Pages

Selasa, 31 Januari 2017

MELAUTKAN YANG SETITIK, MENGGUNUNGKAN YANG SEKEPAL

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

MELAUTKAN YANG SETITIK, MENGGUNUNGKAN YANG SEKEPAL

Saudara saudara ku Jemaah Si 10,..........

Kita memecahkan rahasia yang berada dalam badan tubuh (diri) kita, yang tadinya dia yang terkurung dan terkungkung tak tahu jalan keluar sedangkan tidak ada orang diluar yang ingin mengenalnya karena pintu keluar masuknya tertutup atau dinding-dinding pemisahnya (hijab) telah tembus dan telah terbuka.

Orang dalam (ruhani) yang semula terahasia, tidak dikenal dan ghaib telah bisa keluar masuk dengan segala tenaga serta daya-dayanya.

Dengan merasakan rahasia yang berasal dari dalam anggota batang tubuh kita khususnya melalui ujung-ujung jari kita, yaitu tenaga, daya-daya gaib (yang tersembunyi) kini telah memancar dari dalam yang kita dapat rasakan masing-masing yang untuk beberapa orang telah memberi manfaat dalam pengobatan, pekerjaan, ketenangan, kebahagiaan batin dll.

Bergeraklah dalam latihan dan percobaan dengan sendirinya itulah yang dinamakan dengan “Melautkan yang setitik, menggunungkan yang sekepal”.

Sangat dianjurkan pergunakan sedikit masa pada malam hari mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Yang Maha Kaya, Yang Maha Pengampun dan Maha Diatas segala-galanya.

Dekatkanlah diri, hampirilah Tuhan dengan tafakur sejenak, dengan mengingat segala sesuatu dimasa lalu yang bergelimang dengan kebodohan, kefasikan, kemunafikan dosa dan khilaf.

Mohonlah ampun untuk diri sendiri, kedua orang tua, anak, isteri, saudara, sanak family, tetangga, para suhada, para mujahid, kaum muslimin dan kaum muslimat, semoga Allah berkenan memberikan ampunan serta melimpahkan rahmat Nya.

Dengan ingat, bertafakur sejenak dan bergerak dan jadilah setiap kita menjadi perantara untuk kepentingan orang banyak dan urusan yang lebih luas.

“Mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi pribadi muslim yang menjadi Rahmatallil’alamin” Insya Allah dengan mengharap ridho Nya, setiap pribadi kita menjadi muslim yang terdekat kepada Tuhan.

Pilihanmu terzahir setelah Allah memilih untukmu

"Serahkan dirimu kepada Allah dalam kehendak-kehendakNya,
tiada pilihananMu..

Pilihanmu terzahir setelah Allah memilih untukmu,

Pandanglah Allah dan jangan engkau pandang dirimu..

Selesaikanlah islam dan imanmu,maka masuklah engkau dalam kota tauhid..
Tiada yg berbuat dan yg berkehendak di dalam alam ini melainkan Allah"

Laa illaha illaallah

Sifat 20 Bagi Allah SWT

دَاهِمْ بِنْ جَلَالْ:
Sifat 20 Bagi Allah SWT

Pengertian Sifat-sifat Allah

Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah yang wajib bagi setiap Muslim mempercayai bahawa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah.

Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang 20 dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah.

Sifat yang mustahil bagi Allah adalah merupakan lawan kepada sifat wajib bagi Allah.

Ilmu Tauhid

Adapun Mubadi ilmu tauhid itu sepuluh perkara:

1. Nama ilmu ini yaitu ilmu Tauhid, ilmu Kalam, ilmu Sifat, ilmu Ussuluddin, ilmu ‘Aqidul Iman

2. Tempat ambilannya : yaitu diterbitkan daripada Qur’an dan Hadits

3. Kandungannya yaitu mengandung pengetahuan dari hal membahas ketetapan pegangan kepercayaan kepada Tuhan dan kepada rasul-rasulNya, daripada beberapa simpulan atau ikatan kepercayaan dengan segala dalil-dalil supaya diperoleh I’tikad yang yakin (kepercayaan yang putus/Jazam sekira-kira menaikkan perasaan/Zauk untuk beramal menurut bagaimana kepercayaan itu.

4. Tempat bahasannya atau Maudu’nya kepada empat tempat:

Pada Zat Allah Ta’ala dari segi sifat-sifat yang wajib padanya, sifat-sifat yang mustahil padaNya dan sifat-sifat yang harus padaNya.

Pada zat rasul-rasul dari segi sifat-sifat yang wajib padanya, sifat-sifat yang mustahil padanya dan sifat-sifat yang harus padanya

Pada segala kejadian dari segi jirim dan jisim dan aradh sekira-kira keadaannya itu jadi petunjuknya dan dalil bagi wujud yang menjadikan dia

Pada segala pegangan dan kepercayaan dengan kenyataan yang didengar daripada perkhabaran rasul-rasul Allah seperti hal-hal surga dan neraka dan hari kiamat

5. Faedah ilmu ini yaitu dapat mengenal Tuhan dan percaya akan rasul dan mendapat kebahagian hidup didunia dan hidup di akhirat yang kekal.

6. Nisbah ilmu ini dengan lain-lain ilmu, yaitu ilmu ini ialah ilmu yang terbangsa kepada agama Islam dan yang paling utama sekali dalam agama Islam.

7. Orang yang menghantarkan ilmu ini atau mengeluarkannya yaitu, yang pertama mereka yang menghantarkan titisan ilmu tauhid dengan mendirikan dalilnya untuk menolak perkataan meraka yang menyalahi ialah dari pada ulama-ulama yang mashur yaitu Imam Abu Al hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur At Maturidi tetapi mereka pertama yang menerima ilmu tauhid daripada Allah Ta’ala ialah nabi Adam alaihissalam, dan yang akhir sekali Nabi Muhammad SAW.

8. Hukumnya, yaitu fardhu ‘ain bagi tiap-tiap orang yang mukallaf laki-laki atau perempuan mengetahui sifat-sifat yang wajib, yang mustahil dan yang harus pada Allah Ta’ala dengan jalan Ijmal atau ringkasan begitu juga bagi rasul-rasul Allah dan dengan jalan tafsil atau uraian

9. Kelebihannya yaitu semulia-mulia dan setinggi-tinggi ilmu daripada ilmu yang lain-lain, karena menurut haditsnya nabi:

Inallahata’ala lam yafrid syai’an afdola minattauhid wasshalati walaukana syai’an afdola mintu laf tarodohu ‘ala malaikatihi minhum raakitu wa minhum sajidu.

Artinya, Tuhan tidak memfardukan sesuatu yang terlebih afdhol daripada mengEsakan Tuhan. Jika ada sesuatu terlebih afdhol daripadanya niscaya tetaplah telah difardhukan kepada malaikatnya padahal setengah daripada malaikatnya itu ada yang ruku’ selamanya dan setengah ada yang sujud selamanya dan juga ilmu tauhid ini jadi asal bagi segala ilmu yang lain yang wajib diketahui dan lagi karena mulia , yaitu Zat Tuhan dan rasul dan dari itu maka jadilah maudu’nya semulia-mulia ilmu dalam agama Islam.

10. Kesudahan ilmu ini yaitu dapat membedakan antara I’tikad dan kepercayaan syah dengan yang batil dan dapat pula membedakan antara yang menjadikan dengan yang dijadikan atau antara yang Qadim dengan yang muhadasNya
 

Ilmu Tauhid

Adapun pendahuluan masuk pada menjalankan ilmu tauhid itu berhimpun atas tiga perkara:

1. Khawas yang lima yaitu, Pendengar, Penglihat, Pencium, Perasa lidah dan Penjabat

2. Khabar Mutawatir, yaitu khabar yang turun menurun. Adapun khabar mutawatir itu dua bahagi:

a. Khabar Mutawatir yang datang daripada lidah orang banyak

b. Khabar Mutawatir yang datang daripada lidah rasul-rasul

 

3. Kandungannya yaitu mengandungi pengetahuan dari hal membahas ketetapan pegangan kepercayaan kepada Tuhan dan kepada rasul-rasulNya, daripada beberapa simpulan atau ikatan kepercayaan dengan segala dalil-dalil supaya diperoleh I’tikad yang yakin (kepercayaan yang putus/Jazam sekira-kira menaikkan perasaan/Zauk untuk beramal menurut bagaimana kepercayaan itu.
 

Akal

Adapun ‘Akal itu terbahagi kepada dua :

1. ‘Akal Nazori, yaitu akal yang berkehendak kepada fikir dan keterangan.

2. ‘Akal Doruri, yaitu akal yang tiada berkehendak kepada fikir dan keterangan.

Adapun Hukum ‘Akal itu tiga bahagi:

1. Wajib ‘Akal, yaitu barang yang tiada diterima oleh akal akan tiadanya maka wajib adanya (Zat, Sifat dan Af’al Allah)

2. Mustahil ‘Akal, yaitu barang yang tiada diterima oleh akal akan adanya maka mustahil adanya (Segala kebalikan daripada sifat yang wajib, sekutu)

3. Harus ‘Akal, yaitu barang yang diterima oleh akal akan adanya atau tiadanya (Alam dan segala isinya yang baharu/diciptakan)
 

Mumkinun (Baharu Alam)

Adapun yang wajib bagi ‘Alam mengandung empat perkara:

1. Jirim, yaitu barang yang beku bersamaan luar dan dalam seperti, batu, kayu, besi dan tembaga

2. Jisim, yaitu barang yang hidup memakai nyawa tiada bersamaan luar dalam seperti manusia dan binatang

3. Jauhar Farad, barang yang tiada boleh dibelah-belah atau dibagi-bagi seperti asap, abu dan kuman yang halus-halus

4. Jauhar Latief, yaitu Jisim yang halus seperti ruh, malaikat, jin, syaiton dan nur

Wajib bagi Jirim, Jisim, Jauhar Farad dan Jauhar Latief bersifat dengan empat sifat:

1. Tempat, maka wajib baginya memakai tempat seperti kiri atau kanan, atas atau bawah, hadapan atau belakang

2. Jihat, maka wajib baginya memakai jihat seperti utara atau selatan, barat atau timur, jauh atau dekat

3. Berhimpun atau bercerai

4. Memakai ‘arad, yaitu gerak atau diam, besar atau kecil, panjang atau pendek dan memakai rasa seperti manis atau masam, masam atau tawar dan memakai warna-warna seperti hitam atau putih, merah atau hijau dan memakai bau-bauan seperti harum atau busuk
 

Hukum Adat Thobi’at

Adapun yang wajib bagi hukum adat Thobi’at yang dilakukan didalam dunia ini sahaja, seperti makan, apabila makan maka wajib kenyang sekedar yang dimakan begitu juga api apabila bersentuh dengan kayu yang kering maka wajib terbakar, dan pada benda yang tajam yang apabila dipotongkan maka wajib putus atau luka.

Dan begitu juga pada air apabila diminum maka wajib hilang dahaga sekedar yang diminum. Adapun yang mustahil pada adat Thobi’at itu tiada sekali-kali seperti makan tiada kenyang, minum tiada hilang dahaga, dipotong dengan benda yang tajam tiada putus atau luka dan dimasukkan didalam api tiada terbakar.

Akan tetapi yang mustahil pada adat itu sudah berlaku pada nabi Ibrahim as di dalam api tiada terbakar dan pada nabi Isma’il as dipotong dengan pisau yang tajam tiada putus atau luka .

Adapun yang mustahil pada adat itu jika berlaku pada rasul-rasul dinamakan Mu’jizat, jika berlaku pada nabi-nabi dinamakan Irhas, jika pada wali-wali dinamakan Karamah, dan jika pada orang yang ta’at dinamakan Ma’unah dan jika berlaku pada orang kafir atau orang fasik yaitu ada empat macam:

1. dinamakan Istidraj pada Johirnya bagus dan hakikat menyalahi

2. dinamakan Kahanah iaitu pada tukang tenung

3. dinamakan Sa’uzah iaitu pada tukang sulap mata

4. dinamakan Sihir iaitu pada tukang sihir

Sifat-Sifat yang wajib bagi ‘akal tentang keTuhanan:

-Sifat Nafsiyah

-Sifat Salbiyah

-Sifat Ma’ani

-Sifat Ma’nawiyah

lalu dibahagi menjadi dua bahagi:

-Sifat Istighna (28 Aqa’id)

-Sifat Iftikhor (22 Aqa’id)

yang menghasilkan faham hakikat nafi mengandung isbat, isbat mengandung nafi (50 Aqa’id), lalu berlanjut pada huraian Sifat-sifat bagi Rasul, ditambah empat perkara rukun iman (18 Aqa’id), menghasilkan penjelasan aqa’idul iman yang 5 (lima jenis), aqa’idul iman 50, aqa’idul iman 60, aqa’idul iman 64, aqa’idul iman 66 dan aqa’idul iman 68.

Baharulah disimpulkan menjadi 4 rukun Syahadat dan adab-adabnya, serta menjelaskan penjelasan zikir, serta makna asma ALLAH

MA’RIFAT

Adapun

hakikat Ma’rifat itu berhimpun atas tiga perkara:

1. ‘Itikad Jazam, yaitu ‘Itikad yang putus tiada syak, dzon dan waham

2. Muwafikulilhaq, yaitu Muafakat dengan yang sebenarnya mengikut Al Qur’an dan Hadits

3. Mu’addalil yaitu beserta dalil

Adapun Dalil itu dua bahagi:

1. Dalil naqal (naqli), yaitu Al Qur’an dan Hadits.

2. Dalil aqal (aqli), yaitu aqal kita

Adapun dalil wujud Allah Ta’ala pada orang awam yaitu Baharu alam seperti firman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an : Allahu khaliqu kullu syai’in, artinya: Allah Ta’ala yang menjadikan tiap-tiap sesuatu

Adapun Hakikat Ma’rifat orang yang Khawas :

1. ‘Itikat jazam, tiada syak, dzon dan waham

2. Muwafakat ilmunya, aqalnya dan hatinya dengan jalan Ilham Ilahi

3. Dalil pada dirinya, seperti firman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an: wa fii amfusikum afala tubsiruun, artinya: pada diri kamu tiadakah kamu lihat, dan juga Hadits Rasullullah, Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu, artinya barang siapa mengenal dirinya bahwasanya mengenal Tuhannya.

Adapun Hakikat Ma’rifat orang yang Khawasul khawas:

1. I’tikad jazam, tiada sak, dzon dan waham

2. Muwafakat Ilmunya, aqalnya dan hatinya dengan jalan kasaf Ilahi terkaya ia daripada dalil yakni tiada berkehendak lagi kepada dalil (Akal dhoruri) terus ia ma’rifat kepada Allah Ta’ala.

Adapun Ma’rifat itu tiga martabat:

1. Ilmul yaqin, yaitu segala Ulama

2. ‘Ainul yaqin, yaitu segala Aulia

3. Haqqul yaqin, yaitu segala Anbiya

Info di atas sebagai info tambahan untuk kuliah ilmu aqidah. Semoga bermanfaat. Amin

Dipanjangkan oleh
Alfaqiru ila rahmatillah
Dahim bin Jalal al-Jawiy

Isnin, 30 Januari 2017

DI SEBALIK FARDU SEMBAHYANG

Rukun dan Hukum Sembahyang

DI SEBALIK FARDU SEMBAHYANG

Siapa Sebenarnya Yang Bersembahyang?

Tuan-tuan yang dirahmati Allah S.W.T sekalian. Semua orang boleh dan semua orang tahu menunaikan atau mengerjakan rukun sembahyang (rukun 13) dengan taat.

Sayangnya, tidak ramai di kalangan kita yang tahu mengerjakan sembahyang. Perkara mengerjakan sembahyang dengan perkara mengerjakan rukun 13 sembahyang itu, adalah suatu perkara yang berbeza dan suatu perkara yang berlainan (sembahyang dengan rukun sembahyang itu berbeza).

Perkara sembahyang dan perkara rukun sembahyang, akan kita bicarakan pada tajuk di bawah nanti. Dalam bab ini, mari kita tumpukan perhatian kepada perkara, siapakah yang sebenar-benar bersolat?

Perlu diingatkan di sini bahawa sebelum kita mendirikan sembahyang (solat), hendaklah terlebih dahulu kita mengetahui siapakah sebenar-benarnya yang bersembahyang?

Untuk menentukan siapakah yang bersolat, hendaklah kita mempelajari terlebih dahulu perkara seperti berikut:

1) Sembahyang sebelum sembahyang (solat sebelum solat atau fardu sebelum fardu)

2) Sembahyang semasa sembahyang (solat semasa solat atau fardu di dalam fardu)

3) Sembahyang sesudah sembahyang (solat sesudah solat atau fardu sesudah fardu)

Sesudah kita benar-benar tahu akan ketiga-tiga perkara di atas, barulah boleh dikatakan yang kita ini benar-benar sembahyang.

Barang siapa yang berhajat untuk mengetahuinya, mari kita sama-sama ikut pelayaran ilmu ini bersama saya.

Pelayaran melalui bahtera makrifat itu, adalah pelayaran bahtera ilmu yang selalu menempuh gelombang fitnah, tiupan angin sesat yang kencang dan gelora tuduhan salah yang boleh mendatangkan maut dan karam.

Gelora fitnah di lautan ilmu makrifat ini, selalunya tidak pernah sepi. Namun, barang siapa yang tahan dengan gelombang, gelora serta ombak lautan fitnah makrifat, ayuh mari kita sama-sama mengembara.

Sebelum kita berlayar di lautan fitnah ini, terlebih dahulu saya ingin mengajukan beberapa persoalan kepada tuan-tuan, siapakah yang bersolat sebelum kita solat?

Siapakah terlebih dahulu mengerjakan sembahyang, sebelum tuan-tuan bersembahyang?

Bolehkah solat kita itu, dibuat-buat sendiri, ditetapkan, dikerjakan atau diperlakukan dengan kuasa diri kita sendiri?

Bolehkah kita berkuasa untuk berdiri mengerjakan solat, jika tidak “terlebih dahulu didirikan”?

Siapakah yang mendirikan kaki tuan-tuan, sebelum tuan-tuan berdiri, siapakah yang mendatangkan gerak sebelum tuan-tuan bergerak untuk bersembahyang?

Siapakah yang menetapkan tuan-tuan untuk mengerjakan sembahyang? Cuba jawab dengan ikhlas, bolehkah kaki kita ini berdiri tanpa didahulukan oleh berdirinya Allah S.W.T?

Bolehkah kita berniat, sebelum diniatkan terlebih dahulu oleh Allah S.W.T? Bolehkah kita rukuk, sebelum terlebih dahulu dirukukkan oleh Allah S.W.T? Siapakah yang memulakan pekerjaan sembahyang, jika tidak dimulai oleh Allah.

Adakah kuasa sembahyang itu, kita? Adakah yang memulai sembahyang itu, kita? Adakah yang rukuk itu, kita? Adakah yang sujud itu, kita?

Cuba jawab, mana kuasa, mana kudrat dan mana kehendak serta kemahuan kita? Jika tidak digerakkan, dimulai dan jika tidak bermula dengan kudrat dan iradat Allah.

Jika tidak dengan kehendak, kemahuan dan cita rasa kudrat dan iradat Allah, bolehkah kita bersembahyang?

Sebelum kita bersembahyang, sebenarnya Allah S.W.T telah terlebih dahulu mendirikan sembahyang kita di Luh Mahfuz.

Sebelum kita beranak atau sebelum kita dilahirkan ke dunia ini, sebenarnya kita telah pun didirikan oleh Allah S.W.T untuk bersembahyang.

Berdirinya kita untuk bersembahyang, sebenarnya adalah berdiri yang telah Allah S.W.T dirikan.

Kita sebenarnya telah ditetapkan oleh Allah S.W.T untuk mendirikan sembahyang, semasa di dalam kitab Luh Hul Mahfuz.

Allah S.W.T telah terlebih dahulu mendirikan kita untuk bersolat, semasa di alam sebelum kita dilahirkan, Allah S.W.T sudah mendirikan kita sembahyang, semasa di dalam perut ibu lagi.

Jika tidak ditetapkan oleh Allah S.W.T di dalam Luh Hul Mahfuz, masakan kita boleh berdiri sembahyang.

Pekerjaan sembahyang yang kita laksanakan itu, adalah pekerjaan yang telah siap dikerjakan oleh Allah S.W.T, sedari di alam Luh Hul Mahfuz.

Perbuatan kita itu, sebenarnya bukan atas ketetapan atau kerajinan kita. Kita hanya mengikut garis yang telah Allah S.W.T tetapkan sedari dahulu. Kita hanya lalu, hanya ikut dan hanya turuti apa yang telah ditetapkan olehNya.

Kita hanya ikut apa yang sudah Allah S.W.T tetapkan. Pekerjaan sembahyang yang kita dirikan itu, bukan pekerjaan baru atau bukan perbuatan baru, ianya telah sedia ada di dalam kitab Luh Hul Mahfuz.

Kita ini, hanya ajuk atau hanya sekadar melakonkan semula skrip yang telah disiapkan oleh Allah S.W.T. Kita seolah-olah melakukan pekerjaan yang telah siap dikerjakan oleh orang lain.

Apakah boleh kita mengaku yang sembahyang itu kita punya? Apakah boleh kita mengaku yang mengerjakan sembahyang itu, kita? Cuba jawab.

Kuasa kaki untuk berdiri sembahyang milik orang. Kehendak untuk berniat sembahyang, milik orang.

Yang menggerakkan solat, milik orang. Setelah semua seisi solat itu, milik orang, mana yang dikatakan bersolat itu kita. Cuba jawab?

Saya ingin bertanya kepada tuan-tuan semua, adakah diri tuan-tuan itu, masih bersifat ada? Tidakkah sifat ada itu, hanya bagi Allah S.W.T?

Bilamana Allah S.W.T bersifat ada dan tuan-tuan juga bersifat ada, tidakkah telah ada dua sifat wujud?

Menduakan sifat Allah S.W.T itu, hukumnya syirik. Barang siapa yang menduakan Allah S.W.T, dosanya tidak akan diampun olehNya?

Sekiranya tuan-tuan sudah tidak ada, siapakah yang mengerjakan sembahyang? Hendak kata kita ada, bermakna kita telah menduakan sifat Allah S.W.T.

Hendak kata tidak ada, yang membaca tulisan saya ini siapa? Hendak kata ada, salah dan hendak kata tidak ada pun salah. Hendak kata ada, seperti tidak ada dan hendak kata tidak ada, seperti ada.

Bagaimanakah kesudahannya pegangan kita? Adakah kita perlu beriktikad seperti mana biskut Chipmore, sekejap ada dan sekejap tidak ada? Cuba jawab.

Siapakah sebenar-benarnya yang bersifat ada? Apakah yang ada itu, kita atau yang ada itu Allah S.W.T ataupun kedua-duanya dan adakah sekejap ada kita atau sekejap ada Allah S.W.T?

Siapakah yang hendak mengerjakan sembahyang, sekiranya diri kita sudah tidak ada? Sekiranya tidak ada, ke mana perginya diri kita?

Sekiranya kita mengaku bahawa diri kita ada dan Allah S.W.T juga ada, bermakna sudah kita adakan dua sifat Allah S.W.T.

Di mana tempat duduknya iktikad kita? Beriktikad itu, biarlah putus. Jangan main sekejap ada sekejap tidak ada.

Bagi mendirikan sembahyang itu, hendaklah dengan mengunakan anggota kaki. Sekiranya tidak berkaki, bagaimana hendak berdiri? Siapakah pemilik anggota kaki kita?.

Dalam geran asal (dalam rekod kad pendaftaran yang asal), siapakah sebenarnya yang menjadi pemilik asal yang sah kepada anggota kaki kita, cuba jawab?

Kaki siapa yang kita guna untuk berdiri? Cuba jawab. Tentu tuan-tuan takut hendak menjawab bahawasanya kaki itu, kaki Allah S.W.T.

Mana mungkin Allah S.W.T ada kaki? Jika bukan kaki kita dan bukan kaki Allah S.W.T, kaki siapakah yang kita pakai?

Itu baru pertanyaan tentang anggota kaki, bagaimana pula dengan anggota-anggota kita yang lain. Apakah masih ada lagi kepunyaan kita? Jika anggota itu bukan kepunyaan dan bukan milik kita, siapakah yang berdiri untuk bersolat?

Kaki siapa, tangan siapa dan tubuh siapa yang bersolat? Sebelum, semasa dan sesudah itu, tidak sedikitpun tubuh kita ini milik kita, melainkan segalanya milik Allah. Setelah segalanya milik Allah, jadi siapakah yang bersolat?

Inilah yang hendak kita perhatikan, hendak kita tilik dan hendak kita amati betul-betul sebelum mengerjakan solat, supaya solat kita itu dikerjakan dengan kaedah yang betul (benar).

Tidak salah atau dikerjakan dengan cara sebenar-benar mengikut yang dikehendaki oleh solat, bukan hanya sekadar mengerjakan perbuatan sembahyang (mengerjakan perbuatan rukun 13).

Mari saya sebut lagi sekali, sekiranya segala anggota tubuh badan (diri) kita ini adalah hak kepunyaan Allah dan hak milik Allah, apakah lagi yang berbaki untuk kita, yang tersisa dan yang tertinggal untuk kita?

Di sini bererti bahawa segala jasad tubuh badan kita ini, adalah milik Allah, sekiranya segalanya milik Allah, bererti sebesar zarah sekalipun, tidak ada hak kita, tidak ada milik kita dan tidak ada kepunyaan kita.

Dengan itu, saya berseru kepada semua muslimin dan muslimat yang di luar sana, agar insaflah, sedarlah dan percayalah dengan sebenar-benar yakin bahawa sebenar-benar diri, sebenar-benar milik kita, kepunyaan kita itu, sebenarnya tidak ada.

Yang ada, yang wujud dan yang maujud itu, adalah hanya Allah, hanya Allah dan hanya Allah.

Bahawa sesungguhnya wal awallu, wal akhiru, wal zahiru dan wal batinu itu, adalah Allah. Setelah segalanya telah kembali kepada Allah, manakah lagi adanya diri kita?

Itulah sebabnya yang dikatakan berdiri kiam semasa berdiri solat itu, adalah dikatakan berdiri kiam (berdiri mati).

Kiam itu, adalah bererti mati. Bila saja kita berdiri solat, itu adalah bererti kita berdiri mati atau bermaksud kita mati.

Semasa berdiri untuk bersolat itu, bererti diri kita sudah mati, iaitu hendaklah dimatikan diri kita atau diserah kembali diri kita kepada Allah. Setelah segalanya telah kita serah kepada Allah, itulah yang dimaksudkan dengan perkataan kiam (mati).

Kiamkan dirimu di kala bersolat itu, adalah bererti hendaklah kita matikan diri di kala bersolat. Setelah kita berdiri kiam atau berdiri mati, mana mungkin ada lagi gerak kita.

Seandainya kita masih mengaku kita yang bergerak (mengerjakan solat), bererti kita masih hidup, sedangkan makna, maksud atau erti perkara berdiri kiam itu, adalah merujuk kepada maksud “berdiri mati”.

Bilamana berdiri mati, bererti kita mati, setelah kita mati, jadilah segala perbuatan solat itu, bukan lagi dikatakan kita, melainkan segalanya adalah kudrat dan iradat Allah. Untuk lebih jelas, mari kita ikuti bab di bawah.

RUKUN DAN HUKUM SEMBAHYANG

Selain dari rukun 13, sembahyang itu ada hukumnya. Hukum sembahyang itu ada 3 perkara, iaitu seperti berikut:

1) Hukum Fekli
2) Hukum Qauli
3) Hukum Qalbi

Di sini tidak bertujuan untuk kita membicarakan soal rukun 13, kerana rata-rata di antara kita kebanyakannya sudah maklum dan sudah mengerti perkara rukun 13.

Mari kita guna ruangan yang terhad ini, untuk memberi lorong kepada “hukum sembahyang” dalam tafsiran ilmu makrifat.

1) Hukum Fekli

Soalan:

Apakah maksud, makna atau erti hukum fekli?

Jawapan:

Makna, maksud atau eri hukum fekli itu, adalah perkara “perbuatan” dalam solat. Persoalan perbuatan atau gerak geri dalam sembahyang itu, semua orang tahu dan semua orang mengerti untuk melakukannya.

Seumpama berdiri, takbir, rukuk, sujud dan sebagainya itu, adalah dikenali sebagai perbuatan sembahyang. Apa yang kita lakukan di ketika bersolat itu, itulah yang dikatakan hukum fekli atau perbuatan sembahyang.

Perbuatan sembahyang itu, adalah suatu perbuatan atau pekerjaan gerak tubuh yang boleh dilakukan oleh siapa sahaja, tidak kira kanak-kanak, dewasa, orang tua, oleh bangsa lain atau yang boleh dilakukan oleh agama-agama lain. Jika boleh diberi markah, boleh dikatakan semua di antara kita lulus dengan markah 100 persen.

2) Hukum Qauli

Soalan:

Apakah maksud, makna atau erti hukum qauli?

Jawapan:

Hukum qauli itu, adalah bermaksud, bermakna dan bererti bacaan, iaitu bacaan surah-surah atau ayat-ayat suci Al-Quran.

Barang siapa yang hafal surah Al-Fatihah, sekalipun surah-surah lazim, ianya sudah memadai untuk dibuat sembahyang.

Dihafal bacaan rukuk, iktidal, sujud, antara dua sujud, tahayat dan salam, ianya sudah memadai untuk dibaca ketika dalam bersolat. Jika boleh diberi markah, boleh dikatakan semua di antara kita lulus dengan markah 100 persen.

3) Hukum Qalbi

Soalan:

Apakah maksud, erti dan makna hukum qalbi?

Jawapan:

Hukum qalbi itu, adalah bererti, bermakna dan bermaksud bahawa solat itu bukan sahaja tertakluk kepada perbuatan dari anggota tubuh atau bacaan dari anggota bibir sahaja.

Bersolat (bersembahyang) dengan hukum qalbi itu, adalah bersembahyang yang berserta dengan perbuatan batin dan bacaan batin.

Berniat dengan batin (rohani), berdiri dengan batin (rohani), bertakbir dengan batin (rohani), rukuk dan sujud dengan batin (rohani).

Perbuatan (pergerakan) zahir itu, hendaklah juga berserta, bersama dan bergandingan dengan perbuatan (pergerakan) batin (perbuatan rohani).

Persoalannya di sini, manakah yang dikatakan mulut rohani, tangan rohani dan manakah yang dikatakan kaki rohani? Manakah yang dikatakan perbuatan atau pergerakan rohani?

Soalan:

Hukum qalbi itu, terbahagi kepada berapa peringkat?

Jawapan:

Hukum qalbi itu, terbahagi kepada tujuh peringkat, tujuh bahagian atau tujuh tangga. Bahagian, peringkat atau tangga itu, adalah terdiri daripada perkara:

1) Qosad
2) Takrukh
3) Takyin
4) Ehram
5) Mikrah
6) Munajat
7) Tabdi

ANDA SUKA MAKAN JERING?

ANDA SUKA MAKAN JERING?

Assalamualaikum....

Tak lama lagi mungkin jering naik harga, skrg RM30/kg

Ubat Kanser yang Beribu Kali Lebih Kuat dari Kemoterapi..

*ANDA SUKA MAKAN JERING?*

(saya share supaya lebih ramai sahabat yg hidup sihat walafiat)

• Ternyata JERING merupakan buah ajaib untuk membunuh sel KANSER & beribu kali lebih kuat dari Kemoterapi.

• Spt diketahui, pohon jering dikenali sbg varietas jering.

• Kita boleh menfaatkan buah Jering dgn cara memakannya langsung sebagai ulam, dibuat jus, minuman sorbets, kueh, emping jering dll.

• Hal ini menghasilkan banyak kebaikan, tetapi yang paling menarik adalah kesan yang dihasilkan pada kanser dan tumor.

• Buah ini adalah ubat yang terbukti melawan SEMUA JENIS KANSER.

• Jering dianggap juga sebagai spektrum anti dadah terhadap infeksi bakteria dan kuman, terbukti dari baunya yg adikuat. Efektif terhadap parasit dalaman dan cacing, dpt mengatur tekanan darah yang terlalu tinggi & berguna sebagai anti stress, memerangi stres dan perasaan gugup.

• Sumber informasi menarik ini berasal dari salah satu produkdsi ubat terbesar dî dunia yg mengatakan bahawa setelah lebih dari 20 ujian laboratorium yang dilakukan sejak tahun 1970, terungkap bahwa :

Jering boleh MENGHANCURKAN SEL² GANAS dî 12 jenis kanser, termasuk usus, payudara, prostat, paru² dan pankreas.

• Kekuatan buah ini menunjukkan 10,000 kali lebih baik dari produk adriamycin, obat kemoterapi, biasanya digunakan dî dunia, memperlambat pertumbuhan sel kanser.

• Dan bahkan yg lebih memeranjatkan jenis terapi dengan ekstrak Jering hanya menghancurkan sel² kanser ganas & tidak mempengaruhi sel² sihat.

*Institute of Health Sciences, 819 Sweden Riset Biosains. L.L.C. Cause Street.*

*Sebarkan berita baik ini
* *demi kesihatan kita semua.*
*Bersyukurlah bagi yg dapat memakannya...*

Jumaat, 27 Januari 2017

Seluruh umatku akan masuk jannah, kecuali yang enggan

Rasulullah saw bersabda:

“Seluruh umatku akan masuk jannah, kecuali yang enggan.”

Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?”

Baginda  menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk jannah, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk jannah).”
(Hadits Riwayat Al-Bukhari)

Jalan ini telah terlalu lama sepi

Jalan ini..
telah terlalu lama sepi
jalan ini
teramat ramai yang menghindari

Allah Swt. berfirman ketika Nabi Saw.
melakukan mikraj,

"Wahai Ahmad, jika engkau ingin menjadi
orang yang paling wara, berlaku zuhudlah
di dunia dan cintailah akhirat, "

Nabi Saw. bertanya,

"Wahai Tuhanku, bagaimana cara aku berlaku
zuhud di dunia?"

Allah menjawab,

" Ambillah dari keduniaan itu sekadar memenuhi
keperluan makan, minum, dan pakaian.
Janganlah menyimpannya untuk hari esok
dan biasakanlah berzikir kepada-Ku."

Nabi SAW bertanya lagi,

"Wahai Tuhanku, bagaimana cara aku
membiasakan berzikir kepada-Mu?"

Allah menjawab,

"Dengan mengasingkan diri dari manusia.
Gantilah tidurmu dengan shalat dan makanmu
dengan lapar."

Nabi SAW bersabda,

"~Kezuhudan di dunia dapat menenangkan
hati dan badan.~

~Kecintaan kepadanya dapat memperbanyak
tekad kuat dan kesedihan.~

~Kecintaan kepada keduniaan merupakan induk
setiap kesalahan,~

~dan kezuhudan dari keduniaan merupakan
induk setiap kebaikan dan ketaatan.

Jangan Sesekali kita mngaku dan merasakan kita HIDUP

*Hayat ertinya hidup, Hidup sifat siapa? HIDUP sifatNYA Allah… Jadi sekiranya Allah yg hidup… kita itu SIFATNYA mati…… Dan Sememangnya tidak pernah HUDUP, JADI Ape kah boleh org YG mati Rasa Nak mati? Cuba JAWAB…………

*Jawab nya sudah tentu tidak……….*

_Jadi mati lah sebelum mati, biar nyata Allah itulah yg Maha hidup, jgn sesekali kali kita mngaku kita hidup, kiranya kita mengaku kita hidup…… *yg ini lah akan di sentap di tarik nyawa nya dgn kejam*, _sebab kita mngaku kita Yang hidup, Seumpanya kita mngambil hak orang, suruh di hantar pulang tidak hantar…..suruh di serah tidak di serah, lalu di tarik di ambil balik lah dgn kejam…………_

Wahai sahabat2 ku semua Setelah nyata bahawasa nya yg hidup itu Hanyalah Allah, Jangan sesekali kita mengaku kita hidup….. Jadi kita semua sudah sedia maklum tiada ape2 pon hak milik kita, jadi biarlah Tuan empunya milik memperlakukan sebagai mana dia mahu…….

Di kerana kan kita masih ada diri itu makanya kita masih terfikir2 akan bagaimana Rasanya mati, jika masih ada rasa ini itu tandanya kita belum mati……….
Org yg telah sampai kepada Tahap mati sebelum ini, dia tidak kisah kan ape yg bakal berlaku………. Nak mati putus nyawa macam mn pon itu haq Mutlak milik Allah…. Nak kena langgar Lori, nak lemas dalam lubang Najis, nak mati tersepit, nak mati dpn tercekik kuih Raya, nak mati tertelan buluh lemang pon ape nak di kisah??????

Yg menjadi kisahnya itu adalah kerana masih ada ujud diri, itu bimbang rasanya akan hal mati……….. Ingat ingat ingat dan ingat setelah nyata segalanya hak milik Allah Tiada 1 pon milik kita jgn di kisah kan lagi akan lagi bagaimana Rasa nak mati………. Yakin dengan seyakinya Perkara ini Telah siap Tertulis………… Dan Sudah sedia ada Yang Mengaturkanya.

*Jadi hayati dgn penuh penghayatan jgn di fikir akan rasanya nak mati…… *Kerana Sememangnya kita ini barang yg mati, yg hidup itu Allah*. Katakan dan pegang Benarrr dengan Penuh Yakin *Yang HIDUP ITU ADALAH YANG MAHA HIDUP IA ITU ALLAH*

_Ikutlah Apa kata Allah, bagaimana Allah nak Letak kan dan bagaimana…… Allah nak Tentukan….._ Kenal Diri Rata2 Maka Kenal Allah Dengan Nyata, Kenal Allah Dengan Nyata maka Segalanya Binasa…….
Amin2…

Puasa syariat dan Puasa kerohanian

Puasa syariat adalah menahan diri daripada makan, minum dan bersetubuh daripada terbit fajar hinggalah terbenam matahari.

Puasa kerohanian selain yang demikian ditambah lagi memelihara pancaindera dan fikiran daripada perkara-perkara yang keji. Ia adalah melepaskan segala yang tidak sesuai, zahir dan batin. Rosak sedikit sahaja niat mengenainya rosaklah puasa rohani.

Puasa syariat terikat dengan masa sementara puasa rohani pula berkekalan di dalam kehidupan sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Inilah puasa yang sebenar.

Nabi s.a.w bersabda, “Ramai orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa daripada puasanya kecuali lapar dan dahaga”.

Puasa syariat ada waktu berbuka tetapi puasa rohani berjalan terus walaupun matahari sudah terbenam, walaupun mulut sudah merasakan makanan. Mereka adalah yang menjaga pancaindera dan pemikiran bebas daripada kejahatan dan yang menyakitkan orang lain.

Untuk itu Allah telah berjanji, “Puasa adalah amalan untuk-Ku dan Aku yang membalasnya”.

Mengenai dua jenis puasa itu Nabi s.a.w bersabda, “Orang yang berpuasa mendapat dua kesukaan. Pertama bila dia berbuka dan kedua bila dia melihat”.

Orang yang mengenali zahir agama mengatakan kesukaan yang pertama itu ialah kesukaan ketika berbuka puasa dan ‘kesukaan apabila mereka melihat’ itu ialah melihat anak bulan Syawal menandakan hari raya.

Orang yang mengetahui makna batin bagi puasa mengatakan kesukaan berbuka puasa ialah apabila seseorang yang beriman itu masuk syurga dan menikmati balasan di dalamnya, dan kesukaan yang lebih lagi ialah ‘apabila melihat’, yang bermaksud apabila orang yang beriman melihat Allah dengan mata rahsia bagi hati.

Lebih berharga daripada dua jenis puasa itu ialah puasa yang sebenarnya (puasa hakikat), iaitu mengelakkan hati daripada menyembah sesuatu yang lain dari Zat Allah.

Ia dilakukan dengan mata hati buta terhadap semua kewujudan, walaupun di dalam alam rahsia di luar daripada alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, kerana walaupun Allah menjadikan segala-galanya untuk manusia, Dia jadikan manusia untuk-Nya, dan Dia berfirman:

“Insan adalah rahsia-Ku dan Aku rahsianya”. Rahsia itu ialah cahaya daripada cahaya Allah Yang Maha Suci. Ia adalah pusat atau jantung hati, dijadikan daripada sejenis jisim yang amat seni.

Ia adalah roh yang mengetahui segala rahsia-rahsia yang hak. Ia adalah hubungan rahsia di antara yang dicipta dengan Pencipta. Rahsia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu yang lain daripada Allah.

Tidak ada yang berharga untuk diingini, tiada yang dikasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, melainkan Allah. Jika satu zarah sahaja daripada sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa hakikat.

Seseorang perlu memperbaharuinya, menghadapkan segala kehendak dan niat kembali kepada kecintaan-Nya, di sini dan di akhirat. Firman Allah, “Puasa adalah untuk-Ku dan hanya Aku yang membalasnya”


BILAMANA BERMAKRIFAT TIDAK PAYAH SOLAT!!!

BILAMANA BERMAKRIFAT TIDAK PAYAH SOLAT!!!

Sejauh mana Dakwaan Mengatakan Bila mana Bermakrifat tidak Payah Solat,!!!

Dalam Renung Fikir Dalam Fikir Merenung,
Mohon maaf andai Tajuk Karangan Saya ini Menggegarkan Diri Kalian… Kerana Tajuknya Teramat Wangi dek terhidu Bau Kasturi Yang Jarang2 Sekali Di Buka Penutup Botol Minyak wangi Nya….

Andai KALAM ini Lantang Berbicara Silakan Untuk Memperbetulkan Bicara ini…..

Di Dalam Belajar Makrifat kita bukan mencari perkara mencari ilmu untuk Menghalalkan Hukum Menghalalkan cara Tapi Agar tidak Mensyirikkan Allah Agar Iktikad kita kena Pada Tempatnya…

Ada Dakwaan dari sesetengah Pihak, Yang mengatakan Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT, apakah benar dakwaan ini ??? Sejauh mana Kebenarannya Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT ???
Apa Faham Tuan-tuan Puan-puan Budiman sekalian berkenaan dengan Dakwaan Tersebut….???

Bagi sy yg Tidak berilmu ini dakwaan yg mengatakan Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT itu memang Benar.. Saya Setuju dan teramat Setuju, Memang benar Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT kerana Bilamana Bermakrifat teramat mudah teramat senang untuk bersolat ianya Tidak Menjadi Kepayahan Kerana apa? Kerana Bilamana Bermakrifat kita Bersolat tidak Lagi Menggunakan Tangan Dan Kaki untuk Bersolat, Tidak Lagi Menggunakan Mulut utk Membaca ketika Bersolat itu makanya Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT.

Untuk bersolat itu tidak Perlu Kepada Tangan Tidak Perlu Kepada Kaki Tidak Perlu kepada Mulut, Telinga dan Mata !!! Setelah kita sedia maklum Solat itu Untuk menyatakan ALLAH, Jadi apakah untuk Menyatakan Allah itu Perlu Kepada Kaki perlu Kepada Tangan Perlu Kepada Mulut, telingga dan mata ???

Orang2 Yang Telah Bermakrifat sememangnya TIDAK PAYAH Untuk SOLAT kerana Mereka2 Tidak Lagi Menggunakan Tangan Untuk Menggangkat Takbir Mereka Tidak lagi Menggunakan Kaki Untuk Berdiri Mereka Tidak Lagi Menggunakan Mulut utk Membaca Ayat2 Al Quran ! ! ! Ada pon Tangan, Kaki dan Mulut Bersifat Mati Tiada Mampu untuk Bertakbir Tidak mampu untuk Berdiri tidak mampu untuk membaca ayat2 Al Quran, Mengangkat Takbirnya Orang Makrifat itu adalah dengan Sifat kudrat Allah, Berdirinya Orang Makrifat itu dengan Sifat Kudrat dan Iradatnya Allah, Membaca Ayat2 Al Quran Orang2 Makrifat itu adalah dengan sifat Kalamnya Allah. Jadi Bilamana yg Mengangkat Takbir itu dgn Kudrat Allah Yang Berdiri Itu Dengan Kudrat dan Iradatnya Allah Membaca Itu dengan Kalam Allah, apakah Menjadi Kepayahan??? Sudah semestinya tidak yang menjadi susah dan Payah. Yang menjadi Susah dan payah untuk bersolat itu bilamana kita merasakan Tangan kita lah untuk mengangkat Takbir Kaki kita Lah Untuk berdiri Mulut kita lah untuk membaca ayat2 Al Quran itu makanya menjadi Payah Menjadi susah tiada keikhlasan di dalam Solat, Tambahan boleh menjadi Syirik Pula kita, ketika Solat…..

Kita Mencari Khusyuk Di Dalam Solat Kita Mencari Kemanisan Di Dalam Solat Kenapa Tidak Jumpa2 ??? Kerana Kita Memperdagangkan Diri Jasad, Memperdagangkan Tangan, kaki dan Mulut kita Untuk Solat Bersolat !!! Itu makanya tidak jumpa2 tidak kita ketemui akan khusyuk dan kemanisan di dlm Solat Berkenaan dengan Perkara Solat, Tujuan BerSolat Adalah untuk Menyatakan Allah!!! Apakah Untuk Menyatakan Allah itu cukup dengan Sekadar Menunaikan Solat Fardhu 5 Waktu? Yang selebihnya ke mana Kita? Dan Bagaimana Untuk kita Menyatakan Allah dgn Solat Sebelum Solat, Solat di dalam Solat, Dan Solat Sesudah Solat?

Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT kerana Orang2 makrifat itu sepenuhnya berserah diri kepada Allah, itu makanya setiap Kali Bertakbir Setiap Kali Berdirinya solat setiap kali Membaca Al Quran ianya Hadir Rasa Tawadhuk Rasa Rendah diri Kerana sememangnya Jika Bukan Kerana Kudrat Allah Yang mengangkat Tangan Untuk Bertakbir mana mungkin Tangan kita itu Mampu untuk Bertakbir, Jika Bukan Kerana Kudrat dan iradat Allah Mana Mungkin kita Mampu untuk Berdiri, Jika Bukan Kerana Kalam Allah Mana Mungkin kita boleh untuk membaca Ayat2 Al Quran……. Kerana kudrat, iradat dan Kalam Allah Lah Kita bertakbir, berdiri dan membaca ayat2 Al Quran…. Itu makanya Hadir Rasa Khusyuk Rasa Rendah diri Rasa Tawadhuk kepada Allah…… Itu makanya untuk bersolat itu teramatttt senang dan mudah bilamana kita Bertakbir,Berdiri, Membaca, mendengar, melihat Bukan Lagi dgn, Tangan, kaki, mulut, telinga dan Mata Tapi Bertakbir,Berdiri, Membaca, mendengar, melihat Dengan Kudrat,iradat,Kalam, samaq, Basar nya Allah

Apa Yang sy Kupaskan ini adalah sekadar Bahasa Penyampaian Yang Tidak Hebat Sebagaimana Guru2 Yang Petah Berkata2 Yang Pandai Mengarang…… Adalah sekadar Mencoret di kertas warkah usang Yang telah sedia Ada sedari Dahulu sekadar mengulangi Percakapan Dan Bahasa2 Karangan Para2 Guru……..

Jadi Jangan keliru dengan Tajuk Bilamana Bermakrifat TIDAK PAYAH SOLAT Yang saya Kemukakan itu, Kerana bukan saya maksudkan Bila mana Bermakrifat tidak perlu untuk Bersolat dan Tidak usah utk bersolat, Faham Baik2 Ya……

Sesungguhnya Orang2 makrifat itu tidak pernah Meninggalkan Solat sebagai mana Yang di Gariskan mengikut Syariat, tapi mereka2 Tidak lagi Bersolat Mengunakan Tangan utk bertakbir Menggunakan kaki utk berdiri Mengunakan mulut utk membaca alquran, dan tidak lagi menggunakan Telinga dan mata untuk Bersolat……….. Mereka Yang Telah Bermakrifat itu Semata-mata Menyerahkan diri kepada Allah dan Telah Lebur Telah Fana Telah Binasa Sifat Tangan, kaki,mulut, mata telingga dan sifat keakuan diri ianya Telah Menjadi Milik Allah…. Itu Makanya Bertakbir,Berdiri, Membaca, mendengar, melihat Bukan Lagi dgn, Tangan, kaki, mulut, telinga dan Mata Tapi Bertakbir,Berdiri, Membaca, mendengar, melihat Dengan Kudrat,iradat,Kalam, samaq, Basar nya Allah………. Jadi Bilamana Hanya Allah itu makanya Tiada Menjadi Kepayahan tiada Menjadi kesusahan Tiada menjadi keberatan Kepada Kita…….. Tapi Bila kita Meletakkan,Mengaku dan Mengatakan yang Bertakbir,Berdiri, Membaca, mendengar, melihat itu dgn Tangan, kaki, mulut, telinga dan Mata itu Yang Menjadi PAYAH Menjadi susah Menjadi liatttt…

Jadi Tidak PAYAH UNTUK MENYATAKAN ALLAH SEKIRANYA KITA TELAH BERMAKRIFAT, kerana untuk menyatakan Allah itu sememangnya teramatttt Senang Teramat mudah KENAL DIRI RATA2 MAKA KENAL ALLAH DENGAN NYATA, Dengan Hanya Kuncinya JANGAN SAMPAI TERLIHAT ADANYA DIRI… AMin2…

#MaQaM  kdt: tdk berhuruf tdk bersuara

Tauhid dengan Allah s.w.t. berarti kita benar-benar bergantung kepada-Nya

Tauhid boleh diartikan sebagai suatu keyakinan yang mutlak terhadap Allah s.w.t. tanpa disekutukan dengan yang lain.

Bila kita tauhid dengan Allah s.w.t. berarti kita benar-benar bergantung kepada-Nya, tanpa sedikit pun ragu, syakwasangka dan was-was terhadap Allah.

Tauhid kita kepada Allah adalah meliputi :

Zat Allah

Sifat Allah

Asma Allah

Afa’al Allah.

Firman Allah di dalam Al-Quran

Surah : Al-Fatihah ayat 3-4

Artinya :

Engkaulah Allah yang memiliki hari kemudian. Kepada Allah kami menyembah dan kepada Allah kami minta pertolongan.

Tauhid pada Zat Allah maknanya adalah kita bergantung mutlak bahwa Zat Allah saja yang memerintah di alam semesta ini, dan Dialah tuhan semesta alam dan tidak pula kita menyekutukanNya dengan yang lain, seperti firman Allah s.w.t diatas.
Tauhid pada Sifat Allah berarti kita bergantung sepenuhnya kepada Allah dan kita tidak berhak atas sesuatu apapun kecuali dengan izinNya.
Sebagaimana dalam ayat ini :

Tidak hidup aku, hanya Allah yang hidup, tidak mengetahui aku hanya Allah saja yang mengetahui, tidak mendengar aku hanya Allah yang mendengar, tidak melihat aku hanya Allah yang melihat, tidak berkuasa aku hanya Allah yang berkuasa, tidak berkehendak aku hanya Allah yang berkehendak Tidak berkata-kata aku hanya Allah saja yang berkata-kata. Dialah sebenar-benarnya bagi segala-galanya.

Caranya adalah dengan kita nafi menafikan diri zahir kita dan isbad mengisbadkan kepada Allah s.w.t saja.

Tauhid pada Asma Allah berarti kita memandang bahwa setiap yang ada dan yang wujud itu adalah membawa nama Allah.
Seperti firmanNya didalam Al-Quran

Surah : Al-Baqarah ayat 115

Dimana saja kamu menghadap disitulah kamu lihat wajah Allah

Firman Allah didalam al-Quran lagi

Dialah pencipta yang mengadakan bentuk rupa dan mempunyai nama yang paling banyak.

Tauhid pada Afa’al yaitu kelakuan Allah s.w.t. dimana kita menafikan kelakuan diri zahir kita kemudian mengisbabkan kepada diri batin kita yaitu kelakuan Zat Allah s.w.t semata-mata.
Dengan dalil :

Saksikan yang banyak pada yang satu

Dan

Saksikan yang satu pada yang banyak.

Adapun makna kita saksikan yang banyak kepada yang satu adalah dengan kita melihat dan menyakini bahwa semua perbuatan dan perlakuan diatas alam semesta ini adalah datang dari pada yang satu yaitu perbuatan Zat Allah taala semata-mata.

Dan adapun makna kita saksikan yang satu pada yang banyak adalah dengan kita melihat dan meyakini bahwasanya perlakuan Zat Alllah lah yang menghasilkan atau menimbulkan perlakuan serba beraneka ragam diatas alam dunia ini.

SALAM DARI HATI KE HATI ANAK2 KU
Amin…………

By: Laduni Dandiar

ILMU SYAHADAH

ILMU SYAHADAH

Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam mempelajari ilmu-ilmu Allah yang boleh dikuasai oleh manusia. Inilah martabat ilmu yang tertinggi.

Ilmu ini adalah satu ilmu makrifat dan syahadah secara sebenar-benarnya kepada Allah s.w.t.

Ilmu syahadah artinya Allah sendiri yang akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri.
Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu ghaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.

Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu ghaib diajar oleh guru ghaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja iaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa Allah sajalah yang boleh mengajar diri kita akan rahsia ilmu ini.

Tingkat pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu ghaib dan inilah ilmu yang paling tertinggi yang boleh dicapai oleh manusia.

Ilmu ini hanya boleh dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang Agung.

Alangkah mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keredhoan Allah s.w.t.

Kdt: Landuni Dandier

Pengertian, Macam - Macam, Dan Fungsi Ilmu Kalam

 Secara Etimologi, kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Karena itulah, ciri utama dari ilmu kalam adalah rasionalitas atau logika. Kata kalam mulana dimaksudkan sebagai terjemah dari logos dari bahasa Yunani yang berarti pembicaraan.


Menurut Ibnu Khaldun, ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan untuk mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang--orang yang menyeleweng dari kepercayaan ahli sunah.

Menurut Muhammad Abduh, ilmu kalam ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang sifatkan bagi-Nya, dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya. Ilmu kalam juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal yang jaiz yang dihubunkan kepada diri mereka.

Menurut Al-Farabi, ilmu kalam ialah ilmu yang membahas zat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam.

Macam - Macam Ilmu Kalam sebagai berikut.
1. Ilmu Tauhid, adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat Allah, mengupas dalil-dalil guna membuktikan adanya Zat yang mewujudkan, serta mengupas dalil-dalil sam'iyat guna mempercayai sesuatu dengan yakin, dinamakan ilmu tauhid karena :
- Pokok bahasan utama ilmu ini menyangkut keesaan Allah.
- Keyakinan akan keesaan Allah merupakan akidah paling asasi dan utama bagi setiap muslim.

2. Ilmu Aqa'id, Aqa'id artinya simpulan atau buhul, yaitu kepercayaan yang tersimpul dalam hati, atau pandangan yang bersemayam dalam jiwa manusia dan diyakini kebenarannya sehingga tidak mudah dilepaskan.

3. Ilmu Usuluddin, adalah ilmu yang membahas tentang prinsip-prinsip dasar agama dengan menggunakan dalil-dalil qat'iyyah dan logika. Dinamakan usuluddin karena menjadi objek bahasan utamanya adalah dasar-dasar agama yang merupakan masalah pokok dalam ajaran islam,.

Fungsi Ilmu Kalam
Berikut beberapa fungsi ilmu kalam.
1. Menjaga kemurnian dasar-dasar agama dan memberikan dasar-dasar argumentasi yang kuat di hadapan para penentangnya.
2. Memberikan arahan dan petunjuk kepada orang-orang yang membutuhkan nasihat, khususnya jika Islam bersinggungan dengan teologi agama lain dalam masyarakat yang heterogen.
3. Menopang dan menguatkan sistem nilai ajaran Islam yang terdiri atas tiga pilar, yaitu: imam sebagai landasan akidah. Islam sebagai manifestasi syariat, ibadah dan muamalah. Serta ihsan sebagai aktualisasi akhlak.
4. Menjadi pijakan bagi ilmu-ilmu syariah.
5. Menjaga kesucian niat dan keyakinan yang merupakan dasar dalam perbuatan untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

Semoga bermanfaat

Qada dan Qadar

Qada' (Bahasa Arab: قَضَاء‎, transl.: qaḍāʾ, Melayu: kehendak (Allah)) dan Qadar (Bahasa Arab: قدر‎, transl.: qadr, Melayu: keputusan; takdir)[1] ialah takdir ketuhanan dalam Islam.[2]Percaya kepada qada dan qadar adalah Rukun Imankeenam. Iaitu mempercayai bahawa segala yang berlaku adalah ketentuan Allah semata-mata.[3]Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut"[4]

Hadith:-

Dari Ibn Abbas r.anhuma meriwayatkan bahawa Jibrail a.s bertanya kepada Baginda Rasulullah s.a.w: apakah itu iman? Baginda s.a.w menjawab; Imam itu ialah kamu beriman kepada Allah S.W.T,kepada Hari akirat,kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, kamu beriman dengan adanya mati dan kehidupan setelah mati, beriman dengan syurga dan neraka, Penghisaban dan timbangan dan beriman dengan takdir yang berlaku sama ada baik atau buruk. Jibrail a.s bertanya jika aku buat demikian adakah aku beriman? rasulullah s.a.w menjawab "jikalau kamu berbuat sedemikian maka kamu sudah beriman. Hadith Musnad Ahmad [5]

Sebagai seorang Islam, wajiblah Yakin bahawa segala apa yang kita hendak laksanakan tidak mampu untuk kita buat melainkan dengan adanya Izin Allah. Seseorang hendak buat baik atau buruk perlukan Izin dari Allah. Ataupun apa yang di rancangan Manusia hanya akan terlaksana jika di takdirkan oleh Allah.

Ada takdir yang mana tidak sesuai dengan apa yang kita hendak ada takdir yang selari dengan kehendak kita. Lahir di perut siapa keturunan apa dan sebagainya bukan sesuatu di atas pilihan kita. Ada takdir yang selari dengan kehenadak kita seperti pilihan buat baik atau jahat. kita berkehendak buat jahat kadang Allah izinkan dan kadang Allah tidak Izinkan. sebab itu ia dihisab sebab perbuatan itu atas pilihan kita dan dengan Izin Allah sebab itu juga buat baik dapat pahala dan buat jahat dapat dosa. Percakapan biasa dalam Bahasa Melayu "kita hanya merancangn Tuhan yang menentukan". Namun yakini baik dan buruk dari Allah adalah Rukun Iman.

RAHSIA DIAM KEMBARA SALIK

RAHSIA DIAM KEMBARA SALIK


Seorang Salik Akan Memasuki Satu Keadaan Seperti Keadaan Orang Yang Sedang Tidur Ataupun Istilah Yang Biasa Didengar ‘Mati Sebelum Mati’, Ataupun Dengan Istilah Yang Mudah ‘Diam’, Iaitu Fikiran Tidak Bergerak, Batin Dan Jasad Juga Tidak Bergerak.


Surah Az-Zumar 39:42: Allah Mematikan Manusia (Memegang Rohnya) Ketika Mati, Dan Bagi Yang Belum Mati Di Dalam Tidurnya, Lalu Allah Menahan Roh Orang Yang Telah Ditetapkan Kematiannya Dan Melepaskan Roh Orang Yang Lain (Tidur) Sampai Waktu Yang Ditentukan. (Bagi Salik Yang Mencapai Tahap Ini Ia Berpeluang Untuk Memasuki Alam Roh Dengan Izin Allah).


Keadaan Diam Ini Dilakukan Supaya Pencinta Mencapai Keadaan ‘Mati Sebelum Mati’ Atau ‘Keadaan Semacam Orang Tidur’. Untuk Mencapai Keadaan Ini, Diam Ini Perlulah Berhujung Kepada Hilangnya Semua Perasaan Dan Fikiran, Sehingga Tercapai Keadaan Ketiadaan Rasa Apa-Apa Pun, Tetapi Masih Dalam Kesedaran.


...Diam Itu Tidak Bergerak

...Tidak Bergerak Itu Mati

...Mati Itu Hakikat Tiada

...Tiada Itu Adalah Kekosongan (Hanya Ada Allah)


Sebelum Salik Mencapai Makam Diam Ini, Salik Perlu Melepasi Beberapa Tahapan Sebelumnya Iaitu: Fana Rasul Kepada Fana Allah Kepada Baqa Allah Kepada Liqa Allah (Aspek Wujud Allah). Bagi Pencinta Allah Ingatlah Bahawa:


...Diam Itu Adalah Singgahsana NYA

...Diam Itu Adalah Hakikat Muhamad (Wahdah)

...Diam Itu Adalah Sumber Kun Faya Kun

...Diam Itu Mengangkat Salik Ke Makam Insan Kamil Mukamil


Tanpa Proses ‘Diam’ ‘Kepompong Tidak Akan Menjadi Kupu-Kupu’. Jelaslah Sangat Penting Proses Diam Ini, Umpama Menunaikan Haji Di Mekah, Tanpa Wukuf Di Arafah. Maka Tiadalah Haji. (Ia Tidak Boleh Diganti Dengan Dam), Perlu Dilakukan Sendiri. Masyaallah.

Khamis, 26 Januari 2017

MENGENAL WIRID DAN WARID

MENGENAL WIRID DAN WARID

Secara sederhana dapat didefiniskan bahwa Pengkondisian dan Persiapan hati itu dinamakan wirid dan kurniaan Allah s.w.t dinamakan warid.

Warid adalah pengalaman rohani (Pengalaman Spiritual) yang dikurniakan Allah s.w.t kepada hati murid yang mengekali wirid. Selain dinamakan warid, ia juga dipanggil dengan nama-nama lain seperti hal, pengalaman hakikat, waridah, Nur Ilahi, Sirr dan lain-lain, menurut istilah tasauf.

Dengan adanya Warid ini, maka Keyakinan yang ada di hati akan meningkat derajadnya menjadi 'Ainul Yaqin hingga ke derajad Haqqul Yakin. Karena dia sudah membuktikan dengan pengalamannya sendiri mengenai dahsyatnya wirid tersebut.

Disebutkan dalam Syarah Al-Hikam mengenai Warid dan Wirid ini.

تَنَوَّعَتْ اَجْنَاسُ الأَعْمَالِ لِتَنَوُّعِ وَارِدَاتِ الأَحْوَالِ, الأَعْمَالُ صُوَرٌ قَائِمَةٌ وَاَرْوَاحُهاَ وُجُوْدُ سِرِّ الاِخْلَاصِ فِيْهَا

Beraneka macamnya jenis amal supaya terjadi beraneka macamnya jenis warid yang masuk (dalam hati), maka beberapa amal adalah yang membentuk keadaan dan ruhnya adalah adanya ikhlas yang dirahasiakan dalam amal.

Warid adalah buah wirid.

Jika wirid ibarat menanam pohon, maka warid adalah buah yang bisa dipetik dari pohon tersebut. Seperti orang menanam mangga misalnya, orang tersebut tidak mungkin dapat menuai buah nanas atau buah yang lainnya.

Bahkan dengan jenis bibit mangga tertentu, sampai kapanpun orang tersebut akan menuai buah mangga sejenisnya, tidak bisa menuai jenis mangga yang berbeda.

Kalau ada rasa yang berbeda, itu semata karena beda jenis tanah dan musimnya, tapi jenis buahnya tetap sama. Jika sifat menanam bibit di tanah bumi seperti itu keadaannya, maka menanam bibit di tanah hati seorang salik juga demikian.

Dengan wirid jenis amal tertentu, salik akan mendapatkan jenis warid tertentu pula. Kalau ada hasil warid yang beda kuwalitas, itu disebabkan karena beda kuwalitas hati dan niat pelakunya.

Orang wirid manaqib misalnya, dia akan mendapatkan warid dari SIRRnya manaqib, orang wirid maulid akan mendapatkan warid dari SIRRnya maulid, masing-masing salik akan mendapatkan jenis warid sesuai dengan jenis wirid yang dilakukan, kalau ada beda kuwalitas warid padahal orang melakukan wirid yang sama, itu karena beda kuwalitas manusia dan hatinya.

Orang yang hatinya telah didatangi warid akan mengalami perubahan yang luar biasa. Jiwanya akan berasa tenang dan fikirannya tidak lagi kusut-masai. Dia dapat merasakan kelazatan beribadat dan berzikir. Warid yang masuk ke dalam hati menghancurkan sifat-sifat yang keji dan melahirkan sifat-sifat yang terpuji.

Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Meskipun demikian, jalan masuk menuju terbukanya pintu wijhah dalam hati seorang hamba untuk mendapatkan ma’rifatullah banyak pilihan. Melalui sembilan puluh sembilan nama-nama-Nya, seorang salik mampu mempergunakannya sebagai landasan wirid guna mendapatkan warid dari-Nya.

Dengan landasan Nama-Nama tersebut, akan menimbulkan nuansa dan rasa yang khusus di dalam hati pengendaranya. Dengan wirid Ar-Rohman misalnya salik bisa mendapatkan warid rasa welas kepada manusia dan dengan Al-Jabbar, salik bisa mendapatkan warid perkasa dalam hatinya.

Hati manusia hanya satu, berada di dalam rongga yang satu, secara khusus juga hanya mampu menerima warid yang satu. Namun demikian, yang satu itu boleh dimasuki dengan jenis wirid dengan banyak pilihan, namun akhirnya warid yang masuk secara khusus hanya satu, yaitu yang menyatu dengan Yang Satu.

Adapun pilihan amal, bagaikan pilihan kendaraan yang akan dinaiki hati menuju Yang Satu. Tinggal hati memilih amal mana yang dapat bersesuaian dengan kondisi hatinya.

Oleh karena itu, shalat, zakat, puasa dan haji adalah bagaikan kendaraan yang dikendarai hati untuk menuju keharibaan-Nya. Memasuki istana-Nya, mendengarkan musik-Nya, makan buah-buahan-Nya, minum arak dan air susu-Nya.

Masing-masing kendaraan dengan kondisi yang serasi akan menghantarkan hati merasakan kenikmatan hakiki, manakala perjalanan salik benar-benar sampai (wushul) kepada Yang Satu secara hakiki. Itulah kenikmatan berinteraksi dan berkomunikasi secara pribadi dengan Kekasih yang dirindui.

Seorang hamba boleh memilih diantara kendaraan yang tersedia tersebut, mencicipi secara bergantian untuk menentukan mana yang paling cocok bagi keadaan hati, asal harus sadar, masing-masing kendaraan, untuk dapat mengantarkan perjalanan sampai kepada tujuan.

Haruslah hanya dengan berlandasan satu, yaitu rahasia keikhlasan hati dalam beramal, karena kekhususan amal akan membentuk kekhususan warid sedangkan rahasia keikhlasan hati, adalah ruh yang menghidupkan amal.

Jadi, memilih jalan mengabdi kepada Allah itu boleh dengan berbagai pilihan, boleh dengan shalat, puasa, haji, shadaqah, dzikir dan perjuangan serta pengabdian.

Jika semua itu dilaksanakan dengan landasan hati ikhlas, masing-masing kendaraan akan menumbuhkan keyakinan, meski jenis keyakinan itu bisa berbeda. Keyakinan hati itu menurut istilah sufi dinamakan khususiyah.

Oleh karenanya, setiap hamba yang sholeh atau para waliyullah pasti mempunyai khususiah yang berbeda dengan yang lainnya.

JANGAN PUTUS ASA KEPADA ALLAH

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ اَمَدِ العَطَاءِ مَعَ الاِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لك الاِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِى الوَقْتِ الَّذِى يُرِدُ لَا فِى الوَقْتِ الَّذِى تُرِيْدُ

“Tertundanya pemberian setelah do’a itu dipanjatkan dengan berulang-ulang jangan menimbulkan putus asamu kepada Allah, sebab Allah telah menjamin diterimanya do’a, akan tetapi mengikuti pilihan Allah untukmu bukan mengikuti pilihanmu untuk dirimu dan di dalam waktu yang dikehendaki Allah bukan di dalam waktu yang engkau kehendaki”.

Berdo’a adalah salah satu kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya dan Allah Swt berjanji akan mengabulkan do’a-do’a tersebut sebagaimana firmanNya:

"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. 40; 60)

Ketika seorang hamba berdo’a kepada Allah, terlebih apabila do’a itu dilakukan secara istiqamah, maka pasti do’a itu akan dikabulkan. Karena Allah sudah berjanji, dan sedikitpun Allah tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.

Namun demikian, do’a-do’a yang dipanjatkan itu haruslah memenuhi syarat sebagai do’a yang dikabulkan. Rasulullah Saw menegaskan dalam sabdanya:

“Setiap do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba kepada Allah asal tidak tercampur dengan dosa dan memutuskan tali silaturrahmi, do’a itu akan dikabulkan dalam tiga pilihan:

(1) Diturunkan seketika di dunia dalam bentuk pemberian sesuai dengan permintaan;

(2) Dijadikan simpanan di akhirat sebagai kafarat dari dosa-dosanya;

(3) Digantikan sebagai ganti musibah yang tidak jadi diturunkan demi keselamatannya.”
(atau yang searti dengannya).

Oleh karena itu, setelah do’a-do’a tersebut dipanjatkan, hendaknya seorang hamba yakin bahwa do’a-do’anya akan dikabulkan Allah, walau dalam tiga pilihan yang masih dirahasiakan tersebut. Hanya Allah yang Memilih, Menghendaki dan Mengetahuinya.

Allah berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqoroh; 2/186)

As-Syaikh Ibnu Athaillah Ra meneruskan:

لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِى الوَعْدِ عَدَمَ وُقُوْعِ المَوْعُوْدِ وَاِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلّاَ يَكُوْنَ ذَلِكَ قَدْحًا فِى بَصِيْرَتِكَ وَاِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ

“Jangan sekali-kali meragukan janji Allah karena belum terpenuhinya janji itu walau batas pelaksanaannya sudah sangat dekat, supaya yang demikian itu tidak menjadikan redupnya sinar mata hatimu dan memadamkan cahaya rahasia batinmu”.

Allah Lebih Mengetahui akan keadaan hamba-hamba-Nya, baik urusan dunia, agama maupun akhirat, terlebih urusan rizki-rizki bagi mereka, karena dengan urusan rizki-rizki itu manusia akan menjadi selamat atau tidak. Allah tidak mengingkari janji-Nya bahwa setiap hamba-Nya yang berdo’a dengan benar kepada-Nya pasti dikabulkan. Sebagaimana ditegaskan oleh firman-Nya:

“Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tapi kebanyakan manusia tak mengetahui”.
(QS. 30; 6)

Namun demikian, bagi hamba-hamba beriman—berkat kasih sayang-Nya yang dalam kepada mereka—apa saja yang diberikan kepadanya haruslah yang menjadikan mereka lebih baik. dalam hal ini Allah adalah yang lebih mengetahuinya. Allah menegaskan dengan firman-Nya :

“Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”. (QS. 42; 27)

Oleh karena itu, jika ada janji Allah yang seakan-akan belum terpenuhi, padahal menurut pengetahuan dan perasaan seorang hamba yang sedang terdesak, seharusnya saat terpenuhinya janji itu sudah sangat mendesak, bahkan sudah tidak ada waktu lagi untuk tertunda. Meskipun keadaannya demikian, janganlah menjadikan hati seorang hamba ragu kepada Allah .

Siap Menerima Kenyataan

Bagaimanapun keadaan yang akan dan sedang terjadi, hati seorang hamba yang beriman hendaknya tetap yakin serta siap menghadapinya, bahwa apa saja yang dikehendaki Allah pastilah yang terbaik untuk dirinya. Supaya matahati dan cahaya rahasia batin tidak menjadi redup dan padam.

Sebab, ketika ujian-ujian hidup itu sudah cukup menurut pandangan Allah, dan ketika seorang hamba telah melewatinya dengan nilai yang baik, maka problematika kehidupan dan bahkan konflik-konflik horizontal yang telah berlalu, sesungguhnya merupakan proses masuknya ilmu pengetahuan dalam hati yang tinggi nilainya.

Itulah ilmu rasa, ilmu pengetahuan yang dapat mematangkan jiwa manusia. Ilmu pengetahuan yang mampu menebalkan keyakinan, membakar lapisan kabut hati sehingga menjadikan matahati seorang hamba semakin cemerlang dengan Nur Ma’rifat kepada Allah.

Hanya dengan cara seperti itulah Allah memperjalankan kehidupan para hamba pilihan-Nya dan bahkan para nabi dan rasul-Nya. Diperjalankan dengan realitas kehidupan yang sesungguhnya, menghadapi kesulitan dan tantangan serta goncangan-goncangan hidup yang berat:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. al Baqoroh; 214)

Namun demikian, ketika keadaan benar-benar telah mendesak baru pertolongan-Nya diturunkan, karena sungguh sedikitpun Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.

Diri sebenar diri inilah Roh, Muhammad, atau Rasul

Assalamualaikum...

Sahabat-sahabat yang dihormati. Sesungguhnya di luar sana jutaan "manusia" dan "jin" ingin mempelajari serta mengetahui ilmu makrifat.

Dari jumlah tersebut hanya berapa ramai yang Allah tentukan untuk mempelajari, memahami, menyakini dan mengenali Haq dan Bathil.

Ingat bathil itu adalah segala persangkaan atau segala yang bersifat makhluk, termasuk sesuatu yang lahir, terbit serta anggapan "keakuan". Itulah bathil. Dan bathil sifatnya adalah binasa serta tiada.

Adapun yang Haq pula adalah Wujud selain atau selepas tiada/binasanya sekelian makhluk termasuk keakuan itu tadi.

Setelah binasanya diri bathil atau keakuan itulah, maka diri atau batang tubuh yang sama sama ada tubuh zahir atau batin, Berubah atau bertukar kepada Diri
sebenar Diri.

Dan inilah yang Haq. Diri sebenar diri inilah Roh, Muhammad, atau Rasul . Roh inilah yang sebelum binasa atau makrifat merupakan Diri Bathil yang terhasil dari Lupanya si Roh pada dirinya sendiri lantaran terpesona dlm penjara tubuh jasad atau alam kasar.

Sehingga menyangka dirinya ada seperti adanya Allah. Maka itulah jalan Tarekat, Hakikat dihidang sebagai landasan untuk kembali mengenal diri seperti fitrahnya yang Adom atau Tiada.

Setelah sempurna mengenal serta memahami hakikat diri atau roh, maka dari yang bathil, roh yang mengenal menjadi Yang Hidup.

Mengapa Roh, Diri sebenar diri atau Yang hidup "menjadi Allah"??

Sesungguhnya:
* Tiada wujud selain Allah.
* Diri itu Roh, roh itu Hayat, hayat itu Hidup dan hidup itulah Allah.

Sempurna mengenal, faham serta yakin serta dapat membezakan antara yang bathil dan yang haq, itulah maknanya "Telah memperolehi Al Furqan".

Ditegaskan lagi, kemusnahan kebathilan itu hendaklah dengan cara total atau menyeluruh... afaalnya, sifatnya, asmanya serta zatnya. Hendaklah meliputi tanpa ada bathil yang tertinggal untuk dibinasa atau dinafikan.

Sesungguhnya menNyatanya yang hak adalah setelah binasa semua kebathilan.

Setelah diri yang haq nyata, **Jangan pulak lupa apa yang selalu disebut-sebut dengan sifat Maani diambil semula**

Kerana gagal untuk kembali mengambilnya, itu yang masih bersangka boleh Itu dan ini biarpun macam dah makrifat. Masih bersangka dah mati masih boleh untuk itu dan ini.

Hendaklah diambil semula 7 sifat maani yang dinafikan sewaktu dijalan belajar atau kenal diri.

Diambil dan digunakan semula. Jika dulu diri bathil yang tiada disangka yang menggunakannya, kini diri yangg hiduplah yang menggunakannya.

Maka bermulalah yang berjalan, melihat,mendengar dan lain2 sifat maani tersebut, digunakan oleh Yang Hidup.

Berkekalan dalam menggunakan sifat maani inilah BAQO. Maka baqolah yang hidup dalam kandung atau pangkuan Allah. Hidup dan tidak ada lagi kematian.

Ingat beza antara Qadim dan Baqo.
Seperti bezanya antara Alim dan Ariff.

Setelah baqo inilah baru "LAYAN". Layan pulak dari kandung Allah, kamar Allah, pangkuan Allah. Maka bermulalah kepatuhan Yang Hidup terhadap " Syariat".

Jika sebelum Baqo, syariat yang wajib dipatuhi adalah Syariat Nabi atau jika ilmunya adalah Feqah.

Tetapi syariat yang wajib dipatuhi atau dilayan oleh yang hidup atau roh yang mengenal adalah Syariat Allah. Yang dimaksudkan dengan syariat Allah adalah semua gerak Roh. Dan inilah juga maksud "sunah rasul" atau perbuatan Roh.

Setelah tercapai kedudukkan ini, maka cukupkah apa yg perlu dikenal dan tersingkaplah sudah "rahasiaNya" yang menjadi amanah. Maka kenallah, bertemulah diri yang bathil akan diriNya sendiri. Dan itulah Allah.

Maka jasad hanya patuh taat syariat atau arahan roh.

Manakala roh patuh taat akan perintah dari yang tidak berhuruf tidak bersuara iaitu Tuhan semesta Alam.

Roh dalam menyampaikan arahan kepada jasad, berlaku tanpa adanya arahan dalam bentuk bersuara atau bertulis. Tanpa keduanya, arahan roh tajali pada jasad.

Berbeza dengan Roh, arahan dilaksanakan dari yang tidak berhuruf tidak bersuara dama bentuk "suratan takdir" ketentuan terperinci yang telah Allah siapkan.

Kun... tinggal lagi fayakun mengikut bentuk, corak, masa dan ketika yang juga telah Allah siapkan.

Bertemu kenalnya (makrifatnya)

HEBATNYA ORANG YANG BERSYUKUR

HEBATNYA ORANG YANG BERSYUKUR

Rosululloh Saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali Alloh akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhori)

Saudaraku, menjadi pribadi yang pandai bersyukur kepada Allah Swt. adalah dambaan kita semua. Karena orang yang pandai bersyukur itu adalah orang yang sangat mengagumkan. Ia terampil melihat sesuatu yang lain di balik setiap kejadian.

Bahkan dalam kejadian yang tidak enak sekalipun ia tetap bisa menemukan kebaikan yang tersembunyi di baliknya. Inilah hebatnya orang yang pandai bersyukur. Selalu mudah menemukan alasan untuk berbaik sangka kepada Alloh Swt.

Saat Alloh mentakdirkan dia ditimpa kesusahan, maka ia ingat bahwa bila kesusahan yang ia hadapi bisa menghapuskan catatan dosanya jika ia menghadapinya dengan berpegang teguh kepada Alloh Swt.

Tidak ada satupun peristiwa, bahkan sepahit apapun yang datang kepadanya kecuali selalu ia sikapi dengan baik sangka kepada Alloh dan rasa optimis bahwa pertolongan Alloh sangatlah dekat bagi orang-orang yang yakin kepada-Nya. Maasyaa Alloh!

Saat ia ditimpa musibah kehilangan sesuatu barang, katakanlah kendaraan, maka ia menyempurnakan ikhtiar mencarinya sembari tetap bisa bersyukur karena masih banyak karunia Alloh yang ia miliki. Ia bersyukur bukan iman yang hilang dari hatinya.

Demikianlah istimewanya pribadi yang pandai bersyukur. Setiap babak hidup yang ia hadapi, kemudahan ataupun kesusahan selalu bisa menjadi celah baginya untuk semakin mendekatkan diri kepada Alloh Swt. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang pandai bersyukur. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.

Rabu, 25 Januari 2017

Kebanyakan Penghuni Syurga Adalah Orang-Orang Miskin Dan Kebanyakan Penghuni Neraka Adalah Wanita

*Kebanyakan Penghuni Syurga Adalah Orang-Orang Miskin Dan Kebanyakan Penghuni Neraka Adalah Wanita*

َ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينُ وَإِذَا أَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ إِلَّا أَصْحَابَ النَّارِ فَقَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ

Dari Usamah bin Zaid dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Aku berdiri di pintu syurga, maka ku lihat orang-orang yang masuk ke dalamnya kebanyakan dari orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang yang bernasib baik di dunia mereka tertahan di luar. Kecuali penduduk neraka mereka langsung diperintahkan masuk ke neraka. Dan aku berdiri pula di pintu neraka, ku lihat orang yang masuk kebanyakannya ialah kaum wanita.'

HADIS : MUSLIM(No.4919)
KITAB :Zikir,Doa,Taubat Dan Istighfar
BAB : Kebanyakan Penghuni Syurga Adalah Orang-Orang Miskin Dan Kebanyakan Penghuni Neraka Adalah Wanita

NYAWA itu DIRI

Kita kan dah tahu...

NYAWA itu DIRI
DIRI itu Kesan Keupayaan Zat Allah Yg DihadkanNya
Kita sebut sbg Sifat MAANI

yakni

1.yg HIDUP itu
2. yg MELIHAT itu
3. yg BERCAKAP itu
4. yg BERGERAK itu
5. yg TAHU itu
6. yg MENDENGAR itu
7. yg BERKEHENDAK itu

arabnya

HAYAT
BASAR
KALAM
KUDRAT
ILMU
SAMAK
IRADAT

NYAWA itu bahasa Arabnya RUH
mcm rokok bahasa inggerisnya

cigarette

Kita ada NYAWA sebab ZAT ALLAH BESERTA KITA

Zat Allah sifatnya mutlak disebut sbg SIFAT MAKNUYAH
yakni

HAYYUN / MAHA HIDUP
BASIRUN / MAHA MELIHAT
MUTAKALLIMUN / MAHA BERKATA2
QADIRUN / MAHA BERKUASA
ALIMUN / MAHA TAHU
SAMIUN / MAHA MENDENGAR
MURIDUN / MAHA BERKEHENDAK

SIFAT ALLAH YG MAKNUYAH INILAH SUMBER KEUPAYAAN NYAWA YG MAANI ITU

JIKA TAKDA MAKNUYAH TAKDALAH MAANI

JIKA TAKDA ZAT TAKDALAH NYAWA

DLM ILMU NYAWA TU DIRI ATAU RUHANI YAKNI SIFAT MAANI

ZAT ITU DIRI SEBENAR DIRI ATAU AKU ATAU RUH ALQUDSI
YAKNI

SIFAT HAKIKI ZAT ALLAH ATAU MAKNUYAH

JADI DIRI ATAU NYAWA = SIFAT ALLAH

AKU = ZAT ALLAH = DIRI SEBENAR KITA

Allah kata kita ni..

1. hambaNya = Nyawa = Sifat Maani yg bergantung sepenuhnya pd sifat hakiki maknuyah zat Allah

2. khalifahNya = AKU = Nur Muhd = Sifat Mutlak Maknuyah Allah = Zat Allah sendiri

Allah ciptakan badan utk jadi ALAT atau Tempat Allah Menyatakan Keupayaan 2Nya

Pada badanlah Nyawa nyatakan atau ujudkan sehingga nampak keupayaan2Nya baik pada peringkat hamba maupun khalifah

hamba dan khalifah ini adalah kedudukan atau mertabat 2 zat ALLAH yg beserta kita

hamba mertabat sifat maani yg terhad yakni DIRI

Khalifah mertabat sifat maknuyah yg mutlak yakni AKU

kita boleh NAIK MERTABAT kalau tahu CARANYA DISEBUT SBG URUJ ATAU MIKRAJ

UTK MIKRAJ KITA KENA ADA BURAQ

dan CARA YG SAYA TAHU IALAH CARA TAFAKUR GERAK RASA YG DIAJAR OLEH BPK DR BAGINDO MUCHTAR / BBM

Isnin, 23 Januari 2017

Rahsia Di Kota Suci Mekah Tidak Ramai Pesakit

SUBHANALLAH !!! Rahsia Di Kota Suci Mekah Tidak Ramai Pesakit Terbongkar Juga Akhirnya. Owh... Ini Sebabnya..

Ada seorang doktor membuka klinik di Tanah Suci (Makkah Mukarramah). Selama 6 bulan amalan, tidak ada seorang pesakit pun yang datang untuk berubat. Hingga beliau merasa hairan, apakah orang-orang di sini tidak pernah sakit?

Akhirnya beliau dapati jawapannya, dari salah seorang muslim di sana:

Bila kami sakit,
ikhtiar pertama yg kami lakukan ialah
solat dua rakaat, dan memohon kesihatan kpd Allah.

In syaa Allah sembuh dengan izin dan kasih sayangNya.
Kalau belum sembuh,

Ikhtiar ke-dua.
Iaitu baca Al Fatihah / surat2 lain, tiupkan pada air dan minum. Dan alhamdulillaah kami akan sihat. Inilah Ruqyah utk diri sendiri.

Tapi kalau belum sihat juga, kami lakukan ikhtiar yg ke-tiga.

Iaitu bersedekah, dengan niat mendapatkan pahala kebaikan, & dijadikan jalan penyembuh sakit kami. In syaa Allah akan sembuh.

Kalau tidak sembuh juga, kami akan tempuh ikhtiar yg ke-empat.

Yaitu banyak2 istighfar, untuk bertaubat. Sebab, Nabi صل الله عليه وسلم beritahu kami, bahawa sakit adalah salah satu sebab diampuninya dosa2.

Kalau belum sembuh juga, baru kami lakukan ikhtiar yg ke-lima.

Iaitu minum madu dan habbatussauda '.

Ikhtiar yg ke-enam iaitu dengan mengambil makanan herba, seperti bawang putih, buah tin, zaitun, kurma, dan lain-lain, seperti disebut dalam Al-Quran.

Dan, Alhamdulillah. Laa hawlaa wa laa quwwataa illaa billaah. Jika belum sembuh, baru kami ikhtiar ke-tujuh iaitu pergi ke doktor muslim yg soleh.

In syaa Allah akan diberi kesembuhan dari Allah SWT. Aamiin ..

Wallaahu a'lam ..

Ahad, 22 Januari 2017

MALAIKAT PENJAGA MANUSIA

"MALAIKAT PENJAGA MANUSIA."

A’uudzu billaahi minasysyaithaanirrajiim

Bismillahirrahmaniraahim...

Di antara malaikat ada yang bertugas setiap waktu menjaga manusia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah” (Qs. Ar Ro’du: 11).

Mujahid berkata, “tidaklah seorang hamba, kecuali dia memiliki malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya –baik ketika tidur maupun terjaga- dari gangguan jin, manusia, dan hewan hewan penggganggu. Jika ada sesuatu yang akan mencelakakannya, malaikat akan mengatakan kepadanya, “awas hati-hati!”, kecuali sesuatu yang sudah diizinkan oleh Allah untuk menimpanya”

(Lihat tafsir Ibnu Katsir Qs Ar Ro’du : 11.)

Hamba ALLOH yang sering merasa cemas , kecewa , marah , sedih karena urusan dunia , takut dengan kemiskinan , berkeluh kesah ketika tertimpa musibah dan di Uji ,  tidak merasa damai dan bahagia hidup nya sementara ia mengaku Robb nya adalah Alloh Azza Wajala , maka suka tidak suka inilah kenyataan nya ,  ia lebih dekat dengan jin pengganggu , termasuk qarin jin nya , nafsunya dan karakter Egonya dan menjauhi  Robb nya dan Malaikatnya sebagai sunatullah penolong  dan pelindungnya atas perintah Robbnya Demikian logika keilmuan Nya.

Wallahu alam

Sabtu, 21 Januari 2017

Mengembara ke alam jin

Mengembara ke alam jin

Jin memang wujud. Orang Islam wajib percaya akan wujudnya makhluk jin karena ia disebut di dalam Al Quran. Firman Allah:

Maksudnya; "Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Aku". (Az-Zaariat:56)

Tuhan ada berfirman bahwa alam yang diciptaNya ada dua bentuk. Ada alam ghaib dan ada alam nyata atau alam syahadah.

Alam nyata ialah alam yang mata lahir dapat nampak. Alam ghaib, mata lahir tidak dapat nampak tetapi dapat dirasakan oleh hati.

Merasakan wujudnya alam ghaib dengan hati ada dua peringkat. Pertama, terasa akan adanya alam ghaib itu. Yaitu yakin dan percaya tentang alam ghaib semata-mata berdasarkan rasa saja. Tidaklah sampai dapat melihat seperti mata lahir .

Peringkat kedua ialah hati dapat melihat seperti mana mata lahir melihat. Bukan sebatas rasa saja tetapi mata bathin dapat melihat seperti mana mata lahir melihat. Yakni betul-betul nampak.

Bila dikatakan alam ghaib, ia tidak termasuk Tuhan. Tuhan juga ghaib tetapi Tuhan bukan alam. Tuhan itu tersendiri. Maha Suci Tuhan dari menyerupai alam. Alam adalah apa saja selain Tuhan.

Alam adalah ciptaan Tuhan dan dinamakan makhluk. Tuhan itu Pencipta atau Khaliq. Ghaibnya Tuhan tidak sama dengan ghaibnya alam.

Alam ghaib ini ada beberapa kategori. Yang tertinggi ialah alam malaikat.
Kedua alam jin
ketiga alam ruh muqaddasah.

Malaikat diceritakan dalam Quran dan Hadis. Malaikat lebih dahulu diciptakan dari jin. Ia dijadikan dari cahaya manakala jin dicipta dari api. Oleh itu malaikat lebih ringan ciptaannya dari jin karena cahaya lebih ringan dari api.

Sebab itu juga bilangan malaikat lebih ramai dari jin. Nisbahnya pada setiap sepuluh malaikat satu jin. Juga disebabkan malaikat dicipta dari cahaya, perjalanannya lebih cepat dari jin.

Jin pula lebih dahulu dicipta dari manusia. Kalau jin dijadikan daripada api, manusia dijadikan daripada tanah. Sebab itu manusia berbentuk jisim yang pejal, lebih lambat pergerakannya.

Sebab itu juga jin lebih ramai bilangannya daripada manusia. Nisbahnya setiap sepuluh jin satu manusia. Malaikat lebih ramai dari jin dan jin pula lebih ramai dari manusia dengan nisbah 10:1 .

Ruh muqaddasah pula sebenarnya adalah manusia. Muqaddasah itu maksudnya suci. Roh muqaddasah ialah ruh yang suci. Ruh muqaddasah atau ruh yang suci ini peranannya lebih kuat dari peranan jasad. Ruh muqaddasah ini dia mutassarif atau aktif, lebih aktif dari fisiknya.

Ruh muqaddasah ini pula, ada ruh orang yang masih hidup dan ada ruh orang yang sudah mati. Sebab itu, tidak heran orang yang kasyaf kadang-kadang dapat melihat orang yang masih hidup di suatu tempat sedangkan fisiknya yang sesungguhnya berada di tempat lain.

Ada juga orang kasyaf yang melihat ruh muqaddasah orang yang sudah mati. Oleh karena umumnya ruh muqaddasah tidak dapat dilihat oleh mata kasar, maka ia dikatakan ghaib juga.

Jadi , ruh muqaddasah ini, walaupun fisik hidup atau mati, ruhnya sangat berperanan. Namun , ruh muqaddasah orang yang sudah mati lebih berperanan dari ruh muqaddasah orang yang masih hidup. Ini karena orang yang masih hidup masih terikat dengan jasad lahir.

Kalaupun ruhnya dapat keluar secara halus, secara mata tidak dapat lihat, dia tetap masih terhubung dengan jasad lahirnya. Ini tidak berlaku kepada ruh orang yang sudah mati.

Itu sebab ruh muqaddasah orang yang sudah mati lebih laju dan lebih aktif dari ruh muqaddasah orang yang masih hidup..

Contohnya, kalau ada dua orang wali, yang kedua-duanya sudah menjadi ruh muqaddasah, kalau seorang masih hidup dan seorang lagi sudah mati, ruh wali yang sudah mati itu akan lebih berperanan, lebih aktif dan lebih laju bekerja dari ruh wali yang masih hidup.

Berbalik kepada kisah jin, dia ada dua peringkat. Ada jin Islam dan ada jin kafir. Jin ini pula macam manusia juga. Dia ada bermacam-macam jenis, bangsa dan etnik. Tabiat bangsa dan etnik jin inipun tidak sama di antara satu dengan lain.

Seperti juga manusia yang banyak bangsa dan etnik, tabiat dan ragam asli antara etnik tidak sama. Bangsa Cina dan Melayu ada watak-wataknya yang tersendiri. Orang Putih (Barat) ada wataknya yang tersendiri pula.

Bahkan etnik dalam satu rumpun bangsa pun wataknya tidak sama. Orang Banjar dan orang Jawa, wataknya berbeza. Malahan orang Melayu yang berlainan kawasan pun berbeda wataknya.

Orang Melayu Johor dan Melayu Kelantan lain. Mereka ini sedikit-sedikit ada perbedaan watak. Begitu juga jin. Ada yang kasar dan ada yang lembut sedikit. Ada yang garang dan ada yang sederhana.

Jin itu watak asalnya jahat. Betapalah jenis yang kasar, dia lagi jahat. Sebab itu dikatakan, sebaik-baik jin adalah sejahat-jahat manusia. Kalau kita pilih seorang manusia yang paling jahat, kalau dia jin, dia adalah yang paling baik.

Namun demikian, jahatnya jin itu ada juga batasnya. Tidak ada jin yang sebegitu jahat sampai mengaku dirinya Tuhan seperti Firaun dan Namrud. Tidak ada pula jin yang sebegitu baik sampai mengatasi baiknya Rasulullah dan para Nabi.

Para Nabi dan Rasul tidak diangkat dari kalangan jin. Umumnya jin lebih jahat dari manusia tetapi tidak ada yang ekstrem jahatnya seperti Firaun dan Namrud dan tidak ada yang ekstrem baiknya seperti Rasulullah SAW. Hanya manusia yang ada baiknya secara ekstrem dan jahat secara ekstrem.

Jin ini melihat Iblis dan bergaul bersama-samanya di alam ghaib. Jin Islam bergaul dengan jin kafir.

Mereka makan bersama, bekerja bersama, berniaga bersama, ada yang menikah antara satu sama lain, sama-sama duduk dalam satu kantor, sama-sama jadi kerani (clerk) dan sebaginya.

Sebab itu jin Islam lebih banyak dirusakkan oleh jin-jin kafir. Sebab mereka bergaul bersama dan mereka sama jenis. Mereka mudah terpengaruh.

Macam kita manusia juga, kalau bergaul dengan bangsa jahat seperti orang Barat dan Yahudi, habislah kita jadi Barat dan Yahudi.

Semuanya dapat bertukar jadi Barat dan Yahudi. Yang tidak dapat bertukar hanyalah warna kulit dan bentuk hidung. Ini musti buat operasi pelastik.

Jin kurang berhasil dalam usaha merosakkan iman manusia berbanding iman sesama jin. Ini karena manusia dan jin berlainan jenis, dan manusia tidak dapat nampak dan tidak dapat bergaul dengan mereka.

Itupun banyak manusia yang kafir, banyak yang zalim dan yang fasik. Betapalah kalau jin dan manusia sama-sama dapat bergaul.

Bila jin menjadi kafir, dia dipanggil syaitan. Syaitan itu maksudnya merasuk. Kerja jin kafir atau syaitan ialah merasuk dan menyesatkan orang. Jin Islam tidak dapat dikatakan syaitan.

Kehidupan jin betul-betul macam manusia. Ada kerajaannya, ada masyarakat, ada kantornya, ada mahkamahnya, ada nikah kahwin.

Tempat tinggal jin ajaib dan aneh. Ada yang tinggal di gunung-gunung, hutan-hutan, laut, kawasan sungai dan hulu-hulu sungai. Ada juga jenis jin yang bergaul dengan manusia.

Jin yang tinggal di suatu negara, biasanya ikut bahasa manusia setempat. Kalau di Tanah Arab, jin berbahasa Arab, kalau di Tanah Melayu, jin berbahasa Melayu. Dia tidak tahu bahasa Arab. Kalau jin yang duduk di Negara Cina maka bahasanya bahasa Cinalah. Mereka pun belajar dan berguru dengan manusia.

Rupa asal jin sangat hodoh (jelek) dan buruk. Ia menakutkan. Kalau manusia terlihat jin ini hidupnya jadi huru hara dan ketakutan. Manusia tidak akan aman.

Dengan rahmat Tuhan, alam jin dihijab (ditutup) dari pandangan manusia. Tetapi alam manusia tidak dihijab dari pandangan jin. Sehodoh-hodoh manusia adalah secantik-cantik jin.

Walaupun rupa asal jin itu jelek tapi dia dapat menyerupai berbagai rupa. Dia dapat merupa benda seperti kain, tas, batang kayu, binatang dan juga manusia, tetapi paling banyak dia menyerupai binatang.

Ini termasuklah ular, kala jengking, lipan dan jenis-jenis binatang lain yang berbisa. Kalau dia menyerupai binatang seperti ini, rupanya lebih aneh dan lebih hebat dari yang biasa. Kalau dia dibunuh ketika dia sedang menyerupai binatang , dia akan mati.

Sebab itu Tuhan ajar kita, kalau jumpa binatang berbisa di tengah jalan atau di dalam rumah, musti berhati-hati. Jangan langsung bunuh walaupun dalam Islam hukumnya sunat. Usir dua tiga kali dahulu. Kalau dia tidak lari baru dibunuh.

Takut-takut dia adalah jin yang sedang berubah bentuk. Kalau kita terus bunuh dan dia sebenarnya jin yang sedang merupa, mungkin keluarganya akan marah dan akan bertindak terhadap kita.

Banyak orang yang dirasuk dan diganggu oleh jin disebabkan mereka ada buat silap dengan jin. Kalau setelah dihalau dua tiga kali tetap juga tidak pergi maka jelas itu bukan jin. Dapat kita bunuh.

Ada cerita dalam kitab, seorang soleh telah membunuh seekor ular. Maka pada malamnya, dia ditangkap dan dibawa oleh jin ke negeri jin. Di negeri jin itu berjalan hukum Islam. Hakim jin itu pun Islam.

Maka orang soleh dan keluarga jin yang dibunuh oleh orang soleh tadi dibawa ke mahkamah. Bila perbicaraan bermula maka menangislah keluarga jin sambil berkata kenapa ahli keluarga mereka dibunuh.

Bila hakim jin bertanya kepada orang soleh tersebut mengapa dia bunuh ular itu, dia menjawab karena dalam ajaran Islam, sunat hukumnya saya membunuh ular dan binatang-binatang yang berbisa.

Saya buat atas arahan Tuhan dan saya dapat pahala. Yang salah adalah orang Tuan. Kenapa dia merupa ular. Salah dialah. Saya musti bunuh ular karena itu sunat hukumnya.

Hakim jin menghukum bahwa yang salah dalam kes (kasus) ini bukan manusia tetapi pihak jin. Dia batalkan tuduhan. Hakim arahkan polisi jin supaya mengembalikan orang soleh itu kembali ke alam manusia.

Kalau dia bukan orang soleh dan tidak dapat menjawab sudah tentu dia kena hukum. Orang soleh itulah yang menulis kisah ini dalam kitab. Hujah ini hujah yang kuat.

Umur jin sangat lama berbanding umur manusia yang lebih kurang 63 tahun. Jin dapat hidup sampai 1500 tahun hingga 2000 tahun. Ada jin yang hidup di zaman Rasulullah SAW yang masih hidup pada hari ini.

Makanan jin adalah wap (uap) dari tulang dan tulang sum-sum binatang. Itu sebab dalam syariat Islam makruh kita memakan tulang dan tulang som-som.

Ada lagi cerita tentang jin dalam kitab. Sesetengah orang soleh dapat menundukkan jin, mengguna dan memperalatkan mereka. Kita tahu, dalam sejarah, ada sahabat yang hilang unta di padang pasir. Di padang pasir banyak rijalul ghaib. Mereka berkata; Ya Rijalul ghaib, kembalikan untaku yang hilang. Maka unta itu dikembalikan. Ini tawassul namanya.

Pernah Rasulullah SAW berjalan-jalan dengan beberapa orang sahabat dan singgah di suatu kampung jin. Rasulullah beritahu para sahabat supaya tunggu dan jangan ikut, sebab dia mahu masuk ke kampung jin untuk mengajar .

Cerita ini masyhur dalam sejarah. Para sahabat hanya melihat asap. Sebab adakalanya jin menyerupai asap karena dia berasal dari api. Tetapi Rasulullah melihat betul-betul jin itu dan mengajar mereka pula.

Ada cerita tentang Nabi Sulaiman di dalam Quran yang hendak membawa istana Balqis dari Yaman ke Palestin yang jauhnya beribu-ribu mil. Antara mukjizat Nabi Sulaiman diperintahnya jin untuk membawa istana tersebut. Jin pun beri tahu dia akan bawa istana itu kepada Nabi Sulaiman selama mana Nabi Sulaiman berubah tempat. Tidakkah itu hebat.

Namun ada lagi yang lebih hebat. Seorang wali Allah yang bernama Asif Barhaya yang turut berada dalam majlis itu berkata saya dapat pindahkan istana Balqis ke hadapan tuan dalam sekelip mata.

Maka tertantang jin. Dia hendak ambil hati Nabi Sulaiman dan hendak tunjuk bahwa dia gagah. Tetapi ada manusia bertaraf wali yang menantang dia.

Rupanya di sini kalau ruh muqaddasah bekerja, jin pun dapat kalah. Rasulullah dapat tundukkan jin. Para wali juga dengan karomah mereka dapat menundukkan jin dengan kekuatan diri mereka sendiri.

Tetapi kalau ada murid yang dapat nampak jin atau dapat gunakan jin, dan merasakan itu adalah karena berkat gurunya, maka dia akan selamat.

Yang tidak selamat biasanya orang yang kasyaf, nampak jin dan dapat guna jin tapi tidak ada guru atau ada guru tetapi hatinya telah berubah. Dia rasa bukan berkat gurunya lagi tetapi dia rasa dirinya sudah jadi wali, sudah ada karomah sendiri. Itu yang rosak.

Orang yang dapat arahkan jin dan nampak jin dengan berkat gurunya, kalau dia berhadapan dengan jin yang garang sangat atau degil sangat, maka biasanya ruh muqaddasah gurunya turut hadir atau dia jual nama gurunya.

Begitulah rahsia jin. Jin ada disebut dalam Quran dan dalam hadis. Siapa menolak kewujudan jin ertinya dia menolak Quran dan Hadis. Jin macam malaikat juga.

Quran kata ada, adalah. Tetapi aneh, tentang malaikat banyak orang terima tetapi tentang jin banyak orang tolak. Yang dikatakan orang Bunian, Kuntilanak, Pelesit, Tuyul, Polong, Langsui, Hantu Raya dan berbagai-bagai lagi itu asalnya ialah jin.

Oleh karena sukunya dan perangainya tidak sama maka orang bedakan dengan nama-nama yang berlainan.

Adapun orang yang berhubung dengan jin atas dasar mukjizat dan karomah, maka dia kuat. Jin pun takut dan hormat pada dia. Orang yang dapat berhubung dengan jin atas dasar berkat tuan guru, dia tidak dapat sekali-kali terputus dengan gurunya.

Orang yang berusaha untuk berhubung dengan jin, itu dinamakan amalan atau ilmu khadam. Bahaya ilmu dan amalan khadam ini, dia terpaksa tunduk dengan jin.

Jin akan bagi syarat buat begitu dan buat begini. Kadang-kadang arahan jin itu bertentangan dengan syariat. Ini yang rusak.