Pages

Jumaat, 31 Mac 2017

Puasa yang sebenarnya ialah mengesakan zat Allah

Puasa yang sebenarnya ialah mengesakan zat Allah yang meliputi, diri manusia. Apabila manusia dapat SE pada zat Allah maka akan zahir lah Afaal Allah.

Salah satu dari Afaal Allah ialah tidak makan dan minum, Nyatanya manusia yang sebenar-benar puasa itu adalah manusia yang kodim hakiki yang tuhan jadikan untuk menzahirkan Afaal Allah.

Inilah pengertian puasa yang haq yang menyatakan haq Allah dan melenyapkan haq manusia. 

Dalam 12 bulan Allah minta manusia yang bertakwa dan beriman supaya MENZAHIRKAN AFA'ALNYA selama satu bulan diwaktu siang hari.

Untuk menzahirkan Afa'alnya maka Allah suruh tauhidkan dirinya.  Bila manusia dapat MENGESAKAN atau MENTAUHIDKAN diri ZAT maka terasalah kenyang, hati pun senang.

Nyatalah makanan itu sebagai alat atau barang yang melindungi zat dalam diri kerana manusia boleh hidup tanpa makan minum asalkan ianya SE pada ZAT dan Sifat Allah.

Gugur orang berpuasa sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw! Adakah yang dapat menangkap pengertian gugur dalam berpuasa?

Akal cerdas dapat memahaminya (gugur) sebagai gagal dalam melaksanakan puasa disebabkan tidak mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan!

Di luar pengertian tersebut adalah apa pun yang telah melebar dari batasan berpuasa, baik lahir maupun batin, disebut sama yakni gugur berpuasa.

Letih, lesu, lelah, haus tidak dapat mendudukkan sebagai wajibnya berpuasa dapat meraih pahala takwa sekiranya berada di luar ketentuan berpuasa!

Berpuasa tidak didekati dengan cara-cara seperti itu! Lahirnya tak terbantahkan sekiranya orang berpuasa mengalami kelelahan, keletihan, kelesuan dan kehausan!

Tidak ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh memang boleh terjadi keadaan tubuh seperti itu.

Hanya saja, hakikat berpuasa lebih merupakan ujian bagi kaum mukmin agar tetap bersabar, mampu mengendalikan nafsu syaitoniah, tidak mudah terhasut bisikan iblis laknatullah ‘alaih berbuat sebebas-bebasnya (tak mampu mengekang kebebasan).

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 39)
‎قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Iblis berkata: " Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat, (maka) demi sesungguhnya aku akan memperelokkan segala jenis maksiat kepada Adam dan zuriatnya di dunia ini, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 40)
‎إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

"Kecuali di antara zuriat-zuriat Adam itu hamba-hambaMu yang dibersihkan dari sebarang syirik".

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 41)
‎قَالَ هَٰذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ

Allah berfirman: "Inilah satu jalan yang lurus, yang tetap Aku memeliharanya.

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 42)
‎إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

"Sesungguhnya hamba-hambaKu, tidaklah ada bagimu sebarang kuasa untuk menyesatkan mereka, kecuali sesiapa yang menurutmu dari orang-orang yang sesat (dengan pilihannya sendiri).

Lihat apa yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an mengenai keberadaan ramadhan sebagai bulan penuh berkah, ampunan dan rahmat!

Bahwa berpuasa di bulan Ramadhan adalah puasa yang telah dipersiapkan untuk orang-orang beriman meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat!

Peristiwa diturunkan Al-Qur’an juga terjadi pada malam ramadhan. Allah Azza wa Jalla menurunkannya untuk menerangi kegelapan hati!

Menelusuri arti Al-Qur’an dalam kehidupan umat manusia memerlukan petunjuk Allah Yang Maha Mengetahui.

Untuk itulah, pada malam Al-Qadar diturunkan (pertama kali) Al-Qur’an, dan (secara berulang diturunkan setiap tahun) oleh Allah Azza wa Jalla, sebagai Hudan (Petunjuk) bagi manusia!

‎شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان فمن شهد منكم الشهر فليصمه ومن كان مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر ولتكملوا العدة
‎ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Q.S. Al-Baqarah : 185).

Pengetahuan kita mengenai Al-Qur’an diturunkan pada malam Al-Qadar (kemuliaan) sudah ditegaskan oleh Allah dalam surat Al-Qadr berikut:

‎إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan” (Q.S. Al-Qadr : 1).

Sebagai petunjuk untuk menerangi kegelapan, Al-Qur’an sangat diperlukan oleh umat manusia! Pada saat diturunkan untuk pertama kali kepada Rasulullah saw yang mulia, Al-Qur’an diturunkan melalui Jibril a.s. ke dalam hati beliau. Sebelum diturunkan, hati Nabi Saw pun belum mengetahui apa dan bagaimana beliau seharusnya,

‎قل من كان عدوا لجبريل فإنه نزله على قلبك بإذن الله مصدقا لما بين يديه وهدى وبشرى للمؤمنين

“Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Baqarah : 97).

Secara dhohir (lahir), Al-Qur’an jelas telah dapat dibaca oleh kaum beriman. Akan tetapi, secara bathin (ruhaniah), Al-Qur’an belum turun kepada semua hati orang-orang beriman!

Al-Qur’an, secara dhohir, adalah sebuah kitab Allah Swt yang dijadikan sebagai pegangan hidup kaum beriman dengan petunjuk-petunjuk-Nya dapat dibaca langsung oleh penglihatan mata (lahir). Pengetahuan yang didapatkan dari Al-Qur’an juga sangat mudah untuk dipelajari sekiranya kita bersungguh-sungguh mempelajarinya!

Akan tetapi, Al-Qur’an (secara bathin) tidak mudah bagi kaum mukmin mendapatkannya! Tidak setiap orang yang beriman mempelajarinya secara langsung mengetahui kandungan isi Al-Qur’an. Sekalipun Al-Qur’an (secara dhohir) merupakan kitab petunjuk yang dapat dibaca, namun untuk mendapatkan kemudahan memahaminya memerlukan petunjuk lagi. Jadi, untuk memahami petunjuk memerlukan petunjuk lagi. Petunjuk di atas petunjuk.

Siapakah yang telah janjikan untuk diberikan pimpinan, hidayah dan petunjuk

4.Surah An-Nisā' (Verse 66)

Dan sesungguhnya kalau Kami wajibkan kepada mereka (dengan perintah):

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.