Pages

Memaparkan catatan dengan label Imam Ahmad. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Imam Ahmad. Papar semua catatan

Sabtu, 3 Jun 2017

Istighfar

ISTIGHFAR

Imam Ahmad bin Hambal Rahimakumullah (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Di masa akhir hidupnya beliau bercerita;

Suatu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Iraq. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada keperluan.

Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita;
Begitu tiba di sana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat.

Begitu selesai solat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba penjaga masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya; "Kenapa kamu di sini, syaikh?."

Penjelasan

Kata "syaikh" boleh digunakan untuk 3 panggilan:
1⃣untuk orang tua,
2⃣orang kaya atau pun
3⃣orang yg berilmu.

Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena penjaga tu memanggil hanya sebagai orang tua.

Penjaga masjid itu tidak tau yang lelaki itu adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya.

Di Iraq, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar & ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih & zuhud. Zaman itu tidak ada kamera / gambar sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.

Imam Ahmad menjawab, "Saya ingin istirahat, saya musafir."

Kata penjaga tu, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid."

Imam Ahmad bercerita,
"Saya diusir oleh orang itu, disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikuncinya pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di birai masjid."

Ketika sudah berbaring di birai masjid Penjaganya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad.

"Kamu nak apa lagi syaikh?". Kata penjaga itu.
Saya nak tidur, saya musafir", kata Imam Ahmad.

Lalu penjaga masjid berkata;
"Di dalam masjid tidak boleh, di birai masjid juga gak boleh." Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, "Saya diusir sampai jalanan."

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat & menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adunan, sambil melihat kejadian imam Ahmad diusir oleh penjaga masjid tadi.

Ketika Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh; "Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meski pun kecil."

Kata Imam Ahmad, "Baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yg sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku baik dan memuliakan tetamu. Kalau Imam Ahmad mengajak bersembang, pasti dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adunan roti sambil *(terus-menerus)* melafazkan *ISTIGHFAR.* _"Astaghfirullah"_

Saat meletakkan garam, _astaghfirullah_, memecah telur, _astaghfirullah_ ,  mencampur gandum _astaghfirullah_. Dia senantiasa mengucapkan _istighfar_. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad terus memerhatiknnya.

Lalu imam Ahmad bertanya, _"Sudah berapa lama kamu lakukan ini?"_

Orang itu menjawab;
"Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan."

Imam Ahmad bertanya;
"Apa hasil dari perbuatan mu ini?"

Orang itu menjawab;
"(lantaran wasilah istighfar) Tidak ada hajat / keinginan yg saya minta, kecuali PASTI dikabulkan Allah. Semua yg saya minta ya Allah... pasti saya akan dapat"

Rasulullah
صلى الله عليه وسلم
pernah bersabda;

"Siapa yg menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yg tidak disangka-sangkanya."

Lalu orang itu melanjutkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yg belum Allah beri."

Imam Ahmad penasaran lantas bertanya;
"Apa itu?"

Kata orang itu;
"Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad."

Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar..! *Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan - sampai diusir oleh penjaga masjid - Sampai ke jalanan, ternyata karena ISTIGHFAR MU."*

Penjual roti itu terperanjat, memuji Allah, ternyata yg di depannya adalah Imam Ahmad.

Ia pun langsung memeluk & mencium tangan Imam Ahmad.

(SUMBER: Kitab Manakib Imam Ahmad)

Wallahu a'lam

Saudara ku & Sahabat ku tercinta... Mulai detik ini - marilah senantiasa kita hiasi lisan kita dengan ISTIGHFAR - bila mana dan di mana pun kita berada.

Jangan biarkan posting ini terputus,

...dan JANGAN SAMPAI ilmu yang SANGAT PENTING ini TIDAK DIAMALKAN OLEH MASING-MASING DIRI KITA...

Semoga Allah merahmati kita semua, Aamiin...

Khamis, 2 Mac 2017

KISAH JANDA YANG MISKIN

KISAH JANDA YANG MISKIN

Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikunjungi seorang wanita yang ingin bertanya.

“lmam, saya adalah seorang perempuan yang sudah lama kematian suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk membesarkan anak-anak saya, saya mengait benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak saya dan bekerja sebagai sebagai buruh kasar dikesempatan masa yg ada.

Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan mengait benang itu saya lakukan apabila  bulan terang.”

Imam Ahmad rahimahullah mendengar dengan serius percakapan perempuan tadi. Perasaannya tersentuh mendengar ceritanya yang menyayatkan hati.

Beliau yang memiliki kekayaan lagi dermawan sebenarnya telah tergerak hati untuk memberi bantuan sedekah kepada wanita itu, namun ia tangguhkan dahulu hasratnya karena ingin mendengar semua ucapan si ibu tadi.

Si ibu tadi meneruskan cerita katanya...“Pada suatu hari, ada satu rombongan kerajaan telah berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlah yang amat banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa pengetahuan mereka, saya segera mengait benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.

Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?

Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu?

Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan wang negara, dan tentu ianya adalah wang rakyat.”

Imam Ahmad rahimahullah terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang rosak akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi. Padahal jelas, wanita ini begitu miskin lagi fakir.

Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad rahimahullah bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”

Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”

Imam Ahmad rahimahullah makin terkejut.  Basyar Al-Hafi rahimahullah adalah Gabenor yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya.

Rupanya, jawatannya yg tinggi tidak disalahgunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sehingga adik kandungnya sendiri pun hidup dalam keadaan miskin.

Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad rahimahullah berkata,
“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk mengumpul kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menyalahguna wang negara serta menyusahkan rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, lbu. Sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari celahan jilbabmu jauh lebih mulia jika dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.

Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil sulaman itu engkau haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan kewangan negara…”

Kemudian Imam Ahmad rahimahullah melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silakan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, nescaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”.

Diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Rasulullah, beliau bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ

“Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.”
(Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730)

Khamis, 7 Julai 2016

TEGURAN RAHSIA SEORANG GURU

TEGURAN RAHSIA SEORANG GURU

Harun ibn ‘Abdillah, seorang ulama Ahli Hadith yang juga pedagang kain di Kota Baghdad bercerita:

Suatu hari, larut malam .. pintu rumahku di ketuk.

“Siapa..?”, tanyaku.

“Ahmad”, jawab orang di luar perlahan.

“Ahmad yang mana..?” tanyaku makin penasaran.

“Ibn Hanbal”, jawabnya perlahan.

SubhanaLLAH, itu guruku..!, kataku dalam hati.

Maka kubuka pintu.

Kupersilakan beliau masuk, dan kulihat beliau berjalan terjingkit-jingkit, seolah tidak ingin terdengar langkahnya.

Saat kupersilakan untuk duduk, beliau menjaga agar kerusinya tidak berderit mengeluarkan bunyi.

“Wahai guru, ada urusan yang penting apakah sehingga dirimu mendatangiku selarut ini?”

“Maafkan aku ya Harun.  Aku tahu biasanya engkau masih terjaga meneliti Hadith selarut ini, maka aku pun memberanikan diri mendatangimu. Ada hal yang mengusik hatiku sedari siang tadi.”

Aku terkejut.

"Sejak siang..? Apakah itu wahai guru?”

“Mmmm begini…” suara Ahmad ibn Hanbal sangat pelan, nyaris berbisik.

" _Siang tadi aku lalu di samping Majlismu_, _saat engkau sedang mengajar murid-muridmu_.
_Aku saksikan murid-muridmu terkena terik sinar mentari saat mencatat Hadith-hadith_, _sementara dirimu bernaung di bawah bayangan pepohonan_.
_Lain kali_, _janganlah seperti itu wahai Harun_.
_Duduklah dalam keadaan yang sama sebagaimana murid-muridmu duduk_ ..!"

Aku tercengang , tak mampu berkata…

Maka beliau berbisik lagi, lalu minta izin balik dan melangkah kaki terjingkit2 dan menutup pintu dgn hati-hati.

Masha'ALLAH .....

Inilah guruku Ahmad ibn Hanbal, begitu mulianya akhlak beliau dalam menyampaikan nasihat.

Beliau boleh saja membetulkan kesalahanku saat melintasi Majlisku.

Tapi itu tidak dilakukannya demi menjaga wibawaku di hadapan murid-muridku.

Beliau juga rela menunggu hingga larut malam agar tidak ada orang lain yang mengetahui kesalahanku.

Bahkan beliau berbicara dengan suara yang sangat pelan dan berjingkat saat berjalan, agar tidak ada anggota keluargaku yang terjaga.

Lagi-lagi demi menjaga wibawaku sebagai imam dan teladan bagi keluargaku.

Teringat perkataan Imam Asy Syafi’e :

“Nasihati aku saat sendiri, jangan di saat ramai dan banyak saksi. Sebab nasihat di tengah khalayak, terasa hinaan yang membuat hatiku pedih dan koyak; Maka maafkan jika hatiku berontak.”

_Mudah2an bermanfaat untuk kita semua_

Ahad, 4 Januari 2015

PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW.


Kitab TEBERUBUT ( Kunci Pembuka dan Rahasia ILMU MA'RIFATTULLAH )

PEMAHAMAN ILMU SYAREAT berpedoman pada apa yang TERTULIS di ALQURAN dan HADIST sehingga terjadi banyak penafsiran yang terkadang saling bertentangan seperti adanya PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW.
Sedangkan ......Dalam PEMAHAMAN ILMU HAKEKAT berpedoman pada JIWA dan mengikuti ILHAM yang di terima oleh JIWAnya.....

Jika JIWAnya menginginkan merayakan MAULID NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW maka dia akan merayakannya tanpa menyalahkan orang lain yang TIDAK MERAYAKANNYA ......begitu juga sebaliknya jika JIWAnya TIDAK INGIN MERAYAKANNYA maka dia tidak akan merayakannya tanpa menyalahkan orang lain yang MERAYAKANNYA....

Allah swt berfirman dalam surat ASY SYAMS 8-10,yaitu :
" ....Allah mengilhamkan kepada JIWA itu jalan KEFASIKAN dan KETAQWAANNYA,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan JIWA itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.."

"Dari Wabishoh bin Ma'bad ia berkata :
" Saya datang kepada Rasulullah saw dan saya ingin agar tidak ada sesuatu baik berupa kebaikan atau keburukan kecuali aku telah menanyakannya pada beliau.


Saat itu di sisi beliau terdapat sekelompok sahabat, maka saya pun melangkahi mereka hingga mereka berkata :
" Wahai Wabishoh, menjauhlah dari Rasulullah saw, menjauhlah wahai Wabishah ! "
Saya berkata :
" Saya adalah Wabishah, biarkan aku mendekat padanya, karena ia adalah orang yang paling aku cintai untuk berdekatan dengannya."

Maka beliau pun bersabda:
" Mendekatlah wahai Wabishah, mendekatlah wahai Wabishah."


Saya mendekat ke arahnya sehingga lututku menyentuh lutut beliau, kemudian beliau bersabda :
" Wahai Wabishah, aku akan memberitahukan (jawaban) kepadamu sesuatu yang menjadikanmu datang kemari."

Saya berkata :
" Wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku."


Maka beliau pun bersabda :
" Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)."


Saya berkata, " Benar."
Beliau lalu menyatukan ketiga jarinya dan menepukkannya ke dadaku seraya bersabda :
" Wahai Wabishah, mintalah petunjuk dari JIWA mu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu dan manusia memberimu fatwa " (Musnad Ahmad, no.180001)

Ahad, 16 November 2014

"SAKARATUL MAUT"

"SAKARATUL MAUT".

Berbagai bentuk Malaikat Izrail Mencabut Nyawa Bila sampai masa kematian, maka Allah SWT mengutus malaikat Maut (Izrail) mencabut roh dari tubuh orang tersebut. Allah SWT berfirman yang bermaksud: 

"Dan Dialah yang mempunyai kuasa tertinggi di atas hambaNya.Dan diutusNya, padamu malaikat-malaikat penjaga. Sehingga apabila datang kematian pada salah seorang di antaramu lalu ia diwafatkan oleh malaikat-malaikatKaini, dan malaikat-malaikat Kaini itu tidak melalaikan kewajipannya." (Al-An 'un: 61)

Sekiranya orang yang akan dicabut rohnya itu orang Mukmin yang tidak berdosa, maka malaikat itu datang sebagai seorang yang rupawan. Tetapi jika datang pada orang kafir dan munafik maka mereka mendatanginya dengan rupa yang menakutkan. Bara' bin Azib telah meriwayatkan yang dikutip dalam hadith Sunan Abi Daud, Hakim, Ahmad dan lainnya menyebutkan hal tersebut sebagai berikut: 

"Sesunguhnya jika orang Mukmin, maka ketika dia akan keluar dari dunia ini dan menuju alam akhirat, maka dia didatangi malaikat yang turun dari langit dengan muka yang putih berseri. Seolah-olah wajah malaikat itu seperti sinar matahari. Mereka itu membawa kain kafan yang dibawa dari syurga. Juga membawa wangian dari syurga. Malaikat datang sambil duduk sejauh mata memandang. 

Kemudian datanglah malaikat Maut dengan duduk di sisi kepalanya. Malaikat itu mengatakan: "Hai nafas yang baik (tenang), keluarlah anda sekarang dengan mendapatkan ampunan dari Allah dan kerelaanNya." Kemudian keluarlah roh itu seperti mengalirnya sebuah titisan yang berasal dari satu minuman, kemudian malaikat itu mengambil roh itu. "Dan sesungguhnya jika orang yang akan dicabut itu roh orang yang kafir, (dalam riwayat yang lain: orang yang"fajir" ertinya penjahat, penzina atan pendusta) maka ketika orang itu di dunia lalu dia didatangi malaikat yang turun dari langit (yang keadaannya kejam dan kasar) dengan rupanya yang hitam.

Dengan membawa pakaian berbulu, lalu mereka duduk daripadanya sejauhmata memandang. Lalu Malaikat Maut (Izrail) datang dan duduk di sisi kepalanya, sambil mengatakan, "Hai roh yang jahat, keluarlah engkau sekarang menuju kemurkaan Allah dan kemarahanNya ." Lalu dipisahkan roh itu dari tubuhnya, yang terpisahnya itu laksana dicabutnya bulu basah oleh besi panas (yang kemudian diikuti dengan putusnya keringatnya dan urat sarafnya)."
(Lihat Hadith riwayat Hakim, Abu Daud, Ahmad dan lainnya).

Semasa hal itu berlaku, mereka yang hidup berada di sampingnya tidak tahu apa-apa, tidak melihat sesuatu. Perhatikan firman Allah SWT yang bermaksud: 

"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat." (Al- Waqiah: 83-85) 

Nabi SAW telah mengungkapkan tentang adanya malaikat maut yang akan memberikan berita gembira kepada mereka yang akan mati sebagai seseorang mukmin dengan janji ampunan Allah serta kecintaanNya.

Namun bagi mereka yang kafir atau orang yang jahat (berdosa), bagi mereka dijanjikan pula adanya kemurkaan dan kemarahan Allah kepadanya. Berkaitan janji syurga kepada orang Mukmin yang akan mati telah diterangkan Allah dalam AI-Quran yang ertinya: 

"Sesungguhnya orang-orang yangmengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun pada mereka dengan mengatakan: Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih,dan bergembiralah kamu dengan beroleh syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia mahupun akhirat,yang di dalamnya kamu akan beroleh apa yang kamu inginkan, dan akan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang." (FusshiIat: 30-32) 

Firman di atas menurut para ahli tafsir turun berkenaan dengan orang yang akan mati dalam keadaan serba takut dan susah, menghadapi masa akan datangnya kematian.

Selasa, 30 September 2014

MASIHKAH ADA TAUBAT BAGI DOSA YANG BERULANG?

MASIHKAH ADA TAUBAT BAGI DOSA YANG BERULANG?
Prof Madya Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin


Soalan: Prof Madya Dr MAZA, saya seorang pemuda dan sering melakukan dosa. Sudah berulang kali saya bertaubat. Tapi kemudian saya tidak mampu kawal diri, saya buat lagi. Sudah berapa kali saya taubat sehingga saya rasa Allah sudah tidak mahu terima lagi taubat saya. Adakah taubat saya palsu? Adakah saya bohong Allah? Saya terus hanyut dengan perbuatan saya sendiri. Saya hendak taubat lagi, tapi rasa macam Allah dah tidak terima, atau takut saya sendiri ulang lagi. Boleh tak Dr berikan nasihat kepada saya?
 Safwan, Melaka.

Jawapan Dr MAZA: Saudara, perasaan kesal atau keinsafan yang ada dalam jiwa saudara –alhamdulillah- menandakan bahawa cahaya iman itu masih kuat dalam diri saudara. Semoga kita semua selalu dibimbing Allah ke jalanNya yang lurus. Untuk soalan saudara maka saya jawab seperti berikut;

1. Secara umumnya taubat bermaksud kekesalan dan keinsafan terhadap dosa yang dilakukan, lalu memohon keampunan Allah dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Ini berdasarkan firman Allah: maksudnya:
“Dan mereka yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun dosa-dosa mereka – dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah -, dan mereka juga tidak meneruskan (perbuatan buruk) yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). Orang-orang yang demikian sifatnya, balasannya adalah keampunan dari Tuhan mereka, dan syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya; dan yang demikian itulah sebaik-baik balasan (bagi) mereka yang beramal” (Surah Ali ‘Imran: 135-136).
Maka, asalnya taubat itu di samping keinsafan dan memohon keampunan, ia juga adalah azam untuk tidak mengulanginya.
2. Keikhlasan atau kesungguhan seseorang yang bertaubat itu hanya diketahui oleh Allah dan dirinya sendiri. Ketika dia bertaubat, jika ia lahir dari keikhlasan maka perasaan khusyuk, duka, insaf, mengharapkan keampunan Allah akan menyelinap masuk ke dalam setiap pelusuk jiwanya. 
Airmata keinsafan antara bukti kejujuran insan yang menyesal dan mengharapkan keampunan. Keinginan untuk berada dalam keampunan itu akan membawanya kepada azam untuk tidak mengulangi dosa. Jika taubat seperti itu berlaku, maka itu adalah taubat yang nasuha atau yang ikhlas. Ia diterima Allah.
Sekalipun kemungkinan selepas itu, atas kelemahan diri dan kecuaian, hamba yang bartaubat tadi tergelincir sekali lagi ke dalam dosa yang sama. Jika, dia ikhlas pada taubatnya yang awal, Allah Maha Mengetahuinya dan insyaAllah akan mengampuni dosanya yang awal, juga dosa kemudian jika dia terus bertaubat lagi.
3. Taubat yang sebenar bukan satu perkara yang boleh dibuat-buat. Ia bukan satu lakonan. Perasaan keinsafan yang hadir dalam jiwa seorang hamba bukannya perkara yang diada-adakan. Ia adalah cahaya iman yang lahir dari kekudusan jiwa yang mengakui kebesaran Allah dan takutkan dosa. 
Apabila perasaan kerohanian itu wujud, maka seorang hamba pun bertaubat dengan penuh insaf dan nekad untuk tidak mengulangi. Siapakah yang mengetahui kewujudan perasaan itu dalam sesuatu jiwa? Sudah pasti hanya Allah dan insan yang bertaubat itu sendiri. Jika keadaan yang disebutkan itu berlaku, insan itu sebenarnya telah benar-benar bertaubat.
4. Insan atau anak Adam itu ada kelemahannya. Kadang-kala dia terjatuh lagi dalam kesalahan setelah bertaubat dengan bersungguh-sungguh. Ini –seperti yang dijelaskan- kegelinciran kedua atau ketiga dan seterusnya tidaklah bererti dia tidak ikhlas dalam taubatnya yang sebelum itu. 
Namun, kelemahannya menyebabkan dia berulang kali jatuh ke dalam dosa, sekalipun telah benar-benar insaf sebelumnya. Maka, jika hal ini berlaku dia hendaklah mengulangi taubat dan jangan berputus asa. Syaitan akan membisikkan perasaan putus asa dalam jiwa, sedangkan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penerima taubat.
berdoa3.jpg
5. Hal ini dijelaskan oleh Nabi s.a.w dalam hadis baginda:
“Seorang telah melakukan satu dosa, lalu dia berkata: Wahai Tuhanku ampunilah dosaku. Lalu Allah azza wa jalla berfirman: HambaKu melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya –dalam riwayat yang lain ditambah: Aku ampunkan dosanya-. Kemudian dia kembali melakukan dosa yang lain, dia berkata: Wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: HambaKu melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya–dalam riwayat yang lain ditambah: aku ampunkan dosanya-. Lalu dia melakukan dosa sekali lagi, dia berkata: wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: HambaKu melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya, maka aku ampunkan hambaKu ini, buatlah apa yang kau mahu aku ampunkan engkau”. 
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
6. Dari hadis di atas menggambarkan, selagi seseorang hamba Allah menyesal dan insaf, sekalipun telah berulang dosa, Allah Yang Maha Pengampun tetap mengampuninya. Namun, hendaklah kita berhati-hati kerana waktu kematian tidak pasti. Orang yang bertaubat dan berjaya mengawal dirinya tentulah lebih baik dari yang gagal mengawal diri. Tidak mustahil ketika dia gagal mengawal diri itu, kematian menjemputnya pergi.
7. Apapun, pintu taubat dalam Islam ini sentiasa terbuka. Tidak kira besar mana pun dosa, berapa kali ia mengulanginya. Insan jangan berputus asa dari rahmat Allah. Firman Allah: (maksudnya):
“Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Surah az-Zumar: 53).
Putus asa dari rahmat Allah adalah bisikan syaitan yang enggan melihat hamba-hamba Allah kembali kepada Allah.
8. Antara cara untuk memboleh kita istiqamah dengan taubat kita ialah memohon pertolongan Allah agar kita tetap atas jalan hidayah. Al-Quran mengajar kita doa: (maksudnya)
“Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada Kami limpah rahmat dari sisiMu; Sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNya” (Surah Ali ‘Imran: 8).
Nabi s.a.w pula selalu membanyakkan doa:“Wahai Yang Membolak-balikkan jantung hati (Allah)! Tetapkan daku atas agamuMu” (Riwayat al-Tirmizi, Ahmad, Ibn Abi ‘Asim- dinilai sahih).
9. Juga, antara langkah mengekalkan dalam kebaikan adalah dengan mendampingi mereka yang baik dan soleh. Teman yang baik dan mahukan kebaikan akan membawa kita berterusan dalam kebaikan. Begitulah sebaliknya. Firman Allah: (maksudnya)
“dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang mengharapkan keredaanNya semata-mata; dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya kerana engkau mahukan kesenangan hidup di dunia; dan janganlah engkau mematuhi orang yang Kami ketahui jantung hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran Kami, serta dia menurut hawa nafsunya, dan tingkah-lakunya pula adalah melampaui kebenaran”. (Surah al-Kahfi: 28).
Hiduplah dalam lingkungan teman-teman yang selalu berpesan-pesan kepada kebenaran dan kesabaran.
10. Maka, diingatkan jangan kita berputus asa dari rahmat Allah, dan jangan kita jadikan orang lain berputus asa dari rahmat Allah. Insan mempunyai peluang bertaubat sehingga nyawa ke halkumnya. Sabda Nabi:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi nyawa belum sampai ke halkumnya” (Riwayat al-Tirmizi, dinilai hasan oleh al-Albani).

APAKAH ITU PERUBATAN ISLAM?

APAKAH ITU PERUBATAN ISLAM?
Prof Madya Dr Mohd Asri Zainul Abidin


Soalan: Prof Madya Dr Mohd Asri, saya ada saudara yang menganggap bahawa kita tidak patut mengambil berubat dengan ubat-ubat yang lain dari yang Nabi s.a.w dah ajar. Dia kata perubatan Islam seperti ubat-ubat nabi sudah sempurna. Ubat-ubat hospital atau orang putih itu tidak sesuai dengan orang Islam. Orang Islam patut pegang ubat Islam, bukan ubat kafir. Apakah pandangan Dr Asri dalam hal ini?
 Maslina, Jerantut.

Jawapan Dr MAZA: Maslina, sikap saudara puan/cik yang ingin menghayati ajaran Nabi s.a.w itu amatlah baik. Namun, beliau memerlukan kefahaman terhadap Islam yang lebih jelas dalam masalah ini. Perkataan perubatan Islam itu sendiri memerlukan penjelasan berdasarkan nas-nas Islam itu sendiri. Untuk itu maka saya ingin menyentuh beberapa perkara berikut;

1. Tiada istilah ‘perubatan Islam’ yang hanya merujuk kepada jampi atau bahan-bahan yang disebutkan oleh Nabi s.a.w semata. Berubat memang disuruh oleh Islam. Apa sahaja ubat yang mengikut kaedah perubatan yang betul maka ia adalah perubatan yang diizinkan oleh syarak. Ini termasuk perubatan dan ubat yang disebut oleh Nabi s.a.w, atau selainnya yang mengikut disiplin ilmu perubatan.
Maka, perubatan moden, atau cina, atau india, atau melayu yang berasaskan kaedah yang benar, bukan haram, khurafat atau syirik maka ia adalah perubatan yang diizinkan oleh Islam. Bahkan jika diyakini boleh menyembuhkan seseorang yang sakit, maka ia disuruh oleh Islam tanpa mengira asal usul perubatan tersebut.
2. Nabi s.a.w dalam hadis menyebut perubatan dan ubat secara umum, tanpa menghadkannya. Maka, setiap orang hendaklah berusaha mencari ubat yang paling berkesan. Dalam hadis yang sahih Nabi s.a.w bersabda:
“Berubatlah wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit, melainkan meletakkan untuknya ubat, kecuali satu penyakit, iaitu tua” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, al-Tirmizi dan Ibn Majah).
Juga sabda baginda:
“Bagi setiap penyakit ada ubatnya. Apabila betul ubatnya, maka sembuhlah dengan izin Allah.” (Riwayat Muslim).
Kata Al-Imam Nawawi (meninggal 676H):
“Hadis ini memberi isyarat disunatkan mengubat penyakit. Inilah mazhab ashab kita (aliran mazhab al-Syafi`i), kebanyakan salaf dan keseluruhan khalaf. Kata al-Qadi ‘Iyadh: Dalam hadis-hadis ini terkandung beberapa ilmu-ilmu agama dan dunia, antaranya; benarnya ilmu perubatan, diharuskan berubat secara keseluruhannya..” (Al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, 359/14, Beirut: Dar al-Khair).
3. Kemudian, satu perkara yang perlu diperingatkan bahawa bukan semua hadis-hadis tentang perubatan itu sahih, bahkan banyak yang palsu. Al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w. 751H) yang menulis kitab al-Tibb al-Nabawi (perubatan kenabian) sendiri mengingatkan dalam kitabnya al-Manar al-Munif bahawa salah satu ciri hadis palsu itu; hadis yang lebih berunsur ungkapan para pengamal perubatan yang dibuktikan oleh pancaindera atau fakta yang sahih tentang kepalsuannya. Dalam ertikata lain, di zaman sekarang jika fakta sains berjaya membuktikan kesalahan fakta hadis tersebut, maka itu salah satu ciri bahawa ia hadis yang palsu.
Satu contoh yang jelas hadis: “Terung itu mengikut hajat ia dimakan” dan hadis “Terung itu ubat untuk segala penyakit”. Ini adalah riwayat palsu. Kata al-Imam Ibn al-Qayyim:
“Semoga Allah menghodohkan pereka kedua hadith di atas. Perkara seperti ini jika disebut oleh orang yang paling pakar dalam perubatan pun, orang ramai akan mentertawakannya. Jika dimakan terung untuk demam panas, kemurungan dan banyak penyakit lain, ia hanya menambahkan keburukan lagi. Jika orang fakir makan agar dia kaya, dia tidak akan kaya. Jika orang jahil makan untuk pandai, dia tidak akan pandai” (Ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Manar al-Munif fi al-Sahih wa al-Da‘if, m.s. 51. Syria: Maktab al-Matbu`at al-Islamiyyat).
4. Maka, banyak dakwaan yang dikatakan bersumberkan hadis, seperti makan kismis menguatkan ingatan tiada dalil yang sahih daripada Nabi s.a.w mengenainya. Ibn al-Qayyim sendiri menyebut dalam al-Tibb al-Nabawi bahawa ada dua hadis yang disebut tentang kelebihan kismis, tetapi kedua-duanya tidak sahih. Cumanya, ada riwayat daripada al-Zuhri beliau menyatakan kismis bermanfaat untuk ingatan. (lihat: Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad, 4/318

honey.jpg

5. Apa yang disebut oleh al-Quran seperti khasiat madu, tiada sebarang syak tentang kewahyuannya (divinity). Cumanya, bagaimanakah proses perubatan itu hendak dikendalikan atau kadar dan caranya memerlukan kajian ilmiah perubatan.
6. Adapun hadis-hadis yang sahih yang menyebut tentang ubat-ubat tertentu seperti hadishabbatus sauda’ (jintan hitam), berbekam, air kencing unta, susu unta, oud hindi dan seumpamanya; para ulama berbeza pendapat tentangnya. Ada yang berpendapat hadis-hadis ini berasaskan wahyu. Ada pula yang berpendapat bahawa hadis-hadis ini Nabi s.a.w sebut berasaskan pengalaman, persekitaran dan zaman baginda hidup, bukanlah wahyu daripada Allah S.W.T.
7. Secara umumnya, ulama Hadis cenderung kepada pendapat bahawa hadis-hadis perubatan yang sahih itu berasaskan wahyu. Dalam ertikata lain ia adalah perkhabaran daripada Allah S.W.T kepada nabiNya s.a.w. Maka, semuanya kandungannya benar tepat dan untuk diamalkkan. Ertinya, ia perubatan yang mendapat pengiktirafan daripada Allah S.W.T sendiri. Maka, dalam kitab-kitab hadis didetilkan perkara-perkara ini sehingga dalam Sahih al-Bukhari ada Kitab al-Tibb (Kitab Perubatan). Ibn al-Qayyim dalam al-Tibb al-Nabawi berpegang dengan pendapat ini.
8. Golongan kedua seperti al-Qadi ‘Iyadh, Ibn Khaldun, Muhammad Abu Zahrah berpendapat bahawa hadis-hadis perubatan ini bukan berteraskan wahyu, sebaliknya Nabi s.a.w bercakap berdasarkan pengalaman dan persekitaran baginda ketika itu. Bagi ulama yang berpegang dengan pendapat ini mereka menyatakan bahawa Nabi s.a.w tidak diutuskan sebagai ahli perubatan dan itu bukan tujuan baginda diutuskan. Maka, ucapan atau tindakan baginda dalam perubatan sama seperti ahli masyarakat Arab lain ketika itu dan tidak semestinya tepat dengan realiti perubatan. Antara yang berpegang dengan fahaman ini al-Imam Ibn Khaldun (w. 808H) dalam kitabnya al-Muqaddimah.
Kata Ibn Khaldun:
“Maka perubatan yang diriwayatkan dalam syarak (hadis) kepada kita adalah dari jenis perubatan arab, sedikit pun bukan dari wahyu. Ia hanyalah perkara yang menjadi kebiasaan arab. Apa yang disebut keadaan Nabi s.a.w dalam hal ini termasuk dalam jenis adat dan jibiliyyah (tabiat kebiasaan) bukan kerana ia disyariatkan amal sedemikian rupa. Ini kerana Nabi s.a.w diutuskan untuk mengajar syariat, bukan untuk memperkenalkan perubatan atau adat kebiasaan yang lain” (Ibn Khaldun, al-Muqaddimah, 493-494. Beirut: Dar al-Fikr).
9. Antara alasan golongan yang berpendapat bahawa perubatan Nabi s.a.w berasaskan kebiasaan dan pengalaman bukannya wahyu ialah hadis sahih yang mana Nabi s.a.w pernah melihat sahabat mengahwinkan pokok tamar, lalu baginda bersabda:
“Apa yang sedang kamu lakukan?”. Jawab mereka: “Kami telah lakukannya sebelum ini”. Jawab baginda: “Barangkali jika kamu tidak buat ia lebih baik”. Maka mereka pun tidak melakukannya, lalu pokok tidak berbuah. Mereka menyebut hal tersebut kepada Nabi s.a.w, lalu baginda bersabda: “Aku ini manusia. Apabila aku menyuruh kamu dari perkara agama, maka ambillah (patuhlah). Jika aku menyuruh kamu sesuatu dari pendapatku, maka aku hanyalah seorang manusia” (Riwayat Muslim).
Dalam riwayat yang lain, baginda menjawab:
“Jika itu memanfaatkan mereka maka lakukanlah. Aku hanya menyangka satu sangkaan, maka jangan salahkan aku atas sangkaan. Namun, jika aku memberitahu sesuatu daripada Allah maka ambillah, kerana sesungguhnya aku sama sekali tidak akan berdusta atas nama Allah” (Riwayat Muslim).
Juga di sana ada dalil-dalil yang lain yang menunjukkan bahawa adanya tindakan dan perkataan Nabi s.a.w itu berasaskan kebiasaan, atau pengalaman atau pandangan baginda dan bukannya wahyu. Ini termasuk pemilihan tempat yang baginda buat dalam Perang Badar yang kemudian dicadangkan tempat yang lain oleh Hubbab bin Munzir dan baginda mengubah pandangannya dan bersetuju dengan cadangan tersebut. Perkara ini menjadi perbahasan panjang dalam kalangan ulama dalam membezakan sunnah Nabi yang disyariatkan untuk diamalkan dan yang tidak disyariatkan untuk diamalkan.
10. Saya melihat; secara umumnya tujuan hadis-hadis perubatan ingin memberitahu kita bahawa kita disuruh untuk berubat berasaskan kepada bahan-bahan yang digunakan dalam perubatan yang diyakini boleh memberikan kesan. Nabi s.a.w menyebut bahan-bahan yang ada dalam masyarakat baginda dan digunakan serta memberi kesan pada zaman dan iklim baginda. Bahan-bahan itu boleh diambil iktibar, namun bukanlah pilihan yang terbaik bagi setiap masa dan keadaan. Bergantung kepada sejauh manakah ia berkesan untuk sesuatu tempat dan masa. Apa yang penting kita disuruh mencari yang berkesan tanpa mengira jenisnya.
black_seed.png
Al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852H) ketika mensyarahkan hadis al-Bukhari:
“Habbatus sauda penyembuh bagi segala penyakit”, menyebut: “Ia bermanfaat untuk penyakit yang sejuk, adapun penyakit yang panas tidak!” (Fath al-Bari, 11/290. Beirut: Dar al-Fikr).
11. Maka, kesimpulannya setiap ubat yang bermanfaat adalah diiktiraf oleh Islam, tidak terbatas kepada apa yang disebutkan dalam hadis sahaja. Berdasarkan pendapat sebahagian ulama tadi, apa yang disebut dalam hadis juga perlu untuk diteliti dan dikaji semula kesesuaiannya kerana mungkin ada keadaan yang berbeza, atau di sana ada ubat yang lebih berkesan.

Isnin, 29 September 2014

Qarin(Jin) Kembar Kepada Manusia


QARIN (Pendamping manusia)

Roh yang muncul dalam mimpi atau hadir semasa upacara pemujaan sebenarnya ‘qarin’.

BAGI setiap orang, mimpi merupakan sebahagian daripada permainan tidur dan menjadi lebih dramatik apabila roh orang yang telah meninggal dunia tiba-tiba menjelma dalam mimpi.

Malah tidak kurang juga yang menganggap mimpi sebagai medium untuk seseorang dari alam lain memberitahu sesuatu kepada mereka yang masih hidup.

Kita juga biasa mendengar pengamal perubatan tradisional atau bomoh memperoleh ilmu, petunjuk atau ilham daripada roh para guru mereka menerusi mimpi.

Dalam satu senario lain, orang tua-tua menceritakan bagaimana roh orang yang telah meninggal dunia balik ke rumah untuk melihat ahli keluarganya yang masih hidup di dunia.

KES PEMUJAAN
Penjelmaan semula roh bukan sahaja dipopularkan oleh filem-filem Asia dan Hollywood seperti Ghost lakonan Demi Moore, bahkan meresap jauh ke dalam sanubari sebahagian masyarakat Melayu beragama Islam.

Persoalannya, apakah sebenarnya yang dikatakan roh itu dan bagaimana ia boleh muncul semula di alam nyata?

"Apa yang didakwa roh itu sebenarnya qarin iaitu pendamping manusia yang terdiri daripada golongan jin.

"Qarin itulah yang selalu dipanggil dan dipuja dalam pelbagai acara pemujaan.

"Kadangkala qarin itu boleh menjelma dalam mimpi dengan menyerupai orang yang telah mati," kata pengamal perubatan Islam terkenal, Dr. Amran Kasimin.

Penjelasan itu membuka dimensi baru mengenai qarin dan roh yang sering saja disalahertikan.

Dalam bahasa Arab, qarin bermakna 'teman' atau 'rakan'.

Apa yang dimaksudkan dengan qarin di sini ialah roh-roh jahat daripada kalangan makhluk halus yang selalunya menemani manusia sejak dari kelahiran seseorang bayi sehinggalah dia meninggal dunia.

ORANG MATI
"Sekiranya ada orang mendakwa mendapat mimpi tentang kehadiran seseorang yang telah meninggal dunia, itu sebenar adalah jelmaan qarin dan bukan roh si mati," ungkap Amran.

Merungkai salah tanggapan masyarakat Melayu khususnya mengenai roh, Amran menjelaskan bahawa tidak berlaku sama sekali pertemuan antara alam roh dan alam nyata.

Jelas Amran, roh manusia yang telah meninggal dunia tidak akan kembali bergaul dan berbual-bual seperti biasa dalam kehidupan harian manusia termasuk melalui mimpi.

Tambahnya, alam roh dan alam manusia yang nyata ini tidak akan bertembung sama sekali kerana terdapatnya alam barzakh yang menjadi pemisah.

"Justeru, tidak terjadi perkara roh naik atau turun pada waktu-waktu tertentu seperti yang dipercayai oleh kita selama ini.

"Apa yang kita lihat itu sebenarnya qarin," tegasnya. Menjelaskan lebih lanjut, Amran berkata, terdapat perbezaan jelas antara syaitan, jin dan qarin. "Jin ini ada daripada golongan kafir dan ada pula yang beriman. "Dikategorikan dalam jin kufur atau kafir ialah nama seperti Ifrit, syaitan dan qarin," jelas Amran.

Mengaitkan antara jin dan amalan pemujaan oleh bomoh bahkan kaki ekor, Amran memberitahu, sudah menjadi sifat qarin untuk membuatkan manusia percaya terhadap perkara khurafat seperti itu.

Ungkapnya, apa yang berlaku ketika amalan menurun ialah bomoh menggunakan jin untuk memberitahunya apa yang sedang berlaku sahaja.

QARIN KEMBAR SETIAP MANUSIA
"Bagi perkara-perkara yang lepas, bomoh tersebut mengetahuinya melalui qarin. Ini kerana qarin adalah satu-satunya makhluk yang paling akrab dengan manusia.

"Dia seperti menjadi kembar manusia dan kerana itulah qarin boleh memberitahu perkara lampau mengenai seseorang," kata Amran.

Bukan sekadar itu, keberkesanan amalan sihir yang menggunakan darah orang mati dibunuh juga berlaku atas 'campur tangan' qarin si mati.

Menyentuh mengenai gambaran qarin, Amran menjelaskan ia sesuatu yang di luar kemampuan manusia untuk menzahirkannya melalui pemikiran biasa.

Namun menurutnya, kemungkinan qarin menyerupai manusia kerana secara logiknya, ia umpama kembar manusia.

Qarin sentiasa berada di samping manusia. Kerana itu dia amat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan orang berkenaan.

"Qarin tidak seperti jin atau syaitan lain yang menjelma sebagai haiwan atau pokok kerana ia secara harfiahnya adalah pendamping manusia," kata Amran.

Apa yang jelas, kewujudan qarin sama seperti jin dan syaitan lain iaitu berusaha untuk menyesatkan manusia sehinggalah manusia itu meninggal dunia, barulah qarin ini akan terpisah dengan manusia.

Hal ini turut ditegaskan dalam hadis Riwayat Ahmad dan Muslim bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setiap kamu ada qarin daripada golongan jin dan juga qarin golongan bangsa malaikat.

"Mereka bertanya: "Engkau juga ya Rasulullah." Sabda baginda: "Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga qarin itu dapat aku Islamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan."

Rabu, 2 Julai 2014

10 Tugas Kepala Negara Dalam Kitab Ahkamus Sulthaniyyah


Di dalam istilah politik Islam (siyasah syar’iyah) kepala negara disebut sebagai imam, khalifah atau amirul mukminin. Ketiga istilah itu maknanya sama. Imam dinamakan khalifah, karena ia menggantikan Rasululullah Saw dalam memimpin umatnya. Oleh karena itu, imam dibenarkan dipanggil dengan sebutan, “Wahai Khalifah Rasulullah!” namun secara umun dipanggil Khalifah. Mengenai tugas-tugas seorang kepala negara, Imam Al Mawardi dalam kitabnya “Al-Ahkam As-Sulthaniyah” menjelaskan setidaknya ada sepuluh tugas yang harus dilakukan oleh seorang kepala negara. Imam Al Mawardi, ulama mazhab Syafi’i dan seorang hakim yang lahir pada 370 H, hidup pada masa kekuasaan Daulah Abbasiyah.     

أحدها حفظ الدين على أصوله المستقرة وما أجمع عليه سلف الأمة

Pertama, melindungi keutuhan agama sesuai dengan prinsip-prinsip yang mapan, dan ijma’ generasi salaf. Jika muncul pembuat bid’ah, atau orang sesat yang membuat syubhat tentang agama, ia menjelaskan hujjah kepadanya, dan menindaknya sesuai dengan hak-hak dan hukum yang berlaku, agar agama tetap terlindung dari segala penyimpangan dan umat terlindung dari usaha penyesatan.

الثاني : تنفيذ الأحكام بين المتشاجرين وقطع الخصام بين المتنازعين حتى تعم النصفة فلا يتعدى ظالم ولا يضعف مظلوم 

Kedua, menerapkan hukum kepada dua pihak yang perkara, dan menghentikan perseteruan di antara kedua pihak yang berselisih, agar keadilan menyebar secara merata, kemudian kaum tiranik tidak sewenang-wenang, dan orang teraniaya tidak merasa lemah.

الثالث : حماية البيضة والذب عن الحريم ليتصرف الناس في المعايش وينتشروا في الأسفار آمنين من تغرير بنفس أو مال

Ketiga, melindungi wilayah negara dan tempat-tempat suci, agar manusia dapat leluasa bekerja, dan bepergian ketempat manapun dengan aman dari gangguan terhadap jiwa dan harta.

الرابع : إقامة الحدود لتصان محارم الله تعالى عن الانتهاك وتحفظ حقوق عباده من إتلاف واستهلاك

Keempat, menegakkan supremasi hukum (hudud) untuk melindungi larangan-larangan Allah Ta’ala dari upaya pelanggaran terhadapnya, dan melindungi hak-hak hamba-hamba-Nya dari upaya pelanggaran dan perusakan terhadapnya.

الخامس : تحصين الثغور بالعدة المانعة والقوة الدافعة حتى لا تظفر الأعداء بغرة ينتهكون فيها محرما أو يسفكون فيها لمسلم أو معاهد دما

Kelima, melindungi daerah-daerah dengan banteng yang kokoh, dan kekuatan yang tangguh, hingga musuh tidak mendapatkan celah untuk menerobos masuk guna merusak kehormatan, atau menumpahkan darah orang muslim, atau orang yang berdamai dengan orang muslim (mu’ahid).

السادس : جهاد من عاند الإسلام بعد الدعوة حتى يسلم أو يدخل في الذمة ليقام بحق الله تعالى في إظهاره على الدين كله

Keenam, memerangi orang yang menentang Islam setelah sebelumnya didakwahi hingga dia masuk Islam, atau masuk dalam perlindungan kaum muslimin (ahlu dzimmah), agar hak Allah Ta’ala terealisir yaitu kemenanga-Nya atas seluruh agama.

السابع : جباية الفيء والصدقات على ما أوجبه الشرع نصا واجتهادا من غير خوف ولا عسف

Ketujuh, mengambil fai (harta yang didapat kaum muslimin tanpa pertempuran) dan sedekah sesuai dengan yang diwajibkan syariat secara tekstual dan ijtihad tanpa rasa takut dan paksa.

الثامن : تقدير العطايا وما يستحق في بيت المال من غير سرف ولا تقتير ودفعه في وقت لا تقديم فيه ولا تأخير

Kedelapan, menentukan gaji, dan apa saja yang diperlukan dalam baitul mall (kas negara) tanpa berlebih-lebihan, kemudian mengeluarkan tepat pada waktunya, tidak mempercepat atau menunda pengeluaranya.

التاسع : استكفاء الأمناء وتقليد النصحاء فيما يفوض إليهم من الأعمال ويكله إليهم من الأموال ، لتكون الأعمال بالكفاءة مضبوطة والأموال بالأمناء محفوظة

Kesembilan, mengangkat orang-orang terlatih untuk menjalankan tugas-tugas, dan orang-orang yang jujur mengusrusi masalah keuangan, agar tugas-tugas ini dikerjakan oleh orang-orang yang ahli, dan keuangan dipegang oleh orang-orang yang jujur.


العاشر : أن يباشر بنفسه مشارفة الأمور وتصفح الأحوال ؛ لينهض بسياسة الأمة وحراسة الملة ، ولا يعول على التفويض تشاغلا بلذة أو عبادة ، فقد يخون الأمين ويغش الناصح

Kesepuluh, terjun langsung menangani segala persoalan, dan menginspeksi keadaaan, agar ia sendiri yang memimpin umat dan melindungi agama. Tugas-tugas tersebut, tidak boleh ia delegasikan kepada orang dengan alasan  sibuk istirahat atau ibadah. Jika tugas-tugas tersebut ia limpahkan kepada orang lain, sungguh ia berkhianat kepada umat, dan menipu penasihat. Allah Ta’ala berfirman, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi, maka berilah keputusan perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Shaad: 26)

Pada ayat diatas Allah Swt tidak hanya memerintahkan pelimpahan tugas, namun lebih dari itu dia memerintahkan penanganan langsung. Ia tidak mempunyai alasan untuk mengikuti hawa nafsu. Jika hal itu dia lakukan, maka ia masuk kategori orang yang tersesat. Inilah kendati pelimpahan tugas dibenarkan berdasarkan hukum agama dan tugas pemimpin, ia termasuk hak politik seorang pemimpin. Rasulullah Saw bersabda, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari,  Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad).