah tidak akan dapat kita zahirkan dan tidak dapat kita pandang. ...
Setelah semua makhluk yang bersifat baharu ini dibinasakan dan dikembalikan kepada Allah, barulah dengan sendinya sifat Allah itu akan terzahir dipermukaan hati kita.
Wajah Allah itu akan ternyata terlihat dan terpandang oleh hati, apabila sifat makhlok telah beetukar wajah, dari wajah makhlok kepada berwajah Allah.
Selagi adanya sifat diri kita dan selagi adanya sifaf makhlok, selagi itulah sifat Allah tidak akan dapat dilihat, dipandang dan tidak akan dapat terzahir dipersada Alam.
Seumpama Nabi Musa melihat kepada Bukut Thur Sina, apabila sifat bukit yang dipandang itu masih terlihat berwajah bukit, wajah Allah tidak dapat dipandang. Seolah-olah ianya terhijab dan terselindung disebalik sifat bukit itu.
Apabila sifat bukit yang dilihat itu tidak lagi kelihatan berwajah bukit , sudah terlebur dan binasa, disitulah wajah Allah akan dapat terlihat dan terpandang oleh mata hati kita.
Begitu juga apabila kita terserempak dengan harimau yang garang, apabila kita masih beranggapan yang harimau itu bersifat haiwan yang garang, kita akan berperasaan takut dan cemas..
Jika kita anggap / pandang sifat harimau sebagai wajah Allah, yang sama dengan wajah-wajah sekalian makhlok lainnya, sifatnya yang garang itu akan bertukar menjadi lemah.
Setelah sifat makhlok tidak lagi kelihatan pada pandangan kita, barulah wajah Allah boleh dilihat dipandang dan digambarkan dengan sejelas-jelas dan nyata melalui pandangan mata hati. Disitulah nantinya apa yang kita pandang itu akan nampak Allah besertanya.
Selepas sifat makhlok terpadam, karam, dan hilang ghaib di dalam wajah Allah, semua wajah makhlok yang kita lihat akan terpandang wajah Allah.
Pandang pada sifat harimau, akan ternampak wajah Allah. Pandang sifat bukit akan ternampak wajah Allah. Dan pandang pada sifat diri kita sendiri akan terzahir wajah Allah.
Malahan Allah lah yang meliputi sekalian alam. Disitulah nantinya barang kemana dan barang apa yang kita lihat, akan terpandang dan terlihat wajah Allah besertanya.
Mencari Allah itu bukan didalam gua, bukit, mesjid, surau dan bukan di Mekah atau di negeri Cina,
Tempat mencari Allah itu, ada didalam diri masing-masing. Belajarlah mengenal diri (roh), agar Allah dapat kita kenal dengan terang dan nyata, Manakala tanggungjawab dan janji Allah kepada kita sebagai hamba-hambanya adalah tidak sekali-kali menganiayai hamba-hambanya.
Kita tidak perlu takut kepada Allah, kerana Allah itu maha pemurah, maha pengasih dan maha penyayang. Tidak pendendam. Tidak pembohonh, tidak pendusta dan tidak mungkir dengan janjinya dan tidak akan menganiaya hamba-hamba nya, asal saja kita, tidak menyenggutu, mensyarikatkan dan syirik kepada NyaSee more
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.