IKTIBAR KISAH NABI ALLAH MUSA INGIN MELIHAT ALLAH
Nabi Allah Musa diusul dan dipaksa oleh kaumnya supaya mengemukakan atau menunjukkan bukti rupa bentuk Allah. Untuk menjawab pertanyaan kaumnya, Nabi Allah Musa telah bermunajat agar Allah tunjukkan rupa parasnya supaya dengan itu dapat pula diceritakan kepada kaumnya.
"Sesungguhnya seandainya Musa hendak melihat Aku, hendaklah terlebih dahulu ka...u lihat akan bukit Thursina, seandainya ia (bukit) itu masih kekal ditapaknya maka tidaklah kau dapat lihat Aku"
Setelah Nabi Allah Musa menatap bukit, lalu bukit itu pun lebur dan hancur berkecai ( berkecai disini bukanlah bermaksud hancur meletup) atau berpindah tempat tetapi lebih bermaksud kepada "binasa" dari pandangan Nabi Allah Musa. Bukit Thursina sudah tidak lagi kelihatan pada pandangannya, yang dia nampak bukan lagi Thursina, tetapi yang kelihatan oleh pandangannya itu adalah wajah Allah beserta bukit itu.
Pandangan serta penglihatannya hanya nampak Allah diatasnya, Allah dibawahnya, Allah didalamnya, Allah diluarnya, Allah ditepi dan ditengahnya. Allah yang dahulu dan Allah itu juga yang sekarang. Thursina tidak lagi kelihatan pada pandangannya. Inilah yang dikatakan bahawa Allah itu dapat dilihat di mana-mana melalui alam.
Seperti seorang pemuda yyang sedang dilamun cinta, walau gajah melintas dihadapannya, namun tidak kelihatan oleh pandangan matanya, yang kelihatan dan yang terbayang olehnya hanyalah gambaran wajah sibuah hatinya. Begitulah adanta cara mereka melihat Allah melalui alam,
sebagaimana yang dikatakan oleh Tuan syekh Ahmad Athaillah "bahawa segala yang wujud ini, semuanya gelao, sedangkan yang nampak terzahir itu. Tidak lain dari yang lain" yang zahir dan yang batin itulah Allah.swt. Jika ada orang yang masih lagi nampak selain Allah pada sesuatu yang dipandang sesungguhnya ia telah terdinding, tersilau oleh kilauan cahaya dirinya sendiri. Cahaya matahari adakalanya terlindung oleh awan tetapi cahaya wajah Allah tidak pernah terdinding, terlindung, terhalang, atau terhujap oleh sesuatu, malah sinar kilauan cahaya wajah Allah itu maha terang, maha nyata, maha dekat lagi maha hampir berbanding cahaya-cahaya yang lain. Begitulah kaedahnya akal orang-orang yang berpandangan jauh, memandang sesuatu itu dengan pandangan makrifat, yang mana dapat melihat dan memandang Allah.
Terzahir dan terciptanya alam ini adalah untuk Allah menzahir dan untuk Allah memperlihatkan dirinya. Jadi bagaimana sampai Allah itu tidak kelihatan oleh pandangan kita, sedangkan kita dan seluruh alam inilah yang dikatakan sebenar-benar wajah Allah.
Sebagaimana Nabi Allah Musa A.S ketika melihat bukit Thursina, selagi wajah bukit masih terlihat, selagi itu juga Allah tidak terpandang. Tidak terlihat lagi apa-apa yang melewati pandangannya melainkan dengan apa yang dituju, dihajati dan yang dicita-citakan itu, hanya Allah swt. Sedarlah bahawa yang memandang itu, adalah juga yang dipandang. Orang-orang yang sampai ke tahap makrifat mereka melihat sesuatu bukan lagi memandang kepada sesuatu melainkan memandabg ia kepada Allah, dari Allah dan dengan Allah bersertanya. Memandang yang banyak kepada yang satu dan memandang yang satu kepada yang banyak. Melihat alam dengan sesuatu yang banyak, kemudian yang banyak itu dicantum menjadi satu dan dipulangkan kembali kepada yang asal.
Ibarat yang kembang dikuncupkan, yang berbilang ditunggalkan, yang jauh didekatkan, yang banyak disatukan atau diwahdahkan kepada wajah Allah, kepada cahaya Allah, kepada keEsaan dan kepada Ahad Allah
Firman Allah:-
6.Surah Al-'An`ām (Verse 95)
إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰۖ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
Sesungguhnya Allah jualah yang membelah (menumbuhkan) butir (tumbuh-tumbuhan) dan
biji (buah-buahan). Ia mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Yang sedemikian itu kekuasaannya
ialah Allah. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan dari menyembahNya (oleh
benda-benda yang kamu jadikan sekutuNya)? ( mengapa kamu berpaling ? )
Ibarat sepohon kayu yang mempunyai pucuk, daun, cabang, dahan, batang dan akar, menjadi kepada batang, dari batang menjadi dahan, cabang, daun dan pucuk. Mereka tidak lagi nampak pohon, yang mereka nampak ialah biji benihnya. Dari biji benih yang satu menjadi sepohon kayu yang lengkap dari akar sampailah kepucuknya. Bagi mereka-mereka yang mencapai tahap makrifat, memandang yang banyak kepada yang satu manakala memandang yang satu kepada yang banyak
Nabi Allah Musa diusul dan dipaksa oleh kaumnya supaya mengemukakan atau menunjukkan bukti rupa bentuk Allah. Untuk menjawab pertanyaan kaumnya, Nabi Allah Musa telah bermunajat agar Allah tunjukkan rupa parasnya supaya dengan itu dapat pula diceritakan kepada kaumnya.
"Sesungguhnya seandainya Musa hendak melihat Aku, hendaklah terlebih dahulu ka...u lihat akan bukit Thursina, seandainya ia (bukit) itu masih kekal ditapaknya maka tidaklah kau dapat lihat Aku"
Setelah Nabi Allah Musa menatap bukit, lalu bukit itu pun lebur dan hancur berkecai ( berkecai disini bukanlah bermaksud hancur meletup) atau berpindah tempat tetapi lebih bermaksud kepada "binasa" dari pandangan Nabi Allah Musa. Bukit Thursina sudah tidak lagi kelihatan pada pandangannya, yang dia nampak bukan lagi Thursina, tetapi yang kelihatan oleh pandangannya itu adalah wajah Allah beserta bukit itu.
Pandangan serta penglihatannya hanya nampak Allah diatasnya, Allah dibawahnya, Allah didalamnya, Allah diluarnya, Allah ditepi dan ditengahnya. Allah yang dahulu dan Allah itu juga yang sekarang. Thursina tidak lagi kelihatan pada pandangannya. Inilah yang dikatakan bahawa Allah itu dapat dilihat di mana-mana melalui alam.
Seperti seorang pemuda yyang sedang dilamun cinta, walau gajah melintas dihadapannya, namun tidak kelihatan oleh pandangan matanya, yang kelihatan dan yang terbayang olehnya hanyalah gambaran wajah sibuah hatinya. Begitulah adanta cara mereka melihat Allah melalui alam,
sebagaimana yang dikatakan oleh Tuan syekh Ahmad Athaillah "bahawa segala yang wujud ini, semuanya gelao, sedangkan yang nampak terzahir itu. Tidak lain dari yang lain" yang zahir dan yang batin itulah Allah.swt. Jika ada orang yang masih lagi nampak selain Allah pada sesuatu yang dipandang sesungguhnya ia telah terdinding, tersilau oleh kilauan cahaya dirinya sendiri. Cahaya matahari adakalanya terlindung oleh awan tetapi cahaya wajah Allah tidak pernah terdinding, terlindung, terhalang, atau terhujap oleh sesuatu, malah sinar kilauan cahaya wajah Allah itu maha terang, maha nyata, maha dekat lagi maha hampir berbanding cahaya-cahaya yang lain. Begitulah kaedahnya akal orang-orang yang berpandangan jauh, memandang sesuatu itu dengan pandangan makrifat, yang mana dapat melihat dan memandang Allah.
Terzahir dan terciptanya alam ini adalah untuk Allah menzahir dan untuk Allah memperlihatkan dirinya. Jadi bagaimana sampai Allah itu tidak kelihatan oleh pandangan kita, sedangkan kita dan seluruh alam inilah yang dikatakan sebenar-benar wajah Allah.
Sebagaimana Nabi Allah Musa A.S ketika melihat bukit Thursina, selagi wajah bukit masih terlihat, selagi itu juga Allah tidak terpandang. Tidak terlihat lagi apa-apa yang melewati pandangannya melainkan dengan apa yang dituju, dihajati dan yang dicita-citakan itu, hanya Allah swt. Sedarlah bahawa yang memandang itu, adalah juga yang dipandang. Orang-orang yang sampai ke tahap makrifat mereka melihat sesuatu bukan lagi memandang kepada sesuatu melainkan memandabg ia kepada Allah, dari Allah dan dengan Allah bersertanya. Memandang yang banyak kepada yang satu dan memandang yang satu kepada yang banyak. Melihat alam dengan sesuatu yang banyak, kemudian yang banyak itu dicantum menjadi satu dan dipulangkan kembali kepada yang asal.
Ibarat yang kembang dikuncupkan, yang berbilang ditunggalkan, yang jauh didekatkan, yang banyak disatukan atau diwahdahkan kepada wajah Allah, kepada cahaya Allah, kepada keEsaan dan kepada Ahad Allah
Firman Allah:-
6.Surah Al-'An`ām (Verse 95)
إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰۖ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
Sesungguhnya Allah jualah yang membelah (menumbuhkan) butir (tumbuh-tumbuhan) dan
biji (buah-buahan). Ia mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Yang sedemikian itu kekuasaannya
ialah Allah. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan dari menyembahNya (oleh
benda-benda yang kamu jadikan sekutuNya)? ( mengapa kamu berpaling ? )
Ibarat sepohon kayu yang mempunyai pucuk, daun, cabang, dahan, batang dan akar, menjadi kepada batang, dari batang menjadi dahan, cabang, daun dan pucuk. Mereka tidak lagi nampak pohon, yang mereka nampak ialah biji benihnya. Dari biji benih yang satu menjadi sepohon kayu yang lengkap dari akar sampailah kepucuknya. Bagi mereka-mereka yang mencapai tahap makrifat, memandang yang banyak kepada yang satu manakala memandang yang satu kepada yang banyak
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.