Pages

Memaparkan catatan dengan label ikhlas. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label ikhlas. Papar semua catatan

Selasa, 18 April 2017

Tawakkal itu pada Allah, bukan pada jimat.

Tawakkal itu pada Allah, bukan pada jimat.

Silakan baca Khutbah Jumat kali ini.

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Allah Ta’ala memerintah untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Segala puji bagi Allah tempat setiap makhluk bertawakkal. Pada Allah-lah kita bergantung, menggantungkan segala urusan.
Tawakkal inilah contoh dari dua Nabi khalilullah, yang menjadi kekasih Allah yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat menghadapi kesulitan yang berat mereka membaca “hasbunallah wa ni’mal wakiil”.
Kata sahabat Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa “hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah perkataan Nabi ‘Ibrahim ‘alaihis salaam ketika beliau ingin dilempar di api. Sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kalimat tersebut dalam ayat,
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. (QS. Ali Imran: 173).”(HR. Bukhari, no. 4563)
Kata para ulama, maksud ‘hasbunallah‘ adalah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan ‘ni’mal wakiil’ adalah Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar segala urusan hamba dan yang mendatangkan maslahat.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat dan istri-istri beliau yang tercinta serta pada setiap pengikut beliau yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman. Merekalah yang telah memberikan kita contoh bagaimanakah beragama dengan baik dan bagaimanakah bertawakkal yang benar pada Allah.
Dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Bashir Al-Anshori radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sebagian safar beliau. Beliau ketika itu mengutus seorang utusan untuk memerintahkan,
أَنْ لاَ يَبْقَيَنَّ فِى رَقَبَةِ بَعِيرٍ قِلاَدَةٌ مِنْ وَتَرٍ أَوْ قِلاَدَةٌ إِلاَّ قُطِعَتْ
“Jangan sampai dibiarkan di leher unta masih terdapat kalung (dari tali busur) atau kalung pada leher unta melainkan itu dipotong.” (HR. Bukhari, no. 3005 dan Muslim, no. 2115)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik.” (HR. Abu Daud, no. 3883, Ibnu Majah, no. 3530 dan Ahmad 1: 381. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahabi).
Kata Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam Kitab At-Tauhid, tamimah adalah sesuatu yang dipakai oleh anak-anak untuk mencegah ‘ain (sawan atau pandangan hasad dari orang yang mudah hasad). Sebagian ulama -kata Syaikh At-Tamimi rahimahullah- memberikan keringanan untuk tamimah dari Al-Qur’an. Sebagian ulama tidak memberikan keringanan untuk hal ini. Seperti sahabat Ibnu Mas’ud tetap melarang tamimah yang berasal dari Al-Qur’an. Tamimah inilah yang biasa kita kenal dengan jimat.
Adapun ruqo yang disebut dalam hadits disebut juga ‘azaim yang dimaksud adalah ruqyah. Yang terlarang yaitu berupa mantera-mantera dukun. Sedangkan jika ruqyah itu selamat dari kesyirikan, maka masih dibolehkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih membolehkan ruqyah yang selamat dari syirik tadi, ruqyah tersebut masih boleh digunakan untuk mengatasai ‘ain dan humah.
Tiwalah adalah sesuatu yang dibuat yang diyakini bisa membuat istri sangat cinta pada suami atau suami sangat cinta pada istri. Yang ada di tengah-tengah kita dikenal dengan pelet.
Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Ukaim radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa menggantungkan hati pada sesuatu, urusannya akan diserahkan padanya.” (HR. Tirmidzi, no. 2072 dan Ahmad 4: 310. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ruwaifi’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya,
يَا رُوَيْفِعُ لَعَلَّ الْحَيَاةَ سَتَطُولُ بِكَ بَعْدِى فَأَخْبِرِ النَّاسَ أَنَّهُ مَنْ عَقَدَ لِحْيَتَهُ أَوْ تَقَلَّدَ وَتَرًا أَوِ اسْتَنْجَى بِرَجِيعِ دَابَّةٍ أَوْ عَظْمٍ فَإِنَّ مُحَمَّدًا -صلى الله عليه وسلم- مِنْهُ بَرِىءٌ
“Wahai Ruwaifi’, semoga umurmu panjang sepeninggalku. Katakanlah pada orang-orang bahwa siapa saja yang mengikat jenggotnya (dalam rangka sombong atau untuk mempercantik diri, pen-) atau memakai kalung atau beristinja’ dengan kotoran hewan atau dengan tulang, maka Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- benar-benar berlepas diri darinya (dari pelaku dan perbuatannya).” (HR. Abu Daud, no. 36; An-Nasa’i, no. 5067; Ahmad, 4: 108. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Siapa yang memotong jimat pada seseorang, maka ia seperti membebaskan seorang budak.” (Atsar dari Waki’ bin Al-Jarrah Ar-Ruasi)
Dari Ibrahim bin Yazid An-Nakha’i, ia mengatakan, “Murid-murid Ibnu Mas’ud tidaklah menyukai jimat dari Al-Qur’an maupun dari selain Al-Qur’an.” (Atsar shahih dari Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya)

Ada beberapa faedah penting dari hadits-hadits dan riwayat di atas,
Ancaman yang keras bagi orang yang memakai jimat.
Pahala bagi orang yang memotong jimat dari yang lainnya.
Amannya tidak memakai jimat meskipun dari Al-Qur’an.
Memakai jimat tanda kurangnya tawakkal pada Allah.

Para jama’ah shalat jumat rahimani wa rahimakumullah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua


الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Di antara faedah kita bertawakkal pada Allah dengan meninggalkan berbagai jimat, pelet, rajah dan berbagai pelindung dan anti kebal adalah:
Pertama, mendapatkan jaminan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Sebagaimana disebutkan sifat mereka dalam hadits adalah,
هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka itu tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal.” (HR. Bukhari, no. 5752)
Kedua, Allah akan beri kecukupan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Ketiga, Allah menyukai orang yang bertawakkal.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 159)
Demikian khutbah kami untuk Jumat kali ini. Semoga kita menjadi orang yang benar-benar bertawakkal dan menggantungkan setiap urusan pada Allah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنِّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ إنِّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Naskah Khutbah Masjid Adz-Dzikro Ngampel, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul
Jum’at Pon, 25 Jumadats Tsaniyyah 1438 H (24 Maret 2017)

Sumber : https://rumaysho.com/15507-khutbah-jumat-tawakkal-pada-allah-bukan-pada-jimat.html

Bagaimana bekal yang sia-sia menuju akhirat?

Bagaimana bekal yang sia-sia menuju akhirat?

Ibnul Qayyim memberikan nasehat yang sangat indah,

العَمَلُ بِغَيْرِ اِخْلاَصٍ وَلاَ اِقْتِدَاءٍ كَالمُسَافِرِ يَمْلَأُ جِرَابُهُ رَمْلاً يُثْقِلُهُ وَلَا يَنْفَعُهُ

“Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaikan seorang musafir yang membawa ransel berisi pasir. Bekal pada ransel tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa.”
(Al-Fawa’id, hlm. 81)

Itulah bekal yang sia-sia, berat namun tidak manfaat. Amalan yang dilakukan tidak ikhlas (riya’ dan sum’ah), juga amalan yang tanpa tuntunan Rasul (bid’ah) itulah yang jadi bekal sia-sia.
Jangan sampai kita membawa bekal yang sia-sia padahal perjalanan kita begitu berat menuju akhirat.

Referensi:

Al-Fawaid. Cetakan keenam, tahun 1431 H. Muhammad bin Abi Bakr Az-Zar’I (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah). Penerbit Maktabah Ar-Rusyd.

Sumber : https://rumaysho.com/14725-bekal-yang-sia-sia.html

Jumaat, 31 Mac 2017

SEBENAR-BENAR IKHLAS YANG MERUPAKAN TALI ALLAH

YANG DIBERSIHKAN DARIPADA SEBARANG SYIRIK IALAH SEBENAR-BENAR IKHLAS YANG MERUPAKAN TALI ALLAH

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 39)
‎قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Iblis berkata: " Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat, (maka) demi sesungguhnya aku akan memperelokkan segala jenis maksiat kepada Adam dan zuriatnya di dunia ini, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 40)
‎إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

"Kecuali di antara zuriat-zuriat Adam itu hamba-hambaMu yang dibersihkan dari sebarang syirik".

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 41)
‎قَالَ هَٰذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ

Allah berfirman: "Inilah satu jalan yang lurus, yang tetap Aku memeliharanya.

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 42)
‎إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

"Sesungguhnya hamba-hambaKu, tidaklah ada bagimu sebarang kuasa untuk menyesatkan mereka, kecuali sesiapa yang menurutmu dari orang-orang yang sesat (dengan pilihannya sendiri).

17.Surah Al-'Isrā' (Verse 65)
‎إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًا

Sesungguhnya hamba-hambaKu (yang beriman dengan ikhlas), tiadalah engkau (hai iblis) mempunyai sebarang kuasa terhadap mereka (untuk menyesatkannya); cukuplah Tuhanmu (wahai Muhammad) menjadi Pelindung (bagi mereka).

38.Surah Şād (Verse 82)
‎قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Iblis berkata: " Demi kekuasaanmu (wahai Tuhanku), aku akan menyesatkan mereka semuanya, -

38.Surah Şād (Verse 83)
‎إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

" Kecuali hamba-hambaMu di antara zuriat-zuriat Adam itu yang ikhlas".

FIRMAN ALLAH YANG MENJELASKAN IKHLAS IALAH BERSIH DARIPADA SEBARANG SYIRIK

29.Surah Al-`Ankabūt (Verse 65)
‎فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Dalam pada itu, apabila mereka naik bahtera (lalu menemui sesuatu bahaya di laut), mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepadaNya. Kemudian setelah Allah menyelamatkan mereka (naik) ke darat, mereka berlaku syirik kepadaNya.

FIRMAN ALLAH DIATAS MENUNJUKKAN TULUS IKHLAS LAWANNYA SYIRIK

31.Surah Luqmān (Verse 22)
‎وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰۗ وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Dan sesiapa yang berserah diri bulat-bulat kepada Allah (dengan ikhlas) sedang ia berusaha mengerjakan kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) yang teguh dan (ingatlah) kepada Allah jualah kesudahan segala urusan.

39.Surah Az-Zumar (Verse 2)
‎إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ

Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran ini kepadamu (wahai Muhammad) dengan membawa kebenaran; oleh itu hendaklah engkau menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat dan bawaanmu kepadaNya.

39.Surah Az-Zumar (Verse 3)
‎أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

Ingatlah! (Hak yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala ibadat dan bawaan yang suci bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung dan penolong (sambil berkata): "Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya", sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang-orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan-bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik).

3.Surah 'Āli `Imrān (Verse 103)
‎وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (ugama Islam), dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka (disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayahNya.

Isnin, 20 Mac 2017

IKHLAS

🌾IKHLAS🌾

"Mari ku ajarkan kamu ilmu ikhlas," kata seorang guru kepada muridnya.

"Nanti saya ambilkan buku dan pen untuk menulis."

"Tak payah, bawa sahaja karung guni."

"Karung guni?" soal anak muridnya seperti tidak percaya.

"Mari kita ke pasar!"

Dalam perjalanan ke pasar mereka berdua melalui jalan yang berbatu-batu.

"Kutip batu-batu yang besar dan masukkan ke dalam guni yang kau bawa itu,"
kata guru itu memberi arahan.

Tanpa banyak soal,anak muridnya memasukkan batu-batu besar yang mereka temui
di sepanjang jalan.

"Cukup?" tanya anak muridnya.

"Belum. Isi sampai penuh karung guni itu."

Sampai di pasar, mereka berdua tidak membeli apa-apa. Berlegar-legar,
melihat-lihat dah kemudiannya mula beredar keluar.

"Tuan Guru, kita tidak beli apa-apa?"

"Tidak. Bukankah karung gunimu telah penuh?"

"Ya,ya..."kata si murid, agak kelelahan.

"Banyak beli barang," tegur seorang kenalan apabila melihat mereka dengan guni
yang kelihatan berat itu.

"Wah, tentu mereka berdua ini orang kaya! Banyak sungguh barang yang mereka beli,"
kata seseorang yang lain.

"Agaknya, mereka hendak buat kenduri besar kot,"kata yang lain pula.

Sebaik kembali ke tempat tinggal mereka, si murid meletakkan guni yang meberisi
batu-batu tadi.
"Oh, letih sungguh.. apa yang kita nak buat dengan batu-batu Tuan Guru?"

"Tak buat apa-apa"

"Eh, kalau begitu letih sahajalah saya,"Balas anak murid.

"Letih memang letih, tapi kamu dah belajar tentang ikhlas."

"Ikhlas?"si murid kehairanan.

"Kamu dah belajar apa akibatnya jika tidak ikhlas dalam beramal,"

"Dengan memikul batu-batu ini?"

"Ya. Batu-batu itu umpama amalan yang riyak. Tidak ikhlas. Orang memujinya
seperti orang-orang dipasar tadi memuji banyaknya barang yang kamu beli.
Tapi, kamu sendiri tahu itu bukan barang makanan atau keperluan, tetapi
hanya batu-batu."

"Amal yang tidak ikhlas umpama batu-batu ini?"

"Ya. hanya berat sahaja yang ditanggung. Dipuji orang, tetapi tidak
ada nilai nya di sisi ALLAH. Yang kamu dapat, Hanya penat."

"Ya, sekarang saya faham apa akibat jika beramal tetapi tidak ikhlas!"
Ujar si murid.

PENGAJARAN : Ramai manusia tertipu delam beramal kerana mengharapkan pujian.
Padahal kata-kata pujian hakikatnya hanya menyebabkan diri terseksa kerana terpaksa
hidup dalam keadaan yang bermuka-muka.

Rugi benar orang yang tidak ikhlas,terseksa di dunia, terseksa di Akhirat

Jika anda IKHLAS membaca kisah ini , share lah kpd sahabat2 dgn IKHLAS . In shaa Allah dapat pahala dari ALLAH SWT ...

Sabtu, 10 September 2016

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN

Ulamak Abu Abdul Rahman bin Abdullah Al-Mubarak Al-Hanzhali Al-Marwazi, seorang ulamak yang termahsyur di Makkah  menceritakan kisah ini.

Suatu ketika, selepas selesai salah satu ritual haji, beliau berehat dan tidur. Dalam mimpinya beliau melihat dua malaikat turun dari langit, dia terdengar perbualan mereka, "Berapa ramai jemaah yang datang pada tahun ini?" Tanya malaikat itu kepada para malaikat lain.

"Tujuh ratus ribu," jawab malaikat yang satu lagi.

"Berapa ramai orang-orang yang diterima hajinya itu?"

"Tiada satu pun"

Perbualan itu membuat Abdullah gementar ketakutan, "Apa?" Dia menangis dalam mimpi.

"Semua orang-orang ini datang dari belahan bumi yang jauh, dengan susah payah dan keletihan sepanjang jalan, mengembara melalui padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka sia-sia?"

Walaupun dengan rasa takut, dia terus mendengar cerita kedua malaikat tersebut.

"Namun ada seorang lelaki yang walaupun dia tidak datang untuk menunaikan haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan semua dosanya telah diampunkan. Diatas keberkatan daripada lelaki itu, seluruh haji para jemaah diterima oleh Allah. "

"Bagaimana ia boleh terjadi begitu?"

"Itu adalah kehendak Allah"

"Siapakah orang tersebut?"

"Sa'id bin Muhafah, tukang kasut di kota Damsyik"

Mendengar ucapan itu, ulamak itu terus terjaga. Pulang daripada haji, dia tidak terus balik ke rumah, tetapi beliau pergi ke kota Damsyik, Syria.

Sampai di sana, beliau terus pergi ke tukang kasut yang disebut oleh malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang-tukang kasut dia bertanya, apakah benar ada tukang kasut yang bernama Sa'id bin Muhafah.

"Di sana, di pinggir bandar", kata seorang tukang kasut sambil menunjukkan arahnya. Apabila di sana, ulamak tersebut menemui seorang tukang kasut yang berpakaian lusuh.

"Adakah benar anda bernama Sa'id bin Muhafah?", tanya Ulamak

"Betul, siapakah tuan?"

"Saya Abdullah bin Mubarak"

Said terharu, "Tuan adalah ulama yang terkenal, kenapa tuan datang mencari saya?"

Sejenak ulamak itu agak terkeliru, di mana beliau ingin memulakan soalan, akhirnya beliau memberitahu perihal mimpinya itu.

"Saya ingin tahu, adakah apa-apa yang anda telah buat, sehingga anda layak mendapat pahala haji mabrur?"

"Wah! saya sendiri tidak tahu!"

"Beritahu saya bagaimana kehidupan anda selama ini".

Sa'id bin Muhafah kemudian teringat, "Setiap tahun, setiap musim haji, saya selalu mendengar: Labbaika Allhuma labbaika....Labbaika la syarika laka labbaika... innal hamda...Wanni'mata... Laka wal mulka... La syarika laka...

Ya Allah, aku datang kerana panggilan -Mu. Tiada sekutu bagi -Mu. Segala pujian dan nikmat adalah kepunyaan-Mu dan kekuasaan-Mu. Tiada sekutu bagi -Mu.

Setiap kali aku mendengarnya, aku sentiasa menangis "Ya Allah aku rindu Mekah ... Ya Allah aku rindu melihat ka'abah ... Izinkan aku datang ... Izinkan aku datang, ya Allah ..."

Oleh kerana itu, sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu setiap hari saya mengenepikan sedikit wang dari hasil kerja saya sebagai tukang kasut. Sedikit demi sedikit, saya kumpulkan. Akhirnya, tahun ini, saya mendapat 350 dirham, cukup untuk haji saya.

"Saya sudah bersiap-sedia untuk berangkat menunaikan haji"

"Tetapi anda batalkan?"

"Benar"

"Apa yang berlaku?"

"Isteri saya mengandung, dan sering mengidam. Ketika saya hendak berangkat pergi saat itu isteri saya terlalu ngidamkan sesuatu  "

"Abang, awak terhidu bau masakan yang sedap ini?

"Ya sayang"

"Cubalah abang cari, siapakah yang memasak sehingga baunya lazat begini. Mintalah sedikit untuk saya "

"Tuan, saya mencari sumber bau masakan itu, ia datang dari sebuah pondok buruk berhampiran. Disitu terdapat seorang balu dan enam orang anaknya."

Saya memberitahunya bahawa isteri saya mahu masakan yang dia masak, walaupun sedikit.  Ibu tunggal itu diam melihat saya, sehingga saya mengulangi kata-kata saya.

Akhirnya dengan perlahan dia berkata, "Tidak boleh tuan"

"Saya sanggup membeli walau dengan harga yang tinggi," kata saya tegas

"Makanan ini bukan untuk dijual, tuan," katanya sambil berlinang air mata.
Saya bertanya kenapa?

Sambil menangis, wanita itu berkata, "Ini adalah daging halal untuk kami dan haram untuk tuan," katanya.

Dalam hati saya, "Bagaimana halal baginya, tetapi ia adalah haram untuk saya, padahal kita sama-sama Muslim?  Kerana itu, saya menggesa beliau lagi, "Kenapa?"

"Sudah beberapa hari kami tidak makan. Di rumah tidak ada makanan. Hari ini kami ternampak seekor keldai mati, dan kemudian kami mengambil sebahagian dagingnya untuk dimasak "

"Bagi kami ini adalah daging yang halal, kerana jika kami tidak memakannya kami akan mati kebuluran. Tetapi bagi Tuan, daging ini haram".

Mendengar kata-kata wanita itu, saya terus menangis, lalu saya pulang ke rumah.

Saya memberitahu isteri saya mengenai kejadian itu, dia pun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan pergi ke rumah wanita itu tadi.

"Ini masakan untuk kamu"

Peruntukan wang haji sebanyak 350 dirham telah saya berikan kepada mereka.

"Gunakan wang ini untuk puan dan keluarga puan. Gunakanlah ia untuk modal berniaga, supaya puan sekeluarga tidak lapar lagi"

Ya Allah ... disinilah Hajiku ..
Ya Allah disinilah Mekahku..

Mendengar kisah tersebut Abdullah bin Mubarak tidak dapat menahan air mata..

Fikirkanlah bagi orang yg pergi ber kali kali Haji tapi bakhil...

dimana tempatnya...

sedangkan dlm masa yg sama berapa ramai lagi umat Islam yang memerlukan...

*siapakah kita hari ini?
*mari doakan mereka yg dlm kesempitan.
*infaqkan sikit dari apa yg kita ada
Utk mereka...

Ahad, 8 Mei 2016

Dzikir Tidak Hanya Lisan

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Membalas setiap kebaikan, menjadikan kita orang-orang yang istiqomah dalam beramal sholeh.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, yang paling utama dari dzikir itu adalah ingat kepada Alloh Swt. sejak dari niat kita di dalam hati.

Sehingga dzikir adalah agar niat kita lurus hanya mengharap ridho Alloh Swt.

Alloh Swt. berfirman, “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadat (kurban) ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Alloh)”. (QS. Al An’am [6] : 162-163)

Jadi, dzikir itu tidak hanya diucapkan, dilantunkan berulang-ulang secara lisan saja, tapi juga harus dimulai sejak getaran hati sehingga membuat niat kita senantiasa lurus lillaahita’ala.

Karena Alloh tidak akan menerima amal kecuali yang niatnya karena Alloh Swt.

Dalam urusan keikhlasan dalam beramal misalnya, tidak begitu penting bahkan tidak perlulah keikhlasan itu diucapkan,

“saya ikhlas kok!” Lakukan saja kebaikan dan biarkan urusan ikhlas itu menjadi kesibukan hati.

Di dalam surat Al Ikhlas pun tidak ada kata atau kalimat “ikhlas”, justru isi dari surat ini meski suratnya pendek namun isinya adalah urusan yang sangat besar nan agung yaitu tauhiid.

Maka, orang yang ikhlas itu tidak lagi sibuk dengan penilaian manusia mengenai amalnya, ia hanya sibuk dengan satu hal yaitu bagaimana agar amalnya itu diterima oleh Alloh Swt.

Nah saudaraku, marilah kita senantiasa menghadirkan dzikir sejak dari hati kita, kemudian kita ucapkan dan kita hadirkan dalam amal perbuatan kita.

Agar niat kita senantiasa terjaga hanya mengharap ridho Alloh Swt. Semoga setiap amal sholeh kita diterima oleh Alloh Swt. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari

Selasa, 18 Ogos 2015

Sangat memerlukan PERHATIAN anda..!!

Assalamu'alaikum. Sangat memerlukan PERHATIAN anda..!! Kalau tak mampu menyumbang, tolong SHARE kan seluas-luasnya.

Lelaki di atas bersama anaknya, ialah seorang Cina yang baru 5-6 tahun memeluk Islam. Namanya ialah Ibrahim Yap Abdullah. Saya pernah kongsikan tentang mereka berdua setahun yang lepas. Hidupnya bukanlah susah seperti fakir miskin yang tiada duit untuk makan, namun pendapatannya yang tidak seberapa, menyebabkan beliau tidak mampu untuk menanggung kos perubatan anaknya.

Anaknya, Muhammad Isa Yap, berbaju merah mengidap 3 penyakit yang dikira kronik bagi pengidap kanak-kanak, iaitu jangkitan saluran darah (VDRL), athopic eczema, dan bronchial asthma. Kos untuk perubatannya di MMC dan hospital PPUM menjangkau RM480 SEMINGGU (tidak termasuk pengangkutan dan kos perubatan lain).

Penyakit VDRL dihidapi sejak dalam kandungan ibunya, tiada penawar. Hanya terpaksa menerima suntikan pengawal virus seminggu sekali.

Ibrahim Yap pula, apabila masuk Islam, isterinya meninggalkannya dengan bebanan hutang kad kredit berjumlah RM20,000 lebih atas namanya, menyebabkannya terpaksa membayar hutang tersebut setiap bulan sedangkan ia dibelanjakan tanpa relanya, menambahkan lagi bebanan hidup beliau. Sebelum ini beliau bekerja sebagai designer di syarikat GIVI, beliau diberhentikan kerja tanpa diketahui sebabnya (dipercayai perbuatan khianat bekas isterinya)

Buat masa sekarang, beliau bekerja sebagai salesman jual motosikal dengan komisyen tidak seberapa, dan sedang apply buka syarikat enterprise di SSM untuk mendapatkan tender potong rumput daripada Majlis-majlis perbandaran di Selangor. Dan beliau baru sahaja selesai mendapatkan lesen teksi, dan sedang mencari teksi untuk disewa beli, namun tidak cukup duit down payment (sedang apply bantuan dari pusat zakat).

Sempena Syawal yang mulia ini, tanda meraikan kemenangan kita berpuasa sebulan dan kelansungan tarbiyah bulan Ramadhan yang kita dah lalui, marilah sama-sama kita hulurkan bantuan samada dalam bentuk kewangan, material mahupun sebarkan artikel ini.
Panduan gambar: kiri atas ialah bukti laporan doktor tentang penyakit Muhammad Isa Yap. Kanan atas ialah kad pengenalan Ibrahim Yap, kad memeluk Islamnya, lesen PSV yang baru dimilikinya, dan kad MMC atas perubatan anaknya. Kiri bawah ialah gambar Isa Yap.
Untuk membantu, anda boleh salurkan sumbangan terus ke akaun bank beliau:

Bank islam: 12092022865277
Maybank: 114209458576


Dan untuk berhubung dengan beliau sendiri, boleh contact di nombor 0172487006.
Jasamu dikenang.

Selasa, 19 Mei 2015

BIARLAH IBADAHMU MENJADI RAHASIAMU, SEBAGAIMANA KAMU MERAHASIAKAN DOSAMU

BIARLAH IBADAHMU MENJADI RAHASIAMU,
SEBAGAIMANA KAMU MERAHASIAKAN DOSAMU

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya". 
(HR. Thabrani, Baihaqi dan Ahmad)

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda, “Maukah kamu kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al Masih Ad Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya “ 
(HR. Ahmad. Dihasankan oleh al-Albani)

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia." (QS.Al-Baqarah [2]:264)

"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS.an-Nisa' [4]:142)

Yuk biarkan amalan kita menjadi urusan kita dengan Tuhan kita... Biarkan menjadi rahasia dengan Tuhanmu, romantis bukan? Tak perlu merusak pahala amalan kita dengan membuat status :
"nanti buka puasa pakai apa ya.."
"tadarus dulu ah.."
dan sebagainya...

Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115)

Ahad, 29 Mac 2015

IHKLAS menerima dan menjalankan dimanapun ALLAH SWT MENDUDUKKAN KEYAKINAN KITA.

Setiap orang yang belajar dan mendalami ILMU MA'RIFATTULLAH akan memasuki FASE - FASE PERJALANAN SPIRITUAL yang berbeda - beda walaupun memiliki kesamaan karena di sesuaikan dengan MAQAM masing - masing.....
Ada yang sudah bersusah payah belajar ILMU MA'RIFATTULLAH namun pada akhirnya kembali duduk pada KEYAKINAN ILMU SYAREAT...
Ada yang KECEWA karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.....bahkan ada yang mendapatkan LEBIH DARI YANG DIINGINKANNYA dan lain - lain....
Yang Pasti dan yang harus di pahami adalah....IHKLAS menerima dan menjalankan dimanapun ALLAH SWT MENDUDUKKAN KEYAKINAN KITA.....

Selasa, 30 September 2014

MASIHKAH ADA TAUBAT BAGI DOSA YANG BERULANG?

MASIHKAH ADA TAUBAT BAGI DOSA YANG BERULANG?
Prof Madya Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin


Soalan: Prof Madya Dr MAZA, saya seorang pemuda dan sering melakukan dosa. Sudah berulang kali saya bertaubat. Tapi kemudian saya tidak mampu kawal diri, saya buat lagi. Sudah berapa kali saya taubat sehingga saya rasa Allah sudah tidak mahu terima lagi taubat saya. Adakah taubat saya palsu? Adakah saya bohong Allah? Saya terus hanyut dengan perbuatan saya sendiri. Saya hendak taubat lagi, tapi rasa macam Allah dah tidak terima, atau takut saya sendiri ulang lagi. Boleh tak Dr berikan nasihat kepada saya?
 Safwan, Melaka.

Jawapan Dr MAZA: Saudara, perasaan kesal atau keinsafan yang ada dalam jiwa saudara –alhamdulillah- menandakan bahawa cahaya iman itu masih kuat dalam diri saudara. Semoga kita semua selalu dibimbing Allah ke jalanNya yang lurus. Untuk soalan saudara maka saya jawab seperti berikut;

1. Secara umumnya taubat bermaksud kekesalan dan keinsafan terhadap dosa yang dilakukan, lalu memohon keampunan Allah dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Ini berdasarkan firman Allah: maksudnya:
“Dan mereka yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun dosa-dosa mereka – dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah -, dan mereka juga tidak meneruskan (perbuatan buruk) yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). Orang-orang yang demikian sifatnya, balasannya adalah keampunan dari Tuhan mereka, dan syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya; dan yang demikian itulah sebaik-baik balasan (bagi) mereka yang beramal” (Surah Ali ‘Imran: 135-136).
Maka, asalnya taubat itu di samping keinsafan dan memohon keampunan, ia juga adalah azam untuk tidak mengulanginya.
2. Keikhlasan atau kesungguhan seseorang yang bertaubat itu hanya diketahui oleh Allah dan dirinya sendiri. Ketika dia bertaubat, jika ia lahir dari keikhlasan maka perasaan khusyuk, duka, insaf, mengharapkan keampunan Allah akan menyelinap masuk ke dalam setiap pelusuk jiwanya. 
Airmata keinsafan antara bukti kejujuran insan yang menyesal dan mengharapkan keampunan. Keinginan untuk berada dalam keampunan itu akan membawanya kepada azam untuk tidak mengulangi dosa. Jika taubat seperti itu berlaku, maka itu adalah taubat yang nasuha atau yang ikhlas. Ia diterima Allah.
Sekalipun kemungkinan selepas itu, atas kelemahan diri dan kecuaian, hamba yang bartaubat tadi tergelincir sekali lagi ke dalam dosa yang sama. Jika, dia ikhlas pada taubatnya yang awal, Allah Maha Mengetahuinya dan insyaAllah akan mengampuni dosanya yang awal, juga dosa kemudian jika dia terus bertaubat lagi.
3. Taubat yang sebenar bukan satu perkara yang boleh dibuat-buat. Ia bukan satu lakonan. Perasaan keinsafan yang hadir dalam jiwa seorang hamba bukannya perkara yang diada-adakan. Ia adalah cahaya iman yang lahir dari kekudusan jiwa yang mengakui kebesaran Allah dan takutkan dosa. 
Apabila perasaan kerohanian itu wujud, maka seorang hamba pun bertaubat dengan penuh insaf dan nekad untuk tidak mengulangi. Siapakah yang mengetahui kewujudan perasaan itu dalam sesuatu jiwa? Sudah pasti hanya Allah dan insan yang bertaubat itu sendiri. Jika keadaan yang disebutkan itu berlaku, insan itu sebenarnya telah benar-benar bertaubat.
4. Insan atau anak Adam itu ada kelemahannya. Kadang-kala dia terjatuh lagi dalam kesalahan setelah bertaubat dengan bersungguh-sungguh. Ini –seperti yang dijelaskan- kegelinciran kedua atau ketiga dan seterusnya tidaklah bererti dia tidak ikhlas dalam taubatnya yang sebelum itu. 
Namun, kelemahannya menyebabkan dia berulang kali jatuh ke dalam dosa, sekalipun telah benar-benar insaf sebelumnya. Maka, jika hal ini berlaku dia hendaklah mengulangi taubat dan jangan berputus asa. Syaitan akan membisikkan perasaan putus asa dalam jiwa, sedangkan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penerima taubat.
berdoa3.jpg
5. Hal ini dijelaskan oleh Nabi s.a.w dalam hadis baginda:
“Seorang telah melakukan satu dosa, lalu dia berkata: Wahai Tuhanku ampunilah dosaku. Lalu Allah azza wa jalla berfirman: HambaKu melakukan dosa dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya –dalam riwayat yang lain ditambah: Aku ampunkan dosanya-. Kemudian dia kembali melakukan dosa yang lain, dia berkata: Wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: HambaKu melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya–dalam riwayat yang lain ditambah: aku ampunkan dosanya-. Lalu dia melakukan dosa sekali lagi, dia berkata: wahai Tuhanku aku telah melakukan dosa ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman: HambaKu melakukan dan dia mengetahui bahawa baginya tuhan yang boleh mengampun dan menghukumnya, maka aku ampunkan hambaKu ini, buatlah apa yang kau mahu aku ampunkan engkau”. 
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
6. Dari hadis di atas menggambarkan, selagi seseorang hamba Allah menyesal dan insaf, sekalipun telah berulang dosa, Allah Yang Maha Pengampun tetap mengampuninya. Namun, hendaklah kita berhati-hati kerana waktu kematian tidak pasti. Orang yang bertaubat dan berjaya mengawal dirinya tentulah lebih baik dari yang gagal mengawal diri. Tidak mustahil ketika dia gagal mengawal diri itu, kematian menjemputnya pergi.
7. Apapun, pintu taubat dalam Islam ini sentiasa terbuka. Tidak kira besar mana pun dosa, berapa kali ia mengulanginya. Insan jangan berputus asa dari rahmat Allah. Firman Allah: (maksudnya):
“Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Surah az-Zumar: 53).
Putus asa dari rahmat Allah adalah bisikan syaitan yang enggan melihat hamba-hamba Allah kembali kepada Allah.
8. Antara cara untuk memboleh kita istiqamah dengan taubat kita ialah memohon pertolongan Allah agar kita tetap atas jalan hidayah. Al-Quran mengajar kita doa: (maksudnya)
“Wahai Tuhan kami! janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada Kami limpah rahmat dari sisiMu; Sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNya” (Surah Ali ‘Imran: 8).
Nabi s.a.w pula selalu membanyakkan doa:“Wahai Yang Membolak-balikkan jantung hati (Allah)! Tetapkan daku atas agamuMu” (Riwayat al-Tirmizi, Ahmad, Ibn Abi ‘Asim- dinilai sahih).
9. Juga, antara langkah mengekalkan dalam kebaikan adalah dengan mendampingi mereka yang baik dan soleh. Teman yang baik dan mahukan kebaikan akan membawa kita berterusan dalam kebaikan. Begitulah sebaliknya. Firman Allah: (maksudnya)
“dan jadikanlah dirimu sentiasa berdamping rapat dengan orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang mengharapkan keredaanNya semata-mata; dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya kerana engkau mahukan kesenangan hidup di dunia; dan janganlah engkau mematuhi orang yang Kami ketahui jantung hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran Kami, serta dia menurut hawa nafsunya, dan tingkah-lakunya pula adalah melampaui kebenaran”. (Surah al-Kahfi: 28).
Hiduplah dalam lingkungan teman-teman yang selalu berpesan-pesan kepada kebenaran dan kesabaran.
10. Maka, diingatkan jangan kita berputus asa dari rahmat Allah, dan jangan kita jadikan orang lain berputus asa dari rahmat Allah. Insan mempunyai peluang bertaubat sehingga nyawa ke halkumnya. Sabda Nabi:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi nyawa belum sampai ke halkumnya” (Riwayat al-Tirmizi, dinilai hasan oleh al-Albani).

Jumaat, 1 Ogos 2014

Apakah Ikhlas Adalah Maqam Tertinggi?

Apakah Ikhlas Adalah Maqam Tertinggi?

apakah sifat ikhlas sudah merupakan maqam tertinggi yang dicapai oleh para kekasih Allah?
pada persangkaan umum memang sifat ikhlas itulah maqam tertinggi kerna tidak semua orang bisa berbuat ikhlas dengan sesungguhnya baik kepada Allah ataupun sesama manusia.

Namun dalam terminologi tasawuf, ada maqam yang lebih tinggi dari itu, iaitu maqam tajrid. kerna sifat ikhlas masih lagi dikatakan memandang amal itu dari perbuatan diri sendiri seseorang itu, sedangkan sifat tajrid tidak lagi memandang amal itu dari perbuatan diri sendiri kecuali dari Allah kepada Allah kerna Allah. 

Dengan demikian, ahli tajrid tidak lagi bersusah-payah untuk sentiasa menjaga, mengawasi atau memikirkan amalnya ikhlas atau tidak kerna telah berserah sebulat-bulatnya kepada Allah bahwa yang berbuat amal itu bukan dirinya melainkan Allah sedangkan dirinya itu telah tiada atau fana, tiada daya kudrat dan iradat melainkan pada Allah.

Kepada ahli ikhlas pula harus sentiasa berwaspada agar tidak melakukan syirik dengan amalnya seperti riyak, sum'ah, ujub dan tak takbur untuk mendapatkan perhatian manusia.

Selasa, 1 Julai 2014

Berpegang teguhlah kita pada kalimah tauhid dgn sebenar benarnya



Al-'A`rāf:69 - "Adakah kamu merasa ragu-ragu dan hairan tentang datangnya kepada kamu nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, melalui seorang lelaki dari golongan kamu, untuk memberi peringatan kepada kamu? Dan kenanglah ketika Allah menjadikan kamu khalifah-khalifah sesudah kaum Nabi Nuh, dan Allah telah menambahkan kamu kelebihan (dan kekuatan) pada bentuk kejadian tubuh kamu. Maka kenanglah akan nikmat-nikmat Allah supaya kamu berjaya".

Al-'A`rāf:70 - Mereka berkata: "Adakah engkau datang kepada kami supaya kami hanya menyembah Allah semata-mata, dan meninggalkan apa yang pernah disembah oleh datuk nenek kami? (Kami tidak akan menurut) maka datangkanlah azab yang engkau janjikan kepada kami, jika betul engkau dari orang-orang yang benar".

Berpegang teguhlah kita pada kalimah tauhid dgn sebenar benarnya. Demi Allah swt pada Dia segala kekuasaan di langit dan dibumi,sujud syukurlah pd Nya sesungguhnya kita memasuki fasa yg terakhir iaitu fasa khilafah.in syaa Allah dgn izin dan limpah kurnia drpadaNya.

لااله آلا الله محمدر سول الله
لااله آلا الله محمدر سول الله
لااله آلا الله محمدر سول الله


Ikhlas, redha, sabar dan tawakkal jadikanlah ia senjata IMAN didlm diri kita semua mengharungi segala ujian dan dugaan didlm kehidupan kita seharian.

An-Nisā':125 - Dan tidak ada yang lebih baik ugamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah (dengan ikhlas), sedang ia berusaha mengerjakan kebaikan, dan ia pula mengikut ugama Nabi Ibrahim yang lurus (yang tetap di atas dasar tauhid); dan (kerana itulah) Allah menjadikan Nabi Ibrahim kesayanganNya.

Al-Furqān:64 - Dan mereka (yang diredhai Allah itu ialah) yang tekun mengerjakan ibadat kepada Tuhan mereka pada malam hari dengan sujud dan berdiri,

Al-Baqarah:153 - Wahai sekalian orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (untuk menghadapi susah payah dalam menyempurnakan sesuatu perintah Tuhan) dengan bersabar dan dengan (mengerjakan) sembahyang; kerana sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar

At-Tawbah:51 - Katakanlah (wahai Muhammad): "Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia lah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan (dengan kepercayaan itu) maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal".

Amin ya Rabb

Khamis, 5 Jun 2014

SYIRIK

SYIRIK

4.Surah An-Nisā' (Verse 48)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan 
sesuatu apajua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.


6.Surah Al-'An`ām (Verse 82)

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ


Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.

7.Surah Al-'A`rāf (Verse 139)

إِنَّ هَٰؤُلَاءِ مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ


"Sesungguhnya mereka (penyembah-penyembah berhala itu), akan dihancurkan apa yang mereka berada di dalamnya (dari perbuatan syirik), dan tetaplah salahnya apa yang mereka kerjakan itu".

7.Surah Al-'A`rāf (Verse 172)

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۖ قَالُوا بَلَىٰۛ شَهِدْنَاۛ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ


Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firmanNya):

"Bukankah Aku tuhan kamu?" Mereka semua menjawab: "Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi". Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: "Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini".

7.Surah Al-'A`rāf (Verse 173)

أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن بَعْدِهِمْۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ


Atau supaya kamu tidak mengatakan:" Sesungguhnya ibu bapa kamilah yang melakukan syirik dahulu sedang kami ialah keturunan (mereka) yang datang kemudian daripada mereka. Oleh itu, patutkah Engkau (wahai Tuhan kami) hendak membinasakan kami disebabkan perbuatan orang-orang yang sesat itu?"

7.Surah Al-'A`rāf (Verse 174)

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ


Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat ayat keterangan Kami satu persatu (supaya nyata segala kebenaran), dan supaya mereka kembali (kepada kebenaran).

10.Surah Yūnus (Verse 106)

وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ


Dan janganlah engkau (wahai Muhammad) menyembah atau memuja yang lain dari Allah, yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepadamu dan juga tidak dapat mendatangkan mudarat kepadamu. Oleh itu, sekiranya engkau mengerjakan yang demikian, maka pada saat itu menjadilah engkau dari orang-orang yang berlaku zalim (terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik itu).

11.Surah Hūd (Verse 61)

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًاۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ


Dan kepada kaum Thamud, kami utuskan saudara mereka: Nabi Soleh. Ia berkata: "Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah! Sebenarnya tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dia lah yang menjadikan kamu dari bahan-bahan bumi, serta menghendaki kamu memakmurkannya. Oleh itu mintalah ampun kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian kembalilah kepadaNya dengan taat dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku sentiasa dekat, lagi sentiasa memperkenankan permohonan hambaNya".


12.Surah Yūsuf (Verse 108)

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِيۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ


Katakanlah (wahai Muhammad): "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang menurutku, menyeru manusia umumnya kepada ugama Allah dengan berdasarkan keterangan dan bukti yang jelas nyata. Dan aku menegaskan: Maha suci Allah (dari segala iktiqad dan perbuatan syirik); dan bukanlah aku dari golongan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain."

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 39)

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ


Iblis berkata: " Wahai Tuhanku! Kerana Engkau telah menjadikan daku sesat, (maka) demi sesungguhnya aku akan memperelokkan segala jenis maksiat kepada Adam dan zuriatnya di dunia ini, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 40)

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ


"Kecuali di antara zuriat-zuriat Adam itu hamba-hambaMu yang dibersihkan dari sebarang syirik".

15.Surah Al-Ĥijr (Verse 41)

قَالَ هَٰذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ


Allah berfirman: "Inilah satu jalan yang lurus, yang tetap Aku memeliharanya.

16.Surah An-Naĥl (Verse 4)

خَلَقَ الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ


Ia menciptakan manusia dari air benih, (setelah sempurna kejadiannya), tiba-tiba menjadilah ia seorang pembantah yang terang jelas bantahannya.

30.Surah Ar-Rūm (Verse 30)

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًاۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ


(Setelah jelas kesesatan syirik itu) maka hadapkanlah dirimu (engkau dan pengikut-pengikutmu, wahai Muhammad) ke arah ugama yang jauh dari kesesatan; (turutlah terus) ugama Allah, iaitu ugama yang Allah menciptakan manusia (dengan keadaan bersedia dari semulajadinya) untuk menerimanya; tidaklah patut ada sebarang perubahan pada ciptaan Allah itu; itulah ugama yang betul lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

31.Surah Luqmān (Verse 11)

هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِن دُونِهِۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ


Ini (semuanya adalah) ciptaan Allah, maka cubalah kamu tunjukkan kepadaKu apakah yang telah diciptakan oleh makhluk-makhluk yang lain daripadaNya (yang kamu sembah itu)? (Tidak ada sesuatu pun) bahkan orang-orang yang zalim (dengan perbuatan syiriknya) itu berada dalam kesesatan yang jelas nyata.

31.Surah Luqmān (Verse 25)

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ


Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Ucapkanlah (wahai Muhammad): 

"Alhamdulillah" (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian - tidak mengingkari Allah), bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat tauhid dan pengertian syirik).


34.Surah Saba' (Verse 24)

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِۖ قُلِ اللَّهُۖ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ


Bertanyalah (wahai Muhammad kepada orang-orang musyrik itu): "Siapakah yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?"

Terang kanlah jawabnya: "Ialah Allah;

dan sesungguhnya (tiap-tiap satu golongan), sama ada golongan kami ahli tauhid atau golongan kamu ahli syirik - (tidak sunyi daripada salah satu dari dua keadaan): keadaan tetapnya di atas hidayah petunjuk atau tenggelamnya dalam kesesatan yang jelas nyata ".

40.Surah Ghāfir (Verse 12)

ذَٰلِكُم بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْۖ وَإِن يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُواۚ فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ


(Lalu dikatakan kepada mereka): "Azab yang kamu berada padanya itu adalah kerana keadaan kamu apabila Allah Yang Maha Esa sahaja diseru dan disembah, kamu kufur (dan menolak cara bertauhid itu); dan apabila dipersekutukan sesuatu dengan Allah, kamu percaya (dan menerima bawaan syirik itu). Maka kuasa menjalankan keadilan adalah hak Allah, Yang Maha Tinggi (dari apa yang dipersekutukan), lagi Yang Maha Besar (pemerintahanNya)".

40.Surah Ghāfir (Verse 13)

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ رِزْقًاۚ وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَن يُنِيبُ


Dia lah Tuhan yang memperlihat kan kepada kamu tanda-tanda keesaanNya dan kekuasaanNya (untuk kehidupan rohani kamu), dan yang menurunkan (untuk jasmani kamu) sebab-sebab rezeki dari langit. Dan tiadalah yang ingat serta mengambil pelajaran (dari yang demikian) melainkan orang yang sentiasa bertumpu (kepada Allah).

40.Surah Ghāfir (Verse 14)

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ


Oleh itu maka sembahlah kamu akan Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya (dan menjauhi bawaan syirik), sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai (amalan kamu yang demikian)


Adnan Dahalan